Liputan6.com, Jakarta - Bumi disebut tengah bersiap menghadapi ancaman lebih besar akibat perubahan iklim ekstrem. Menurut para peneliti, hal ini diakibatkan titik balik iklim atau tipping points yang disebut akan segera dilalui.
Untuk diketahui, tipping points merupakan titik kritis ketika sistem Bumi berubah secara drastis dan permanen. Setelah melewati batas ini, perubahan akan terjadi secara mandiri, bahkan lebih cepat serta tidak bisa dikembalikan dengan mudah.
Dikutip dari Earth.com, Minggu (1/6/2025), kondisi ini bisa terjadi karena kenaikan suhu global yang telah melewati ambang batas 1,5°C pada tahun 2024.
"Setiap sepersepuluh derajat di atas 1,5°C meningkatkan risiko," ujar Annika Ernest Högner dari Potsdam Institute for Climate Impact Research.
Perubahan ini disebut bukan sekadar angka. Sebab, setiap sepersepuluh derajat tambahan meningkatkan risiko terganggunya “penyangga” utama iklim Bumi seperti lapisan es Greenland, lapisan es Antarktika Barat, arus laut Atlantik, dan hutan hujan Amazon.
Perubahan yang Sudah Terjadi
Para peneliti sempat mengungkap beberapa contoh perubahan yang sudah terjadi.
Berapa di antaranya adalah lapisan es mencair lebih cepat daripada kemampuannya membeku kembali, hutan hujan Amazon kehilangan kelembapan dan berubah menjadi sabana, hingga arus laut Atlantik melemah akibat air tawar dari pencarian es.
Yang lebih mengkhawatirkana, perubahan ini saling berkaitan. Kehancuran satu sistem dapat mempercepat keruntuhan lainnya yang dikenal sebagai fenomena tipping cascade.
Di sisi lain, meski target iklim global menahan suhu di bawah 1,5°C, dunia kini mengalami overshoot yakni lonjakan suhu sementara di atas batas.
Studi terbaru menunjukkan jika suhu nantinya diturunkan kembali, kerusakan yang telah dipicu bisa berlangsung selama ratusan tahun. Ini karena sistem iklim tidak pulih secepat ketika terganggu.
Perubahan yang Terjadi Permanen
Simulasi komputer menunjukkan semakin tinggi puncak suhu dan semakin lama dunia berada di atas 1,5°C, maka semakin besar kemungkinan satu atau lebih sistem Bumi mengalami keruntuhan permanen.
Terlebih, saat ini, kebijakan iklim global masih menempatkan kita di jalur menuju 2,6°C pemanasan hingga akhir abad ini. Kondisi ini jelas melewati batas bahaya.
Untuk itu, para peneliti mengingatkan tipping points bukan lagi sekadar konsep akademis. Alasannya, ini merupakan kondisi yang bisa terjadi, serta jika dilewati, dunia akan memasuki fase iklim baru yang tidak bisa dikendalikan.