Liputan6.com, Jakarta - Yahoo Jepang resmi mengumumkan langkah berani, di mana seluruh 11.000 karyawan mereka diwajibkan menggunakan teknologi kecerdasan buatan generatif (Generative AI) dalam rutinitas kerja harian.
Targetnya ambisius, yakni menggandakan produktivitas sebelum tahun 2028.
Mengutip TechRadar, Selasa (22/7/2025), rencana besar ini akan dimulai dengan mengotomatisasi sekitar 30 persen tugas sehari-hari karyawan.
Mulai dari pencarian informasi, pembuatan laporan, ringkasan rapat, proofreading dokumen, hingga pengelolaan pengeluaran operasional.
Perusahaan yang juga menaungi aplikasi perpesanan LINE ini telah mengembangkan berbagai alat bantu internal berbasis AI, salah satunya SeekAI.
Teknologi ini dirancang untuk menjalankan perintah berbasis prompt, seperti mengisi formulir biaya, mencari data, hingga menyusun agenda rapat.
Langkah ini bukan sekadar efisiensi, tapi juga strategi untuk mendorong inovasi dan membebaskan waktu karyawan dari tugas-tugas repetitif, agar mereka bisa lebih fokus pada komunikasi strategis, pemikiran kritis, dan pengambilan keputusan yang bernilai tinggi dengan menggunakan Generative AI.
Tak Sekadar Efisiensi, tapi Revolusi Cara Kerja
Melalui inisiatif ini, Yahoo Jepang tidak hanya ingin memotong waktu kerja untuk tugas-tugas rutin, tetapi juga membentuk ulang pola kerja karyawan mereka secara menyeluruh.
Fokus utamanya adalah mendorong pemanfaatan kecerdasan buatan sebagai mitra kolaboratif, bukan sekadar alat bantu.
Dengan mengalihkan beban kerja administratif ke sistem AI, perusahaan berharap para karyawan bisa lebih banyak terlibat dalam aktivitas bernilai tinggi seperti komunikasi antartim, analisis strategis, inovasi produk, hingga pengambilan keputusan kompleks.
"AI akan membuat agenda, merangkum rapat, dan memeriksa laporan. Jadi karyawan bisa lebih banyak berdiskusi dan membuat keputusan penting," tulis TechRadar dalam laporannya.
Pendekatan ini disebut sebagai bentuk adaptasi terhadap tren global yang kini makin mengarah pada pemanfaatan AI, bukan hanya untuk pemangkasan biaya, tapi sebagai alat inovasi dan pendukung kerja kreatif.
Bukan Pengganti, tapi Pendamping
Dalam penjelasannya, Yahoo Jepang menegaskan bahwa penggunaan kecerdasan buatan generatif bukan ditujukan untuk mengeliminasi tenaga kerja manusia.
Sebaliknya, AI diposisikan sebagai alat bantu yang memperkuat produktivitas dan mendukung pengambilan keputusan manusia. Pendekatan ini dirancang agar keseimbangan tetap terjaga antara efisiensi teknologi dan sentuhan personal yang hanya bisa diberikan manusia.
Langkah ini juga menjadi respons atas kekhawatiran global mengenai adopsi AI yang berlebihan di dunia kerja.
Dalam laporan Orgvue yang dikutip dari TechRadar, lebih dari separuh perusahaan di Inggris justru mengaku menyesal karena terlalu cepat mengganti pekerja manusia dengan sistem AI sepenuhnya.
Alasannya, banyak tugas yang membutuhkan sensitivitas, intuisi, dan pemahaman kontekstual yang tidak bisa digantikan oleh algoritma.
Oleh karena itu, pendekatan Yahoo Jepang dianggap lebih realistis karena menggabungkan kekuatan manusia dan mesin tanpa mengorbankan nilai-nilai kerja yang esensial.
AI Ubah Bentuk Kerja, Bukan Hilangkan Pekerjaan
Alih-alih menghapus peran manusia, kehadiran generative AI justru mengubah bentuk pekerjaan itu sendiri.
Di masa depan, tugas-tugas yang bersifat teknis dan berulang perlahan akan digantikan oleh sistem otomatis, sementara manusia akan lebih banyak diberdayakan untuk menjalankan fungsi strategis seperti berpikir kritis, inovasi, kolaborasi, dan pengambilan keputusan.
Transformasi ini dinilai bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih dinamis, asalkan implementasinya dilakukan secara bijak dan adaptif.
Model yang diterapkan Yahoo Jepang berpotensi menjadi contoh ideal: bukan revolusi yang destruktif, melainkan evolusi yang inklusif.
Kini muncul pertanyaan penting, mampukah perusahaan lain, baik di Asia maupun global, mengikuti langkah serupa tanpa menimbulkan disrupsi yang merugikan karyawan?