Liputan6.com, Jakarta Film Keadilan The Verdict mempertemukan dua aktor papan atas, Reza Rahadian dan Rio Dewanto. Dalam film ini, Rio Dewanto sebagai Raka. Trailer dan poster resminya telah diperkenalkan kepada publik di Grand Indonesia Jakarta, Rabu (24/9/2025).
Poster film Keadilan The Verdict terbilang berani. Tampak di poster Raka mengacungkan pistol ke arah Timo, pengacara manipulatif yang dimainkan Reza Rahadian. Publik mulai bertanya, Raka sebenarnya tokoh antagonis atau protagonis?
“Memerankan karakter Raka di film ini enggak mudah. Hampir sekitar 60 atau 70 persen adegannya banyak di ruang sidang. Bagimana membuat (suasana) di ruang sidang secara eskalasi juga terus naik,” kata Rio Dewanto.
Tugas besar pemain dan kru film Keadilan The Verdict, jangan sampai penonton bosan. Setelah melihat trailernya, Rio Dewanto happy. Raka tokoh yang manusiawi. Namanya manusia, tak ada yang 100 persen putih atau hitam.
Vino G. Bastian telah mencatatkan sejumlah pencapaian gemilang sepanjang kariernya di industri perfilman Indonesia. Keberhasilannya dalam membawakan beragam karakter ikonis dan membintangi berbagai film tidak lepas dari dukungan serta kolaborasi erat...
Menjadi Antagonis Punya Alasan Sendiri
Berbincang dengan Showbiz Liputan6.com, Rio Dewanto mengatakan, Raka punya alasan kuat mengapa akhirnya jadi antagonis. Selama mendalami naskah, suami Atiqah Hasiholan mencoba berempati pada Raka.
“Bahwa dia menjadi antagonis, ada alasan tersendiri,” akunya. “Buat saya pribadi ketika dihadapkan dengan hal seperti itu dan saya punya kapasitas untuk melakukan hal itu mungkin saya akan melakukan hal yang sama dengan cara saya sendiri,” Rio Dewanto menyambung.
Raka Punya Kapasitas
Sesuai judul, film karya sineas Lee Chang Hee dan Yusron Fuadi ini mengupas betapa tak mudah mendapat keadilan di dunia. Mereka yang punya banyak uang acapkali menggunakan kuasa dan harta untuk “menyetir” keadilan itu sendiri.
“Kebetulan mungkin, Raka punya kapasitas. Dia mampu untuk mengudeta ruang persidangan dengan kekuatannya dan dukungan-dukungan di belakangnya. Dia bisa melakukan hal itu. Menariknya adalah kapan lagi gue bisa mengudeta (intervensi) ruang persidangan,” cetusnya.
Lee Chang Hee dan Yusron Fuadi
Diarahkan dua sutradara dari dua negara tak membuat Rio Dewanto dan para pemain lain kebingungan. Ada pembagian tugas yang jelas. Rio Dewanto menyebut, Lee Chang Hee punya sistem kerja sangat profesional. Begitu pun Yusron Fuadi.
“Mas Yusron dengan caranya, profesionalitas dia, pendekatannya berbeda dengan Lee Chang yang lebih banyak urusan teknis. Bikin story board dan semua shot list. Kalau Mas Yusron, ke pengadeganan, akting, dialog, dan dramaturgi,” pungkas Rio Dewanto.