Konten Instagram Reels Bikin Banyak Pengguna Trauma, Apa Penyebabnya?

4 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Instagram memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan. Meskipun tidak semua pengguna tertarik pada video pendek, Instagram Reels telah menjadi fitur utama dalam pengalaman menggunakan platform ini, berkat pengaruh TikTok.

Dikutip dari Android Police, Kamis (6/3/2025), saat ini Instagram Reels mencatat lebih dari 17,6 juta jam tontonan setiap hari, di mana pengguna menghabiskan sekitar setengah dari waktu mereka di platform untuk menonton Reels. Tren peningkatan konten Reels berbasis grafis belakangan ini pun menjadi sorotan.

Instagram mendapat sorotan setelah sejumlah pengguna melaporkan adanya perubahan signifikan pada konten Reels yang direkomendasikan. Video yang menampilkan kekerasan, konten seksual, penembakan, penusukan, hingga adengan mengganggu lainnya mulai mendominasi feed pengguna.

Perubahan grafis di Reels ini diduga mulai terjadi sejak minggu lalu, meskipun beberapa pengguna sudah menyuarakan keluhan serupa sejak beberapa hari sebelumnya.

Meningkatnya frekuensi kemunculan konten sensitif menjadi perhatian, di mana banyak yang mengaku hanya perlu melewati beberapa video biasa sebelum menemukan konten yang tidak pantas.

"Apakah hanya saya, atau Reels Instagram sekarang seperti zona perang? Isinya hanya perkelahian, darah, dan kekacauan," tulis seorang pengguna di platform X.

Beberapa pengguna lainnya juga melaporkan tetap melihat video kekerasan meskipun sudah mengaktifkan pengaturan pembatasan konten sensitif.

Promosi 1

Meta Perbarui Kebijakan Konten Sensitif

Beberapa pengguna lainnya juga melaporkan tetap melihat video kekerasan meskipun sudah mengaktifkan pengaturan pembatasan konten sensitif.

Namun, Meta menyatakan bahwa beberapa konten grafis diperbolehkan jika bertujuan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu penting seperti pelanggaran hak asasi manusia, konflik bersenjata, atau terorisme. Konten tersebut tetap tunduk pada pembatasan tertentu, seperti penyertaan label peringatan.

Meta sebagai pemilik Facebook, Instagram, dan Threads menyatakan telah menghapus konten yang bersifat kasar, serta menambahkan peringatan pada sebagian konten lainnya. Perusahaan juga membatasi akses pengguna di bawah usia 18 tahun untuk melihat jenis konten tersebut.

Pada awal Januari, Meta mengganti pemeriksa fakta pihak ketiga di platform AS dengan sistem penandaan berbasis catatan komunitas.

Selain itu, Meta berencana menyederhanakan kebijakan kontennya. Menurut Joel Kaplan, Kepala Urusan Global, kebijakan baru ini akan mengurangi pembatasan pada topik seperti imigrasi dan gender yang dianggap tidak bertentangan dengan wacana arus utama.

Meta Kembali Disorot Terkait Kelalaian Moderasi Konten di Platform Global

Meta telah terlibat dalam berbagai kontroversi sejak 2016 terkait kelalaian dalam moderasi konten. Perusahaan ini mendapat sorotan atas keterlibatannya dalam berbagai isu, termasuk penyalahgunaan platform untuk penjualan obat terlarang.

Tahun lalu, pendiri Meta, Mark Zuckerberg, bersama sejumlah CEO teknologi lainnya menghadiri sidang Kongres untuk membahas langkah-langkah perlindungan anak di dunia maya.

Di tingkat global, minimnya moderasi konten serta ketergantungan Meta pada kelompok masyarakat sipil pihak ketiga untuk melaporkan informasi palsu berkontribusi pada penyebaran kekerasan di Myanmar, Irak, dan Ethiopia.

Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |