6 Potret Dapur Rumah Al Ghazali dan Alyssa Daguise, Kombinasi Warna dan Pencahayaan yang Beri Kesan Mewah

Liputan6.com, Jakarta Dari potongan video akun YouTube @maiaaleldultv, enam foto ini memperlihatkan dapur rumah Al Ghazali dan Alyssa Daguise dari berbagai sudut yang berbeda. Terlihat jelas area memasak hingga sudut santai tempat keluarga menikmati hidangan. Perpaduan warna kayu gelap, meja batu alam, dan aksen handle emas membuat dapur terlihat mewah, tapi tetap terasa hangat dan akrab.

Rangkaian foto ini menunjukkan pembagian area dapur yang rapi, yaitu dry kitchen dengan suasana hangat untuk aktivitas sehari-hari, dan wet/dirty kitchen di balik pintu samping untuk masak berat. Pencahayaan dari downlight dan lampu kolong kabinet menonjolkan tekstur material sekaligus memberi suasana yang hangat dan intim.

Pada foto pertama, tampak Alyssa Daguise di area memasak yang ditandai oleh kompor induksi datar yang menyatu rapi dengan top table batu bermotif marmer, sementara sebuah Dutch oven merah berukuran besar dengan tutup berpadu di dekatnya menjadi aksen warna yang kuat dan otomatis menarik fokus mata karena kontrasnya terhadap kabinet kayu gelap.

Di atas kompor terdapat hood/chimney built-in berukuran lebar dengan panel kaca dan pencahayaan terintegrasi yang menyinari backsplash kaca polos, sehingga uap masakan terlihat jelas sekaligus menegaskan fungsi ventilasi dan aspek higienis yang mudah dibersihkan.

Kabinet atas dan bawah menggunakan finishing kayu gelap dengan handle garis berwarna emas, menciptakan kesan modern-lux; pada countertop terlihat mangkuk mixing stainless, spatula, butter, serta botol minyak—menandakan dapur ini bukan hanya pajangan tapi benar-benar dipakai untuk cooking session harian.

Foto kedua memperlihatkan area yang sama, dan tampak pintu menuju ruang servis dengan pencahayaan kebiruan yang mengarah ke zona berbeda, sebuah indikasi kuat adanya wet/dirty kitchen untuk mengolah masakan yang lebih “berat” agar bau tidak menyebar ke area keluarga.

Di sisi kiri terlihat kulkas side-by-side berwarna hitam dengan dispenser dan banyak tempelan magnet, yang dalam bahasa desain menandakan ruang ini memang hidup dan sering dipakai menyimpan bahan, snack, serta catatan kecil keluarga.

Pola pencahayaan downlight hangat menyelimuti kabinet dan ambalan, membuat warna kayu gelap tampil elegan, sedangkan hood tetap terlihat mencolok sebagai elemen fungsional yang menjaga kualitas udara saat memasak.

Dalam foto ketiga, meja kerja memanjang dipenuhi wadah, frozen food, dan alat kecil seperti rice cooker berwarna pastel, yang menunjukkan fungsi dry kitchen sebagai tempat food prep dan plating sebelum dihidangkan ke meja makan.

Kabinet atas menggunakan pintu kaca buram (frosted) yang membantu menyamarkan isi rak agar visual tetap bersih namun akses tetap cepat, sementara jendela besar di dinding belakang memberi pencahayaan alami dan sirkulasi selain dukungan exhaust.

Sink besar dengan dish rack sederhana menandakan alur kerja “masak-cuci-simpan” dirancang dalam satu lintasan, sehingga efisiensi gerak pengguna meningkat dan countertop tetap lega walau aktivitas sedang ramai.

Foto keempat menyorot area berkumpul dengan lemari display kaca dan rak lengkung di pojok, di mana Al Ghazali dan beberapa saudaranya tampak mencicipi camilan, sehingga jelas bahwa bagian ini memang disiapkan sebagai zona santai yang menyatu dengan dapur.

Desain rak lengkung memberi “soft corner” yang memecah dominasi garis tegas kabinet dan sekaligus aman untuk area ramai, sementara pencahayaan titik di plafon menonjolkan tekstur dan koleksi yang diletakkan pada rak.

Pemilihan palet netral pada dinding dan furnitur membuat makanan dan perlengkapan berwarna lebih “pop”, yang dalam fotografi interior membantu menciptakan foto yang menggugah selera serta konten yang enak dilihat di layar.

Pada foto kelima, tampak Dul Jaelani dan Tissa Biani yang berada di depan panel kaca vertikal di sisi hood yang membingkai area kompor, menjadi aksen modern yang memantulkan cahaya dan memperluas rasa ruang tanpa perlu cermin besar, sementara handle emas tetap konsisten menciptakan ritme visual.

Deretan jendela lebar di atas sink menghadirkan horizon cahaya yang stabil sepanjang hari, sehingga dapur terasa terang dan sehat, dan lantai berwarna terang menjaga keseimbangan agar keseluruhan komposisi tidak terasa terlalu berat.

Meja tengah sementara (meja lipat/kargo) menunjukkan dapur fleksibel untuk menerima kiriman atau menata hidangan sebelum dipindahkan, yang selaras dengan kebiasaan rumah yang sering menerima tamu keluarga dan sahabat.

Foto keenam adalah bidikan lebar yang menampakkan aliran ruang terbuka antara dapur, meja bundar serbaguna, dan area keluarga di sisi kanan yang dihiasi panel seni dinding serta air purifier kipas menara, menandakan perhatian pada kualitas udara serta kenyamanan termal.

Dari sudut ini kita melihat komposisi kabinet U-shape mengitari dinding dengan akses pintu ke wet kitchen, sehingga sirkulasi kerja dan sirkulasi tamu tidak saling bertabrakan, sebuah prinsip ergonomi penting pada dapur keluarga yang sering dipakai bersama.

Keseluruhan konsep dapat dirangkum sebagai modern-lux hangat: kayu gelap untuk kesan mewah, batu bermotif marmer untuk durabilitas dan estetika, aksen emas sebagai pemanis visual, serta lighting berlapis (downlight, under-cabinet, dan lampu hood) untuk menunjang aktivitas memasak maupun suasana kumpul.

Q: Apa konsep utama dapur ini?

A: Modern-lux hangat dengan kayu gelap, top table batu, dan aksen handle emas.

Q: Mengapa ada dua area dapur?

A: Dry kitchen untuk persiapan ringan dan kumpul, wet kitchen untuk masak berat agar bau dan panas terkontrol.

Q: Kompor apa yang digunakan?

A: Kompor induksi datar yang rapi menyatu dengan countertop sehingga mudah dibersihkan.

Q: Bagaimana strategi pencahayaannya?

A: Kombinasi downlight hangat, lampu kolong kabinet, dan lampu hood agar area kerja terang dan makanan tampak menggoda.