Liputan6.com, Jakarta Salah satu era penting dalam sejarah Korea adalah Masa Tiga Kerajaan. Ini adalah momen ketika tiga kerajaan besar di semenanjung Korea meninggalkan jejak penting dalam sejarah negara tersebut.
Ketiganya adalah Goguryeo, Baekje, dan Silla. Korea Cultural Institute menjabarkan perbedaan signifikan ketiga kerajaan ini dalam kelas khusus bertajuk Hanbok Tiga Kerajaan yang digelar di Korea 360, Lotte Avenue Jakarta, pada Senin, 16 Juni 2025 lalu.
Hadir sebagai pembicara, General Manager KCC Kim Hyun Joo yang menjelaskan bahwa sebenarnya selain ketiga kerajaan besar ini, ada satu lagi yang berada pada satu era, yaitu Gaya.
"Namun Gaya tidak memiliki peninggalan yang banyak," tuturnya. Kim Hyun Joo juga menjelaskan soal perbedaan iklim hingga sosial budaya yang mempengaruhi desain hanbok yang dikenakan warga Goguryeo, Baekje, dan Silla. Dan sejumlah film dan drakor ternyata menampilkan hal ini secara cukup pas dengan aslinya.
Hanbok Kerajaan Goguryeo yang Dingin
"Masyarakat Goguryeo pintar berkuda, karena Goguryeo wilayahnya di utara dingin sekali. Dibanding dengan selatan, dua kali lipat lebih dingin," kata Kim Hyun Joo. Kondisi iklim seperti ini, juga membuat lahan suit ditanami. Karena itu, mereka mesti mengandalkan bidang lain demi mendapat makanan.
"(Masyarakat Goguryeo) pintar memanah dan berkuda untuk mencari nafkah, karena di sana tak bisa menanam dengan iklim yang kering dan dingin. Yang makan beras hanya raja dan ratu. Sementara masyarakat makan kacang-kacangan," tutur Kim Hyun Joo.
Lantas, bagaimana kondisi ini mempengaruhi hanbok yang mereka pakai? Untuk celana yang digunakan, memiliki potongan pipa yang sangat lebar. Sementara jeogori atau atasan hanbok-nya, panjang sampai ke lutut karena dingin. Rok yang digunakan para wanita pun biasa berlipit-lipit. "Mereka suka memakai pola bintik-bintik," kata Kim Hyun Joo.
Drama Korea yang menampilkan hanbok Goguryeo dengan pas, adalah Jumong (2006) yang dibintangi Song Il Kook.
Baekje yang Kaya Raya
Berbeda dengan Goguryeo, Baekje yang terletak di tepi Sungai Han begitu subur. Tak heran, kerajaan ini pun begitu kaya, bahkan dapat memulai kerja sama dengan negara asing seperti Jepang dan Cina. "Jadi Baekje makin kaya lagi. Harta karun dari Baekje juga yang paling banyak," ujar Kim Hyun Joo.
Masyarakat Baekje menganut agama Buddha, sehingga peninggalannya pun banyak berkaitan dengan agama ini. "Baekje paling kuat di bidang seni," ujar Kim Hyun Joo. "Bahkan peneliti menyebut Hallyu masa kini berasal dari Baekje."
Adapun hanbok yang dikenakan, relatif lebih pendek dari Goguryeo. Begitu pun dengan jubah Raja yang lebih pendek. Raja dan Ratu mengenakan pakaian dengan warna khas ungu dan mengenakan sabuk dari kulit sapi.
Drakor yang menampilkan era ini adalah The King of Legend (KBS/ 2010), Gye-Baek (MBC/ 2011), dan Ballad of Seodong (MBC/ 2005).
Kilauan Emas Silla
Terakhir, adalah Kerajaan Silla. "Silla sangat kompetitif. Kerajaan ini dikenal dengan teknologinya yang unggul dan sains yang maju," kata Kim Hyun Joo.
Sosok yang dikenal dalam era Kerajaan Silla adalah Ratu Seondeok, yang merupakan penguasa wanita pertama di Silla. Sosoknya diangat dalam drakor sageuk MBC, The Great Queen Seondeok, yang tayang tahun 2009. "Dalam masa ini budaya dan seni sangat berkembang sekali di Silla," ujarnya menambahkan.
Lantas bagaimana dengan hanbok yang dikenakan di kerajaan ini? Pakaian di Kerajaan Silla punya kemiripan denga Baekje. Yang paling membedakan adalah aksesoris yang digunakan oleh warga Silla. "Silla sangat sejahtera. Karena itu mulai memakai akesoris seperti anting," kata Kim Hyun Joo. Sementara yang khas dari para raja dan ratu Silla adalah mahkota emas yang dikenakan mereka.
Drakor kondang selain Queen Seondeok yang menampilkan kerajaan ini adalah Hwarang (KBS2/ 2016).