6 Fakta Film Tenung Karya Rizal Mantovani dari Kisah Risa Saraswati: Mitos Kucing Hitam Lewati Jenazah

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Satu lagi film horor diproduksi MD Pictures dengan sutradara Rizal Mantovani, yakni Tenung yang diangkat dari buku karya Risa Saraswati dan Dimasta. Risa Saraswati selama ini dikenal lewat Danur, yang berkali mencetak box office dan punya jagat sinema sendiri.

Tenung yang dibintangi Aisyah Aqilah, Seroja Hafiedz, Emir Mahira, dan Sonia Alyssa, akan menyapa bioskop Tanah Air mulai 5 Juni 2025. Risa Saraswati dan tim MD Pictures optimistis Tenung disambut hangat pencinta film di Indonesia. Kisahnya berdasarkan salah satu mitos tertua negeri ini.

Tenung siap bersaing dengan film lokal dan internasional. Kami tak pernah menggarap film setengah-setengah. Kami menanti Tenung tayang di layar lebar,” kata Chief Communication Officer MD Entertainment Astrid Suryatenggara di Jakarta Selatan, Rabu (30/4/2025).

Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini merangkum 6 fakta film Tenung dari sutradara Rizal Mantovani. Ini bukan kali pertama ia menggarap film berbasis cerita Risa Saraswati. Tahun lalu, Rizal Mantovani mengusung Jurnal Risa dan cukup sukses di bioskop.

1. Salah Satu Mitos Tertua di Indonesia

Dalam konferensi pers yang digelar di MD Place Jakarta, Rizal Mantovani yang mencetak box office lewat Jelangkung dan 5 Cm mengenang salah satu alasan kuat jatuh hati pada naskah film Tenung, yakni tentang salah satu mitos tertua di Tanah Air.

“Salah satu mitos tertua di Indonesia, yaitu bagaimana bila seseorang meninggal, dilewati kucing. Apa yang terjadi? Ini belum saya eksplorasi sebelumnya. Jadi sangat antusias untuk membawa cerita ini ke masyarakat luas di Indonesia,” ujar Rizal Mantovani.

2. Bermula dari Souvenir Pernikahan

Risa Saraswati mengenang, buku Tenung dibuat bersama calon suaminya kala itu, Dimas Tri Aditiyo alias Dimasta, sebagai souvenir pernikahan. Sebagai penulis horor, mereka ingin menulis kisah fiksi berbasis fenomena yang terjadi dan diyakini ada di lingkungan sekitar.

“Saya seram banget ketika dengar mitos kucing melewati jenazah. Dia meninggal lalu bisa bangun lagi, terus ada orang yang hidup kembali tapi dipenuhi lalat. Dulu waktu saya kecil ketakutan, sekarang dituangkan di buku ini,” Risa Saraswati membeberkan.

3. Makna Mendalam Tentang Tumbuh Kembang Anak

Bagi Rizal Mantovani, film Tenung punya makna personal sekaligus mendalam tentang anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga. Rupanya, dibesarkan di lingkungan yang sama bukan jaminan bahwa anak-anak bakal punya karakter serta sudut pandang senada.

“Jadi, tiga anak dalam kisah Tenung dibesarkan di lingkungan yang sama tapi ternyata secara empati dan rasa, beda,” Rizal Mantovani mengulas. “Itu saya perlihatkan dalam film,” imbuhnya seraya menjanjikan ada visual mengejutkan saat kucing melangkahi jenazah seorang ibu.

4. Apa Itu Tenung?

Satu pertanyaan menggelitik muncul: apa beda santet dan tenung? Merespons pertanyaan ini, Risa Saraswati berbagi perspektif. Dalam santet, korban dikirimi sesuatu, disakiti secara supranatural. Tenung kurang lebih sama dengan santet.

“Kurang lebih artinya sama dengan santet, tapi di tenung ini lebih ke melibatkan makhluk halus. Sementara santet lebih ke medium. Jadi kata yang paling pas untuk mewakili cerita ini adalah tenung,” Risa Saraswati membeberkan.

5. Pertemuan Pertama Emir Mahira dan Aisyah Aqilah

Tenung menandai kali pertama Emir Mahira dan Aisyah Aqila beradu akting. Dalam film ini, Aisyah Aqilah memerankan Ira anak bungsu yang tinggal bareng ibunda. Ira tipe penurut. Meski bungsu, ia menyangga beban berat dalam keluarga karena mengurusi banyak hal.

Sedangkan Ari kebalikannya Ira. “Aku jadi Ari, kakaknya Ira. Harusnya rasa tanggung jawabnya besar tapi dia belum siap untuk itu,” beri tahu Emir Mahira. Sang aktor mengaku jatuh hati pada penokohan Ari dan keluarganya yang sangat unik.

6. Belajar Bahasa Sunda

Di luar naskah yang menarik, Emir Mahira dan Aisyah Aqila menghadapi tantangan yakni aksen bahasa Sunda. Emir Mahira bergabung dengan Tenung saat sedang menggarap proyek lain. Waktu persiapan terbatas sehingga ia didampingi acting coach agar pelafalannya tepat.

Hal yang sama dirasakan Aisyah Aqila. “Kesulitan awalnya di aksen Sunda karena aku jauh dari Sunda, aku agak menyeberang pulau. Alhamdulillah terbantu karena acting coach. Ada teman-teman di sekitar juga yang membantu,” Aisyah Aqila mengakhiri.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |