Ketika WhatsApp jadi Sasaran dalam Konflik Iran dan Israel

3 days ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru saja mengumumkan Iran dan Israle telah menyepakati gencatan senjata. Pengumuman ini dibuat tak lama setelah Iran meluncurkan serangan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar.

Meski kini sudah dimulai gencatan senjata, konflik antara Iran dan Israel ini ternyata tidak melulu soal adu misil, melainkan juga melibatkan dunia digital.

Salah satunya, seperti dikutip dari Time Magazine, Rabu (25/6/2025), di awal perseteruan ini, pemerintah Iran melalui siaran TV nasional sempat meminta masyarakatnya untuk menghapus WhatsApp dari smartphone mereka.

Seruan ini dilontakarn lantaran ada kekhawatiran aplikasi chatting milik Meta tersebut mengumpulkan informasi pengguna untuk dibagikan pada Israel.

Tidak hanya aplikasi WhatsApp, warga juga diminta menghindari penggunaa aplikasi lain yang berbasis lokasi.

Menjawab tuduhan itu, WhatsApp menyatakan kalau hal tersebut tidak benar. Sebab, aplikasi mereka telah dibekali teknologi enkripsi end-to-end.

Dengan kata lain, pesan yang dikirimkan tidak bisa dilihat pihak ketiga, bahkan WhatsApp sendiri. 

Tak Hanya Rudal, Seteru Israel dan Iran Merambah ke Perang Siber

Di samping itu, menurut ahli keamanan siber, perang antara Iran dan Israel juga telah merambah ke dunia maya melalui perang siber.  

Seorang ahli keamanan siber yang bekerja untuk Microsoft selama beberapa tahun, Christin Flynn Goodwin, melacak adanya beberapa peretas paling terkenal di dunia, termasuk kelompok yang terhubung dengan militer Israel dan Iran, mengenai dampak potensi perang siber.  

“Kami telah melihat perang dunia maya selama bertahun-tahun terjadi berkali-kali antara kedua negara ini. Tentara Israel terkenal dengan kemampuan sibernya dan Unit 8200-nya adalah kelas dunia,” kata Goodwin, mengutip My North West, Senin (23/6/2025). 

Begitu juga dengan personel Iran. Menurut Goodwin, “Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dan Institut Mabna-nya begitu terkenal untuk urusan siber.”

Sekadar informasi, sejak Israel meluncurkan serangan rudal awalnya ke Teheran minggu lalu, kedua belah pihak juga melepaskan serangan dunia maya. Hal ini berpotensi menyebabkan konsekuensi yang mematikan. 

Serangan Siber Naik 700 Persen di Tengah Perang Iran-Israel

Bahkan, firma keamanan siber Ragnar Cybersecurity memerkirakan serangan siber Iran telah meningkat 700 persen dan menargetkan Israel. 

Sementara itu, minggu lalu, hacker Iran disebut telah mengirim pesan teks kepada ribuan orang Israel yang mengancam serangan teror. 

Sejak beberapa hari lalu, dua perusahaan siber terkenal mendesak perusahaan Amerika untuk meningkatkan pertahanan siber mereka.

Hal ini seiring dengan catatan di mana para hacker yang disponsori negara Iran masif menarget infrastruktur AS selama konflik sebelumnya. 

“Perang dunia maya juga bisa berbahaya. Mungkinkan negara-negara ini memilih untuk menggunakan taktiknya memburu infrastruktur penting seperti kontrol operasional dalam sistem pemanas atau jaringan listrik, atau mungkin air?” kata Goodwin. 

Hacker Israel Lumpuhkan Ekonomi Iran?

Sementara itu mengutip Euronews, kelompok hacker yang diduga terkait dengan Israel belum lama ini mengklaim bertanggung jawab mengganggu operasional bank dan membanjiri pasar kripto dengan USD 90 juta dana curian. 

Adapun pejabat Israel melaporkan pesan palsu yang dikirim ke publik, yang memperingatkan mereka mengenai adanya serangan teroris terhadap tempat penampungan bom. Tujuannya adalah untuk menabur kepanikan. 

Berdasarkan data, kelompok hacker anti-Iran yang kemungkinan terkait dengan Israel, Gonjeske Darande alias Predatory Sparrow belum lama ini mengklaim serangan terhadap salah satu bank terkenal di Iran “Bank Sepah. 

Gara-gara hal itu, masyarakat Iran kesulitan mengakses akun perbankan mereka, sulit ambil uang tunai maupun mengambil kartu bank mereka. 

Sebelumnya di tahun 2018, Depkeu AS memberi sanksi ke Bank Sepah karena dianggap mendukung Iran.  

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |