BRIN Temukan Spesies Katak Baru di Sulawesi, Ini Penampakan Detailnya

3 weeks ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Tim Peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), baru saja mengumumkan keberhasilan mereka dalam mengidentifikasi spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus.

Penemuan katak ini terungkap di dua lokasi berbeda di Pulau Sulawesi, yakni di kawasan pegunungan Katopasa dan Gandang Dewata.

Spesies yang baru dideskripsikan ini diberi nama Rhacophorus boeadii, sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi mendiang Drs. Boeadi.

Boeadi adalah seorang naturalis dan ilmuwan terkemuka dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam bidang zoologi dan konservasi herpetofauna di Indonesia.

Amir Hamidy, seorang peneliti herpetologi dari BRIN, menjelaskan R. boeadii memiliki sejumlah karakteristik morfologis yang membedakannya secara jelas dari tiga spesies Rhacophorus lain yang telah lebih dulu dikenal di Sulawesi, yaitu R. edentulus, R. georgii, dan R. monticola.

"Katak ini termasuk dalam kategori ukuran sedang, dengan panjang tubuh pada individu jantan berkisar antara 40 hingga 45 milimeter, sementara pada betina ukurannya lebih besar, antara 48 hingga 54 millimeter," Amir menjelaskan melalui keterangannya, Minggu (15/6/2025).

Ciri khas lain spesies katak baru ini diamati dari bentuk moncong pada jantan yang cenderung miring, tekstur kulit punggung yang kasar dengan adanya bintik-bintik putih, serta pola unik berupa bercak putih yang tersebar di sisi tubuh.

Analisis Mendalam

Menurut Amir, penemuan spesies baru ini merupakan buah dari survei lapangan yang intensif dilakukan oleh tim peneliti antara tahun 2016 hingga 2019.

"Fokus survei tertuju pada kawasan Gunung Katopasa yang terletak di Sulawesi Tengah dan Gunung Gandang Dewata di Sulawesi Barat," ia menambahkan.

Melalui analisis mendalam terhadap aspek morfologi, genetika, hingga karakteristik suara panggilan pada katak jantan, para peneliti berhasil menyimpulkan bahwa spesimen yang mereka temukan merupakan spesies yang belum pernah dideskripsikan secara ilmiah sebelumnya.

"Kami sangat antusias dengan penemuan ini karena semakin memperkaya pemahaman kita tentang betapa unik dan beragamnya keanekaragaman hayati yang dimiliki Pulau Sulawesi," ujar Amir.

Kekhawatiran Terkait Habitat

Akan tetapi, Amir mengungkap, pihaknya memiliki kekhawatiran yang mendalam terkait habitat spesies ini yang sangat spesifik, yaitu hutan di dataran tinggi.

"Habitat seperti ini sangat rentan terhadap berbagai ancaman, mulai dari kerusakan akibat aktivitas manusia hingga dampak perubahan iklim," ungkap Amir dengan nada prihatin," imbuhnya.

Sulawesi, yang merupakan bagian dari kawasan Wallacea yang terkenal, dikenal sebagai salah satu hotspot keanekaragaman hayati dunia.

Ancaman Nyata bagi Kelangsungan Hidup Spesies Endemik

Pulau ini memiliki tingkat endemisitas yang sangat tinggi, terutama untuk kelompok amfibi. Sayangnya, tekanan terhadap habitat alami terus meningkat, menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup spesies-spesies endemik yang unik ini.

Hasil penelitian yang signifikan ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional terkemuka, Zootaxa, dalam edisi 5569 (2): 201–230.

Publikasi ini diharapkan menjadi referensi penting bagi studi taksonomi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia.

Penemuan Rhacophorus boeadii sekali lagi menegaskan betapa pentingnya upaya konservasi untuk melindungi kekayaan alam Sulawesi yang tak ternilai harganya.

Infografis 6 Hewan Peliharaan Populer

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |