Liputan6.com, Jakarta Film thriller bertema penyintas teror hewan buas sudah banyak diproduksi Hollywood dari era Annaconda, Lake Placid, Deep Blue Sea, hingga yang paling legendaris Jaws. Kini, hadir Dangerous Animals karya sineas Sean Byrne.
Dangerous Animals bikin kejutan karena masuk radar Festival Film Cannes 2025 untuk sesi Directors’ Fortnight. Jelas, publik bertanya-tanya sementereng apa, film tentang ikan hiu buas ini hingga melenggang ke salah satu festival film bergengsi sejagat.
Menilik deretan pemainnya, belum ada yang familier di kuping kecuali Jai Courtney. Sang aktor telah tampil di sejumlah film aksi seperti A Good Day To Die Hard (bersama Bruce Willis), Divergent, Terminator Genesys, dan Suicide Squad.
Inilah review film Dangerous Animals. Percayalah, wajah-wajah segar yang muncul di layar hanya salah satu dari sekian banyak daya tarik film ini. Tak hanya menyajikan teror di perairan minim sinyal, film ini sejatinya sindiran bagi manusia.
Maut Dalam Objek Wisata
Dangerous Animals memulai kisahnya ketika Heather (Ella Newto) dan Greg (Liam Greinke) mengunjungi objek wisata kandang hiu yang dikelola Tucker (Jai Courtney). Keduanya masuk ke kandang berterali besi berbekal alat bantu napas lalu dicemplungkan ke laut.
Di sana, Heather dan Greg menyaksikan beragam jenis hiu berkeriapan. Sensasi ketegangan sekaligus keindahan laut tersaji di obek wisata ini. Setelah mentas dari perairan, Tucker menikam Greg berkali-kali hingga tewas dan tercebur ke laut. Heather syok berat.
Beralih ke perkotaan, Zephyr (Hassie Harrison) yang dipergoki Moses (Josh Heuston) mengutil penganan di minimarket terpaksa memberi tumpangan. Di luar dugaan, obrolan keduanya nyambung hingga berakhir di ranjang.
Tak lama kemudian, Zephyr meninggalkan Moses dalam kondisi baper pada pagi-pagi buta. Zephyr ke pantai. Moses menyusul dan kaget mendapati mobil Zephyr tak berpenghuni. Ponselnya pun tertinggal di dalam mobil. Apa yang terjadi?
Melawan Rumus Jadul
Lewat Dangerous Animals, penulis naskah Nick Lepard mengucap selamat tinggal pada rumus lawas sekumpulan orang (biasanya cewek cantik dan cowok ganteng) menuju ke objek wisata yang masih virgin, melakukan kecerobohan, lalu diteror hewan buas.
Rumus jadul lainnya, biasanya sekumpulan orang dari institusi tertentu dengan misi khusus menuju tempat berbahaya lalu hewan tak terduga mengacaukan segalanya. Sebaliknya, Nick Lepard menciptakan tokoh-tokoh dengan latar terang benderang.
Uji Nyali di Laut Lepas
Pertautan dan interaksi mereka terasa intens sebelum mengantar para tokoh ini “uji nyali” dengan tujuan akhir mempertahankan nyawa. Josh Heuston dengan postur atletsi plus perut sicpack-nya bukan sekadar “pemanis” agar Dangerous Animals tampak sedap.
Babak pertama menampilkan pertemuan tak sengaja, ketertarikan terhadap Creedence dan mengapa lagu mereka yang berjudul “Ooby Dooby” terasa enggak banget. Diurai pula soal perbedaan selera makan hingga alasan Zephyr tinggal di mobil.
Jiwa Penyintas Dalam Diri Perempuan
Jiwa rebel tergambar jelas dalam diri Zephyr yang dibawakan dengan meyakinkan oleh Hassie Harrison. Sejak muncul di layar, karakter Zephyr memang terlihat tak biasa dan sangat bisa diandalkan. Josh Heuston tampil dengan pendekatan lain.
Justru di sinilah transformasi karakter Moses lebih kentara. Di awal, Moses hanyalah mas-mas gemesh anak orang kaya yang “heboh sendiri.” Lalu, hatinya tersangkut cinta setelah melewati hubungan intim yang seru. And yes, sex changes everything.
Monster Berwujud Manusia
Di antara keduanya, ada Jai Courtney yang sukses menjadikan Tucker monster berwujud manusia. Trauma masa kecil, wawasan soal biota laut plus sejumput “sakit jiwa” membuat kehadirannya sungguh mengerikan. Lebih ngeri ketimbang teror hiu.
Tak banyak karakter dalam film ini. Menariknya, tiap karakter merujuk pada ekosistem ikan berikut karakteristiknya. Salah satunya, Zephyr yang dipersamakan dengan Marlin, ikan pancingan yang gesit sekaligus kuat.
Tucker menempatkan diri di puncak rantai makanan hingga lupa ikan pancingan ala Marlin pun predator yang mampu membuat perlawanan. Dangerous Animals di tangan Sean Byner bukan lagi soal upaya manusia menyelamatkan diri dari hewan buas.
Manusia Kehilangan Sisi Kemanusiaan
Ini soal manusia menyelamatkan diri dari sesama yang kehilangan sisi kemanusiaan. Sejatinya, tak ada yang lebih mengerikan dari manusia yang berlaku seperti binatang. Makin “cling” karena film ini menitikberatkan pada upaya, bukan hasil.
Maka, jangan heran jika tokoh utama film ini berkali gagal dalam berupaya. Menggunakan segala cara untuk bertahan dalam ekosistem yang tak lagi sehat jika tak mau disebut berbahaya. Perasan keringat dan otak justru membuatnya susah tewas.
Intens. Tegang. Menggemaskan. Titik balik film ini bahkan membuat penonton bertepuk tangan seraya berteriak “mamp**” terhadap sang antagonis. Dangerous Animals dikerjakan pakai hati. Terbukti, menit akhir film thriller ini masih bisa terasa gemas dan sweet.
Pemain: Hassie Harrison, Josh Heuston, Rob Carlton, Ella Newton, Liam Greinke, dan Jai Courtney
Produser: Troy Lum, Andrew Mason, Pete Shilaimon, Mickey Liddell, Chris Ferguson, dan Brian Kavanaugh-Jones
Sutradara: Sean Byrne
Penulis: Nick Lepard
Produksi: LD Entertainment, Brouhaha Entertainment, Range Media Partners, dan Oddfellows Entertainment
Durasi: 98 menit