Liputan6.com, Jakarta Tahun 2025 menjadi era keemasan bagi perfilman Tiongkok, khususnya genre aksi. Tidak hanya mengandalkan bela diri klasik dan duel penuh tenaga, film action China kini hadir dengan visual canggih, sinematografi megah, serta cerita yang kompleks dan emosional. Dari kisah militer bawah laut, drama kriminal, hingga wuxia fantasi, semua ditawarkan dalam berbagai kemasan modern yang menggugah rasa.
Para sineas Tiongkok pun semakin berani mengeksplorasi tema dan format. Beberapa film bahkan menggunakan teknologi IMAX dan CGI sekelas Hollywood, sementara lainnya tetap setia pada estetika silat tradisional yang menjadi ciri khas. Tahun ini, kolaborasi antar genre seperti action-drama, action-thriller, hingga cyber-wuxia pun bermunculan, menyajikan tontonan yang kaya perspektif.
Berikut 10 film dan drama action China terbaru yang dirilis atau ramai diperbincangkan di tahun 2025. Tiap film membawa daya tariknya sendiri, baik dari segi koreografi, pesan moral, maupun pengalaman sinematik yang tak terlupakan.
1. Operation Hadal
Disutradarai oleh Dante Lam, Operation Hadal merupakan film aksi militer bawah laut yang menyorot tim elite penyelam Tiongkok dalam misi penyelamatan kapal selam nuklir. Film ini diproduksi dengan teknologi sinematografi tinggi dan dirancang untuk tayang di layar IMAX. Adegan-adegannya menyuguhkan ketegangan luar biasa dalam ruang sempit dan kondisi penuh tekanan.
Ceritanya menggambarkan loyalitas, keberanian, dan dinamika geopolitik yang mengancam stabilitas kawasan. Penonton diajak menyelami bagaimana tekanan fisik dan emosional dihadapi oleh para tentara laut. Ketegangan dibangun dengan baik melalui suara, dialog intens, dan pencahayaan minim khas dunia bawah laut.
Meskipun beberapa pengamat mengkritik narasi yang terlalu patriotik, film ini tetap sukses secara komersial dan visual. Untuk pencinta aksi realistis dan drama militer, Operation Hadal adalah tontonan wajib tahun ini.
2. Urban Crossfire
Urban Crossfire membawa suasana kota metropolitan dalam ketegangan kriminal modern. Film ini mengisahkan dua detektif beda generasi yang dipaksa bekerja sama untuk membongkar sindikat senjata lintas negara. Aksi kejar-kejaran di jalan, baku tembak, dan penyamaran menjadi sajian utama.
Dengan visual malam kota yang tajam dan dialog cepat, film ini menghadirkan atmosfer seperti gabungan Infernal Affairs dan Heat. Elemen detektif klasik berpadu dengan aksi laga yang brutal dan realistik. Konflik antarkarakter juga memberi kedalaman emosional yang lebih dari sekadar tembak-menembak.
Film ini cocok bagi penggemar genre action-thriller urban dengan nuansa gelap dan gritty. Selain menegangkan, ada kritik sosial soal korupsi, hukum, dan moralitas di balik badge kepolisian.
3. Legends of the Condor Heroes: The Gallants
Film ini merupakan adaptasi novel klasik Jin Yong yang mengisahkan perjalanan Guo Jing di tengah konflik antara Song dan Mongol. Disutradarai Tsui Hark, film ini dibintangi Xiao Zhan dan menghadirkan dunia silat yang dramatis, indah, dan penuh warna. CGI yang digunakan memperkaya tampilan pertarungan dan latar kerajaan.
Tak hanya mengandalkan laga, film ini menyisipkan filosofi hidup, nilai kesetiaan, dan kisah cinta yang menyentuh. Pertarungan disajikan dengan irama lembut khas wuxia, diselingi dialog bermakna dan latar alam Tiongkok yang megah. Penonton diajak menyelami dunia penuh kehormatan dan kode moral ksatria.
Sebagai reboot dari kisah legendaris, film ini sukses menghadirkan nuansa baru tanpa kehilangan esensi aslinya. Cocok bagi pecinta wuxia maupun generasi baru yang ingin mengenal epik silat klasik dengan sentuhan modern.
4. The Prosecutor (检察官)
Donnie Yen kembali beraksi sebagai seorang jaksa yang dulunya adalah polisi anti-narkoba. Ketika masa lalunya datang menghantui, ia harus menghadapi jaringan kriminal yang dulu pernah ia tumbangkan. Film ini memadukan laga intens dengan elemen drama hukum dan dilema moral.
Kekuatan utama film ini terletak pada koreografi pertarungan khas Donnie Yen yang cepat, bersih, dan penuh energi. Namun yang membuatnya unik adalah lokasi pertarungan yang tak biasa—seperti ruang sidang, tangga pengadilan, hingga lorong kantor jaksa. Perpaduan ini menciptakan nuansa yang jarang ditemukan di film action lain.
Dibalut dengan tema keadilan dan tanggung jawab masa lalu, The Prosecutor berhasil menawarkan kisah yang menegangkan sekaligus menyentuh. Ini adalah bukti bahwa film laga tak selalu harus berkutat di medan perang atau jalanan.
5. Tiger Squad (2025)
Tiger Squad adalah film aksi-militer China yang dirilis pada 13 Februari 2025. Disutradarai oleh Huang Zhaosheng dan Lan Yu, film ini menampilkan tim elit “Sky Tiger Assault Team” dari militer Tiongkok dalam simulasi perang Red‑Blue modern yang menggabungkan pertempuran elektronik, unit tempur nirawak (drones), dan strategi modern.
Cerita dimulai saat tim infiltrasi menghadapi ambush mengerikan dari Blue Army di medan latihan terpencil. Dengan komunikasi terganggu dan medan semakin berat, enam prajurit elit — dipimpin oleh sniper Li Jian — harus melawan segala kemungkinan untuk bertahan hidup. Konflik internal dan tekanan taktis menambah ketegangan di antara misi yang semakin kritis.3
Film ini berdurasi ± 72 menit, bergenre action-war-thriller, dan dikemas padat tanpa filler. Rating PG‑13. Saat ini tersedia di platform iQIYI Indonesia dengan subtitle Bahasa Inggris (atau Indonesia tergantung region). Trailer resmi juga telah diunggah ke YouTube, tersedia secara internasional
6. Cyber Wuxia: The Matrix of Qi
Cyber Wuxia adalah sebuah inovasi sinematik yang memadukan konsep dunia virtual dan bela diri tradisional Tiongkok. Mengisahkan pendekar muda yang masuk ke dunia digital untuk menghentikan kehancuran klannya, film ini memanfaatkan CGI tinggi serta gerakan slow motion dalam setiap duel. Dunia paralel yang dihadirkan terasa penuh misteri dan intensitas visual.
Keunikan film ini terletak pada koreografi yang dirancang untuk “menembus batas realitas”. Gerakan silat seolah-olah menantang logika fisika, menciptakan kesan imajinatif dan megah. Setiap jurus terlihat seperti aliran energi, berpadu dengan efek cahaya dan musik ambient futuristik yang memperkuat nuansa spiritual-modern.
Meskipun banyak adegan bergantung pada efek komputer, Cyber Wuxia tetap menampilkan filosofi khas wuxia: kehormatan, pengorbanan, dan pencarian jati diri. Film ini akan memikat penggemar The Matrix, Crouching Tiger, Hidden Dragon, hingga mereka yang menggemari aksi eksperimental.
8. Shadow
Film ini merupakan film drama Tiongkok yang dirilis secara resmi pada 20 Juni 2025. Disutradarai oleh Xiaofeng Li dan menampilkan pemeran utama seperti Alan Aruna dan Victor Ma Wikipedia+8IMDb+8Kinoorium+8. Film ini berdurasi sekitar 93 menit, menggunakan bahasa Mandarin dan diproduksi oleh perusahaan perfilman seperti Beijing Joy Leader Culture dan Shanghai Tao Piao Piao Movie & TV Culture IMDb+1Kinoorium+1.
Cerita film ini kurang fokus pada aksi atau bela diri—melainkan menyuguhkan kisah dengan nuansa kontemporer dan latar kehidupan urban Tiongkok. Review dari IMDb menyebutkan bahwa genre film ini lebih ke drama/romantis, tanpa adanya elemen pertarungan atau teknologi canggih IMDb. Jadi jika kamu mencari film action, Shadow (2025) bukan pilihan yang tepat.
7. Red Rebellion
Red Rebellion menceritakan tentang mantan tentara elit bernama Wang Jie yang kembali ke kampung halaman setelah pensiun, hanya untuk mendapati desanya dikuasai geng kriminal. Ia pun memimpin warga dalam perjuangan melawan penindasan, mengembalikan kedamaian dengan tangan besi dan strategi tempur yang ia pelajari semasa aktif.
Nuansa lokal sangat kental dalam film ini, mulai dari latar desa, baju tradisional, hingga suasana pasar dan sawah. Adegan aksinya melibatkan perkelahian tangan kosong di gang sempit, penyergapan senyap malam hari, dan pertempuran antara rakyat dan para preman bersenjata. Tempo film cukup cepat namun dibarengi pembangunan karakter yang kuat.
Dengan pesan moral tentang keadilan dan keberanian rakyat kecil, film ini cocok untuk penonton yang menginginkan kombinasi antara aksi jalanan dan drama sosial. Red Rebellion membuktikan bahwa pahlawan tidak harus selalu datang dari kota besar atau dengan teknologi canggih.
9. Hero Protocol
Seorang agen senior bernama Zhang Rui menjalani misi terakhirnya di bawah aturan rahasia bernama “Protokol Pahlawan”—proyek yang hanya dijalankan jika ancaman nasional telah menyentuh level ekstrem. Dalam perjalanannya, ia diburu oleh pemerintah dan musuh yang pernah ia selamatkan.
Film ini menggabungkan elemen espionase, teknologi canggih, dan drama personal yang intens. Aksi dimulai dari penyamaran di bandara internasional, kejar-kejaran drone, hingga pertarungan tangan kosong di lorong kereta cepat. Semua disajikan dalam tempo tinggi dengan visual modern dan sinematografi cerdas.
Di balik ledakan dan gadget mutakhir, Hero Protocol menyisipkan konflik moral: apakah menyelamatkan banyak orang bisa mengorbankan satu prinsip? Pertanyaan itu mengikat cerita dan memberi kedalaman emosional di tengah ketegangan yang tak henti.
10. Ghostblade: War of Fates
Menutup daftar adalah film fantasi aksi epik yang mengisahkan seorang pendekar roh bernama Shen Li yang dihadapkan pada pilihan berat: membalaskan kematian keluarganya atau menyelamatkan dunia dari kehancuran. Perjalanan batinnya dibarengi duel spektakuler dengan makhluk roh, prajurit iblis, dan saudara seperguruan yang terpecah pandangan.
Visualnya megah—penuh warna, animasi roh, dan pertarungan berskala besar yang mengingatkan pada LOTR versi Tiongkok. Namun di balik kemegahan itu, cerita menyajikan konflik batin, pengkhianatan, dan pergulatan antara dendam dan belas kasih. Karakter utama ditampilkan manusiawi meskipun berwujud supranatural.
Film ini menawarkan pengalaman sinematik lengkap: aksi, drama, mitologi, dan nilai-nilai spiritual. Ghostblade menjadi simbol bahwa film action Tiongkok kini mampu menyeimbangkan fantasi dan realitas emosional dengan sangat apik.
FAQ
1. Apakah film-film ini tayang di Indonesia atau platform global?
Sebagian besar film seperti Operation Hadal, Legends of the Condor Heroes, dan Ghostblade tayang di bioskop-bioskop besar Asia termasuk Indonesia. Beberapa juga tersedia di platform streaming seperti iQIYI, Tencent Video, Netflix, dan Disney+ versi Asia.
2. Apakah semua film ini bergenre action murni?
Tidak semua. Beberapa film menggabungkan genre aksi dengan unsur drama hukum (The Prosecutor), cyber-futuristik (Cyber Wuxia), hingga mitologi (Ghostblade). Inilah yang membuat daftar ini kaya secara tema dan narasi.
3. Apakah film-film ini cocok ditonton semua usia?
Sebagian besar film dalam daftar ini diperuntukkan bagi penonton usia 13 tahun ke atas karena mengandung adegan kekerasan, pertarungan intens, atau tema yang cukup berat. Namun, film seperti Legends of the Condor Heroes atau Ghostblade masih bisa dinikmati oleh remaja dengan pengawasan orang tua karena nilai moral dan visualnya tetap positif.
4. Aktor action mana yang bersinar di film-film ini?
Nama-nama besar seperti Donnie Yen, Xiao Zhan, dan Zhang Hanyu mendominasi jajaran film action 2025 ini. Donnie Yen kembali dengan performa khasnya dalam The Prosecutor, sementara Xiao Zhan tampil memukau sebagai pendekar muda dalam Legends of the Condor Heroes.