Liputan6.com, Jakarta Perlahan tapi pasti nama Aisha Nurra Datau dikenal publik. Setelah tampil meyakinkan dalam Dua Hati Biru, kini ia memerankan karakter Rifa dalam film Jodoh 3 Bujang karya sineas Arfan Sabran.
Dalam film Jodoh 3 Bujang yang tayang mulai 26 Juni 2025 di bioskop, Aisha Nurra Datau adu akting dengan Jourdy Pranata. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ia adalah putri aktris peraih Piala Citra, Ine Febriyanti.
Dalam sesi wawancara eksklusif dengan Showbiz Liputan6.com, di Gedung KLY Jakarta baru-baru ini, Aisha Nurra Datau mengenang masa kecil ketika diajak ibunda menjalani sesi pemotretan untuk majalah hingga main film.
“Dari kecil aku ingat banget digendong-gendong mamaku untuk photoshoot untuk sampul majalah. Dia bikin tenda buat aku tidur di situ. Jadi sejak kecil sudah familier dengan suasana syuting. Digendong papa mau naik kamera dan sebagainya,” katanya.
Mas-Mas Berbaju Hitam
Ayah Aisha Nurra Datau adalah Yudi Datau, sinematografer yang telah empat kali menang Piala Citra lewat film Gie, Denias Senandung Di Atas Awan, Dilema, hingga 5 Cm. Sejak kecil, Aisha Nurra Datau akrab dengan suasana lokasi syuting.
“Jadi sejak kecil sudah familier dengan dunia ini, mas-mas berbaju hitam yang bawa lampu, sudah melihat dan karena terlalu dekat aku berpikir: Gila, gue enggak mungkin kerja kayak begini,” Aisha Nurra Datau mengenang.
“Pasti gue jadi arsitek, punya kantor di kawasan Sudirman Thamrin Jakarta dengan banyak anak buah dan sebagainya. Enggak kayak ibu bapak gue,” imbuhnya. Takdir berkata lain. Nyatanya, Aisha Nurra Datau mengekor jejak ibunda di dunia seni peran.
Kali pertama ia syuting usia 12 tahun. Nama Aisha Nurra Datau mulai dikenal setelah jadi pemeran utama film Iqro: Petualangan Meraih Bintang. Lewat film itu, ia masuk bursa FFI 2017 dengan nominasi Pemeran Anak Terbaik.
Aku Meremehkan Itu, Awalnya...
Aisha Nurra Datau menyadari pencapaian ini tak akan terjadi tanpa dukungan ayah ibu. Disadari atau tidak, darah seni mengalir dari Yudi Datau dan Ine Febriyanti ke putri mereka. Karenanya, Aisha Nurra Datau berterima kasih kepada orang tuanya.
“Aku berada di sini tentu saja terima kasih banget mama papaku yang sudah memberi kesempatan dan tangga yang bikin jauh lebih mudah. Aku syuting pertama kali saat 12 tahun, casting di rumah, sangat simpel,” Aisha Nurra Datau menyambung.
“Aku enggak pernah belajar karena merasa ini bukan hal sulit. Aku meremehkan itu. Karena telah terbiasa dan sering melihat,” akunya seraya mengingat kali pertama jatuh hati pada dunia akting. Aisha Nurra Datau menyebut semua ini gara-gara sahabatnya, Haikal.
Sang sahabat mengajaknya menjalani gap year. Menlansir dari berbagai sumber, gap year adalah masa jeda yang diambil seseorang, biasanya setelah lulus SMA atau SMK, sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi (kuliah) atau memulai karier.
Gara-Gara Gap Year
Aisha Nurra Datau diajak seru-seruan dulu selama setahun sebelum kembali serius belajar di bangku kuliah. Aktris kelahiran Jakarta, 31 Juli 2004, itu menilai gap year ide menarik. Aisha Nurra Datau lantas mengusulkan ini kepada ayahnya.
“Aku bilang sama Bapak dan diizinkan. Lalu, ikut kelas akting di Rumah Art, ikut casting dan lain-lain. Ya sudah let it flow saja,” tutur Aisha Nurra Datau lalu menyimpulkan, “Ternyata aku jatuh cinta sama seni peran, seru!”
Bekerja di lokasi syuting, baginya, bukan sekadar menyalurkan kecintaan pada seni peran. Aisha Nurra Datau pun belajar makin respek terhadap ibunda, sesama aktor, hingga mereka yang kerja sebagai kru dari sutadara hingga sopir.
“Karena aku berada di dunia seni juga, aku melihat pekerjaan mamaku dan di waktu yang sama melihat papa sebagai kru. Jadi aku melihat dia dan punya pertanyaan yang sekilas remeh: Kenapa sih, kru lebih capai lebih dari kita tapi dibayarnya jelek,” urainya.
“Kenapa sih, bapak gue diminta berangkat duluan sementara gue jam 7 saja? Kok dia berangkat jam 4 pulang dan 2? Hal-hal itu yang bikin aku lebih bisa respek terhadap kru,” Aisha Nurra Datau membeberkan.
Karenanya, Aisha Nurra Datau sangat menikmati suasana kerja yang kekeluargaan saat syuting film Jodoh 3 Bujang di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia berharap, Jodoh 3 Bujang jadi warna baru di industri film dan sukses di pasar.