Spesies Baru Tumbuhan Homalomena Chikmawatiae Ditemukan di Riau, Ini Ciri-Cirinya

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Tim peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bersama para ahli taksonomi, menemukan spesies tumbuhan baru dari famili Araceae atau dikenal juga sebagai aroid.

Spesies unik ini ditemukan di Provinsi Riau, Sumatra, dan diberi nama Homalomena chikmawatiae. Demikian seperti dikutip dari situs resmi BRIN, Jumat (27/6/2025).

Penamaan spesies baru ini merupakan bentuk penghormatan atas dedikasi dan kontribusi besar Prof. Dr. Tatik Chikmawati dari IPB University dalam pengembangan ilmu biosistematika tumbuhan di Indonesia.

Muhammad R. Hariri, seorang peneliti dari PRBE BRIN, menjelaskan Homalomena chikmawatiae memiliki kemiripan morfologi dengan tumbuhan dari genus Furtadoa.

Ciri khasnya terletak pada daun yang berbentuk perisai (peltate) dan bagian steril (appendix) yang cukup besar pada spadix, yaitu bagian bunga majemuk berbentuk tongkol.

Lebih lanjut, penelitian filogenetik yang mendalam, menggunakan analisis sekuen ITS (Internal Transcribed Spacer), mengungkapkan bahwa genus Furtadoa bersifat polifiletik. Artinya, anggota-anggota genus tersebut tidak memiliki nenek moyang bersama yang tunggal.

Berdasarkan temuan ini, seluruh spesies tanaman yang sebelumnya masuk dalam genus Furtadoa kini direklasifikasikan ke dalam genus Homalomena.

Bunga Jantan dengan Satu Benang Sari

Hasil penelitian ini semakin memperkuat pentingnya pendekatan taksonomi integratif dalam memahami kompleksitas evolusi famili Araceae di kawasan Malesia.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa keanekaragaman morfologi dalam genus Homalomena, terutama pada kelompok dengan spadix bertipe Furtadoa, ternyata jauh lebih kompleks dari perkiraan sebelumnya," ujar Hariri.

Sebagai tindak lanjut dari penemuan ini, dua spesies yang sebelumnya dikenal sebagai anggota genus Furtadoa secara resmi mengalami perubahan klasifikasi.

Furtadoa indrae kini menjadi Homalomena indrae, dan Furtadoa sumatrensis berubah nama menjadi Homalomena sumatrensis.

Studi ini juga menghasilkan kunci identifikasi terbaru yang berguna untuk mengidentifikasi kelompok Homalomena dengan tipe spadix Furtadoa di seluruh wilayah Malesia.

Spesies baru Homalomena chikmawatiae memiliki sejumlah karakteristik pembeda. Selain daun berbentuk perisai, spesies ini juga memiliki spadix dengan bagian steril (appendix) yang sangat menonjol, serta bunga jantan yang hanya memiliki satu benang sari (monandrus).

Ditemukan Masyarakat Riau

Tanaman ini pertama kali ditemukan oleh masyarakat lokal di Riau, sebelum akhirnya dibudidayakan di Bogor. Tim peneliti BRIN kemudian melakukan observasi mendetail terhadap morfologi tanaman dan analisis molekuler untuk memastikan statusnya sebagai spesies baru.

"Kombinasi ciri-ciri yang dimiliki tanaman ini sangat unik dalam kelompoknya, terutama daun peltate dan appendix steril yang besar. Temuan ini memperkaya pemahaman kita tentang variasi morfologi dan hubungan evolusi dalam genus Homalomena," jelas Hariri.

Secara filogenetik, H. chikmawatiae ditempatkan dalam Cyrtocladon Supergroup, meskipun beberapa karakternya menunjukkan perbedaan dari ciri umum kelompok tersebut. Hal ini semakin menegaskan krusialnya pendekatan taksonomi integratif dalam mengungkap kompleksitas evolusi tumbuhan aroid di kawasan Malesia.

Cuma Ada di Satu Lokasi

Saat ini, populasi Homalomena chikmawatiae diketahui hanya terdapat di satu lokasi. Oleh karena itu, berdasarkan pedoman dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), spesies ini direkomendasikan untuk berstatus Data Deficient (DD), yang berarti informasi yang tersedia belum cukup untuk menentukan tingkat risiko kepunahannya.

Penemuan dan hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional terkemuka, Webbia: Journal of Plant Taxonomy and Geography, Volume 80(1), halaman 99–104, terbitan April 2025, dengan judul artikel “Nomenclatural Changes and New Species in Malesian Homalomena (Araceae)” yang ditulis oleh Irsyam et al.

Penelitian ini sekali lagi menegaskan betapa pentingnya menggabungkan data morfologi dan molekuler dalam studi taksonomi tumbuhan. Revisi sistematika yang akurat diperlukan untuk merefleksikan hubungan evolusioner yang sebenarnya.

Temuan ini tidak hanya memperkaya koleksi ilmiah nasional, tetapi juga membuka peluang baru untuk upaya konservasi dan pengembangan riset biosistematika di Indonesia.

Infografis Tanaman Sayuran yang Cocok Ditanam di Lahan Sempit. (Liputan6.com/Triyasni)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |