Liputan6.com, Jakarta - Dari deteksi ancaman real-time hingga prediksi serangan di masa depan, kecerdasan buatan (AI) memberikan perisai yang lebih kuat untuk mencegah serangan siber.
Kemampuan AI untuk menganalisis data dalam jumlah besar dari berbagai sumber, seperti jaringan, perangkat, dan aktivitas pengguna, memungkinkan deteksi anomali dan pola mencurigakan yang menjadi indikasi serangan siber.
Menurut Associate Director ManageEngine, Karthick ChandraSekar, AI dan machine learning (ML) dapat digunakan untuk memperkuat sistem keamanan siber perusahaan.
"AI dapat mengidentifikasi anomali dalam pola lalu lintas jaringan dan secara otomatis merespons ancaman, sehingga memberikan perlindungan yang lebih cepat dan efisien," ia menjelaskan, melalui keterangannya, Senin (3/3/2025).
Beberapa manfaat utama AI dalam keamanan siber meliputi:
- Analisis perilaku pengguna untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan.
- Penyaringan otomatis terhadap serangan phishing untuk melindungi karyawan dari ancaman rekayasa sosial.
- Manajemen identitas dan akses untuk mengurangi risiko kompromi akun.
Sebagai bagian dari mitigasi ancaman siber, perusahaan harus berinvestasi dalam pelatihan karyawan untuk mengenali potensi risiko. Data dari Indonesia Anti-Phishing Data Exchange (IDADX) menunjukkan adanya 44.563 laporan penyalahgunaan domain pada kuartal pertama 2024.
Autentikasi Multi-faktor (MFA)
Karthick menambahkan perusahaan di Indonesia harus mengadopsi autentikasi multi-faktor (MFA) dan segmentasi jaringan sebagai bagian dari strategi pertahanan mereka.
“MFA adalah langkah penting untuk mencegah akses tidak sah, terutama dengan semakin maraknya kerja jarak jauh. Sementara itu, segmentasi jaringan membatasi pergerakan lateral penyerang dalam sistem,” ujar Karthick.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa perusahaan dapat menerapkan empat metode utama untuk memperkuat keamanan siber:
- Menerapkan Protokol Autentikasi yang Kuat: Mengandalkan kata sandi saja tidak cukup. MFA menjadi solusi utama dalam mencegah akses tidak sah.
- Membatasi Hak Akses Pengguna: Prinsip least privilege harus diterapkan agar karyawan hanya memiliki akses yang diperlukan untuk pekerjaan mereka.
- Menggunakan Segmentasi Jaringan: Dengan memisahkan jaringan ke dalam beberapa bagian yang lebih kecil, peretas akan kesulitan menyusup ke seluruh sistem.
- Memperbarui dan Menambal Perangkat Lunak Secara Berkala: Perangkat lunak yang tidak diperbarui rentan terhadap eksploitasi oleh penyerang.
Pendekatan Zero Trust semakin populer sebagai strategi keamanan siber yang efektif. Model ini mengasumsikan bahwa ancaman dapat berasal dari dalam maupun luar organisasi, sehingga semua akses harus divalidasi terlebih dahulu.
Deteksi Ancaman Real-time dan Analisis Perilaku
Salah satu kekuatan utama AI dalam keamanan siber adalah kemampuannya untuk mendeteksi ancaman real-time. Dengan menganalisis big data, AI dapat mengidentifikasi pola-pola mencurigakan yang mungkin terlewatkan oleh sistem keamanan tradisional. Sistem ini bekerja layaknya detektif digital yang selalu siaga 24/7.
Selain itu, AI juga memanfaatkan User and Entity Behavior Analytics (UEBA) untuk membangun profil perilaku normal pengguna dan entitas dalam sistem.
Perilaku yang menyimpang dari profil ini akan segera terdeteksi sebagai potensi ancaman, termasuk ancaman dari dalam organisasi (insider threat).
Kemampuan AI dalam menganalisis perilaku pengguna ini sangat efektif dalam mendeteksi serangan yang halus dan terselubung, yang seringkali lolos dari sistem keamanan konvensional. Ini memberikan lapisan pertahanan tambahan yang sangat dibutuhkan.
Otomasi dan Prediksi Ancaman Siber
AI tidak hanya handal dalam deteksi, tetapi juga dalam otomatisasi respons keamanan. Banyak tugas keamanan siber yang memakan waktu, seperti investigasi insiden dan remediasi kerentanan, dapat diotomatisasi dengan AI. Otomatisasi ini meningkatkan efisiensi dan kecepatan respons terhadap ancaman.
Lebih jauh lagi, AI mampu memprediksi serangan di masa depan dengan menganalisis data historis dan pola serangan sebelumnya.
Kemampuan prediksi ini memungkinkan organisasi untuk mengambil langkah-langkah pencegahan proaktif, memperkuat pertahanan sebelum serangan terjadi. Ini adalah langkah strategis yang sangat penting.
Dengan kemampuan prediksi ini, organisasi dapat mengalokasikan sumber daya dengan lebih efektif dan menghindari kerugian yang signifikan akibat serangan siber. Ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam strategi keamanan siber.