Makna Lagu One dari Metallica, Tentang Kelamnya Perang yang Membuahkan Kesepian dan Jeritan Tanpa Suara

5 days ago 16

Liputan6.com, Jakarta Lagu "One" dari Metallica bukan sekadar karya musik metal klasik. Ini adalah potret tragis seorang tentara muda yang kehilangan segalanya dalam perang—indera, anggota tubuh, dan harapan hidup—namun masih terperangkap dalam kesadaran penuh. Makna lagu ini menggambarkan kondisi mengerikan sang prajurit setelah terkena ledakan mortir.

Dia tak bisa melihat, mendengar, mencium, merasa, atau bergerak. Terbangun dari koma di rumah sakit, ia hanya bisa mengenang masa lalunya—termasuk pesan-pesan dari sang ayah—sambil berjuang mencari cara agar dunia tahu: ia ingin mati.

Lirik lagu ini terinspirasi langsung dari novel Johnny Got His Gun (1939) karya Dalton Trumbo, yang juga difilmkan pada 1971. Dalam lagu tersebut, Metallica menyisipkan kutipan penting dari buku itu:

"A million to one always leaves one." Kutipan ini menggambarkan ironi eksistensial: kemungkinan seorang manusia mengalami penderitaan sebesar itu memang sangat kecil, tapi tetap saja nyata bagi satu orang. 

Tragedi yang Dibungkus Distorsi dan Morse Code

Kisah dalam lagu ini mencapai puncaknya saat sang tentara mulai mengalami kejang-kejang terus-menerus. Para dokter bingung karena tubuhnya tak kunjung mati.

Saat seorang prajurit lain menyadari bahwa itu adalah kode Morse, terbukalah isi hati tokoh utama: “He is saying K-I-L-L M-E over and over again.”

Tragis dan brutal, "One" membawa dimensi kemanusiaan yang dalam melalui aransemen musikal yang perlahan membangun tensi, dari melodi balada hingga distorsi metal yang menghantam.

Dari Buku, Film, ke Video Klip Penuh Luka

James Hetfield, vokalis sekaligus penulis lagu ini bersama drummer Lars Ulrich, mengenal Johnny Got His Gun lewat kakak tirinya, David Hale. Ketika Metallica membuat video musik "One", mereka meminjam potongan gambar dan dialog dari film adaptasi novel tersebut. Ini menjadi video klip pertama Metallica—sebuah keputusan besar bagi band yang sebelumnya sangat menjaga jarak dari MTV.

Visual dalam video "One" suram dan mengguncang: hitam putih, atmosfer kelabu, dengan nuansa film lama yang memperkuat rasa mencekam dari lagu.

Meski awalnya ragu karena terlalu banyak potongan film yang menutupi musik, akhirnya Metallica dan sutradara Bill Pope serta Michael Salomon mencapai kompromi.

Untuk menghindari pembayaran royalti berkelanjutan atas penggunaan film, Metallica akhirnya membeli hak atas film Johnny Got His Gun. Saat film tersebut dirilis ulang dalam format DVD, itu terjadi berkat langkah yang diambil Metallica.

Lagu yang Tak Pernah Mati

"One" dirilis dalam album ...And Justice for All (1988) dan menjadi single pertama yang menampilkan Jason Newsted sebagai bassist baru, menggantikan Cliff Burton. Namun, permainan bass Newsted nyaris tak terdengar dalam rekaman karena tertimbun oleh mixing. Meskipun demikian, Newsted menyebut album tersebut tetap "sempurna" karena menangkap suasana pada zamannya.

Lagu ini juga menjadi penampilan pertama Metallica di ajang Grammy Awards pada 1989. Ironisnya, saat itu penghargaan Best Hard Rock/Metal Performance justru diberikan kepada Jethro Tull, band yang bahkan tidak dianggap metal. Tahun berikutnya, Metallica menang dengan "One", dan kembali menang lewat "Stone Cold Crazy" pada tahun selanjutnya.

Versi "One" juga ditampilkan bersama pianis Lang Lang di Grammy 2014, menunjukkan fleksibilitas artistik lagu ini bahkan dalam format orkestra. Lagu ini juga dimasukkan dalam album live S&M (1999), hasil kolaborasi Metallica dengan San Francisco Symphony.

Selain itu, "One" juga muncul dalam permainan video Guitar Hero III: Legends of Rock dan dikenal sebagai salah satu lagu tersulit di dalam video game tersebut.

Makna Lebih Dalam dari Sekadar Lagu Perang

James Hetfield menegaskan bahwa "One" bukanlah lagu anti-perang secara eksplisit. Dalam wawancaranya bersama The Howard Stern Show pada 2013, Hetfield mengatakan, “Perang adalah bagian dari manusia. Kami hanya menulis tentang itu. Bukan baik atau buruk, itu hanya sesuatu yang ada.”

Hetfield sendiri mengaku bisa merasakan penderitaan tokoh dalam lagu karena masa kecilnya yang sulit. Ia pernah merasa seperti "tahanan dalam tubuhnya sendiri", tak bisa lari dari luka batin setelah ditinggal ayahnya di usia 13 tahun dan kehilangan ibunya tak lama setelah itu.

Tak heran jika "One" menjadi salah satu karya Metallica yang paling menyayat dan penuh lapisan emosi. Dalam kesenyapan karakter utama, Metallica justru menciptakan jeritan paling lantang tentang trauma, kehilangan, dan makna hidup yang masih menggantung.

Foto Pilihan

Tim The Musicians menyapa penonton saat Vindes Bahkan Voli 2 di Mahaka Square, Jakarta, Sabtu (31/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |