Liputan6.com, Jakarta Komang salah satu dari lima film Indonesia yang berkompetisi di libur Lebaran 2025. Dalam karya sineas Naya Anindita ini, Kiesha Alvaro sebagai Raim Laode standup comedian sekaligus musisi ternama Tanah Air.
Judul film ini merujuk pada Komang Ade Widiandari, yang dicintai lalu dinikahi Raim Laode. Dalam film, ia diperankan Aurora Ribero. Berkompetisi dengan Norma: Antara Mertua dan Menantu, Qodrat 2, Pabrik Gula, serta Jumbo, performa Komang tak bisa dibilang buruk.
Pada hari pertama penayangan, 31 Maret 2025, film produksi Starvision Plus ini meraih 60 ribuan penonton. Sabtu (5/4/2025), film Komang mencapai 500 ribuan. Peluang tembus 1 juta penonton kini tak mustahil.
Apa yang membuat Komang disambut hangat melampaui Norma: Antara Mertua dan Menantu yang semula dijagokan? Berikut review film Komang, moga bisa jadi bekal untuk Anda yang berencana menonton dalam waktu dekat.
Komang, Ode, dan Arya
Komang memulai kisahnya dari Baubau, Sulawesi Tenggara. Di sana, Komang (Aurora Ribero) yang tinggal bersama Meme atau ibu (Ayu Laksmi) dan kakaknya, Kadek (Rhesa Putri). Suatu hari, ia diajak Arya (Adzando Davema) menonton pertunjukan standup comedy.
Di sana, kali pertama Komang melihat aksi Ode (Kiesha Alvaro) dan sangat terhibur. Berganti hari, keduanya bertemu dan berkenalan lebih dalam. Tak sadar, Arya sebenarnya mencintai Komang dalam hati saja. Meme setuju Arya mendekati Komang.
Mengingat, keduanya seiman dan tampak cocok. Ode lantas terbang ke Jakarta mengejar mimpi sebagai standaup comedian sekaligus musisi. Di tengah jalan, ayah Ode (Mathias Muchus) meninggal dunia. Ibunya (Cut Mini) sangat terpukul.
Beda keyakinan Ode dan Komang terhalang restu, hubungan jarak jauh, cemburu, dan salah paham. Dua tinta memang tak bisa menulis satu takdir di lembar yang sama. Pilihannya, menyerah atau memperjuangkan.
Pindah Keyakinan Dalam Sinema
Semula, yang paling saya khawatirkan dari Komang adalah klise adegan pindah keyakinan atas nama cinta atau faktor lainnya. Maklum pada 2008, saya pernah disuguhi adegan seseorang ke sana kemari membawa kitab suci agama tertentu lalu ujungnya pindah keyakinan.
Adegan ini disajikan vulgar di layar lebar. Kitab suci yang dibawa pun tampak baru kayak habis beli dari toko. Sejak itu, tiap kali ada film dengan tema seperti ini saya pikir-pikir buat menonton. Bukan tidak kuat iman atau takut tersinggung.
Seorang narasumber yang saya interviu via telepon pada 2012 pernah memberi tahu, agama itu seperti slip gaji. Yang tahu cukup yang bersangkutan dengan perusahaan. Saking privat. Jadi tak perlu diurusi dan dicampuri orang lain.
Yang saya syukuri, Komang mengeksekusi isu sensitif ini anggunly. Fokusnya murni pada roman dua insan. Dialognya tidak preachy, menitikberatkan pada interaksi dua tokoh utama.
Cinta Tapi Beda
Ketertarikan pada pandangan pertama ditindaklanjuti dengan interaksi seputar nama, latar belakang keluarga, budaya, dan kesadaran bahwa long distance relationship level tertinggi adalah beda iman.
Komang memperlihatkan keragaman yang dirawat memantik harmoni. Ode dalam diam memberi bantuan ke masjid, pura, dan gereja yang dititipkan lewat ibunya. Ini membuat Komang tertegun. Tak ada eksplisit soal mendorong yang satu beralih ke yang lain.
Komang bicara soal “cinta tapi beda,” menemukan jalan lewat pencarian, mendefinisikan ketenangan, mengartikan kembali bahagia, bakti, hingga keluarga dalam skala mikro alias inti.
Maka, hati terasa hangat ketika Komang menunjukkan respek dengan berkerudung saat menunggui sahabatnya salat. Sayup terdengar lantunan ayat suci di rumah ibadah itu. Kita mendengar Ode mengucap salam untuk Meme.
Komang Yang Believable
Gongnya, adalah terkuaknya siapa yang rajin membelikan dupa untuk Meme. Saat itu air mata tumpah, peluk terhangat diberikan ibu untuk anaknya. Restu yang dicari sebagai modal melangkah didapat tanpa harus ribut atau menaikkan suara.
Alur Komang mengalir lembut. Aurora Ribero tampil natural. Penampilannya sedikit chubby, entah jika ia menaikkan berat badan demi kemiripan tokoh atau efek makeup.
Justru penampilan seperti ini membuatnya terasa dekat dan realistis untuk penonton. Dengan aksen Bali luwes alias tak dibuat-buat, figur Komang menjadi believable dan tidak mengawang-awang saking terlalu sempurna.
Kehadirannya membuat penonton yakin bahwa ada banyak Komang di sekitar kita. Mencari Komang tidak mustahil dan bisa jadi dia berada di dekat kita. Hanya butuh doa dan ikhtiar untuk memenangkan hatinya.
Performa Terbaik Kiesha Alvaro (So Far...)
Di sisi lain, Komang adalah pertunjukan akting terbaik Kiesha Alvaro sejauh ini. Ia mengimbangi presence Komang yang mewujud dalam Aurora Ribero. Konsistensi gaya bahasa dan gestur membuat kita sejenak lupa bahwa dia Kiesha Alvaro.
Poin plus lain film ini, Adzando Davema dan Ayu Laksmi yang sebenarnya rawan jadi antagonis justru tampil simpatik. Alasan dan motivasi kuat membuat dua tokoh ini berperan signifikan dalam dramaturgi Komang.
“Komang” hit terbesar Raim Laode (setidaknya hingga kini). Berbagai versi video lagu ini jika ditotal mendulang lebih dari 200 jutaan views di YouTube. Komang menambah panjang daftar lagu hit yang difilmkan.
Sebelumnya ada Asal Kau Bahagia, Surat Cinta Untuk Starla, Akad, Kukira Kau Rumah, hingga Perayaan Mati Rasa yang mencetak box office bersama 1,3 jutaan penonton. Komang tampaknya akan menyusul Perayaan Mati Rasa.
Komang Adalah Pengingat Keragaman
Komang bukan sekadar produk seni bernama film. Bagi saya pribadi, ia adalah reminder bahwa merawat keragaman dimulai dari rumah dan perbuatan-perbuatan nyata sarat makna.
Dari menyiapkan makanan untuk mereka yang salat Jumat. Dari menyiapkan ruang kecil untuk sembahyang mertua tersayang. Dari berpakaian santun saat mendatangi rumah ibadah umat lain. Dari hati.
Komang punya semua elemen penting untuk menjadi film romantis, dekat di hati, dan mengikat dua generasi dengan tali bernama kasih. Kiesha Alvaro, Aurora Ribero, dan chemistry di antara mereka adalah bagian terbaik film ini.
Pemain: Aurora Ribero, Kiesha Alvaro, Cut Mini, Ayu Laksmi, Mathias Muchus, Arie Kriting, Adzando Davema, Neneng Wulandari, Anggika Bolsterli
Produser: Mithu Nisar, Riza, Chand Parwez Servia
Sutradara: Naya Anindita
Penulis: Evelyn Afnilia, Raim Laode, Komang Ade Widiandari
Produksi: Starvision Plus
Durasi: 1 jam, 47 menit