Liputan6.com, Jakarta Haji Bolot, pelawak senior yang lekat dengan karakter sulit mendengar, dikenal sebagai salah satu ikon komedi Tanah Air. Meski kini jarang tampil di layar kaca, kehidupan Haji Bolot tetap menarik perhatian publik. Bukan karena kemewahan, tetapi justru karena kesederhanaannya yang begitu mencolok—terutama di balik statusnya sebagai pemilik 142 pintu kontrakan.
Ya, meski dijuluki Juragan Kontrakan, Haji Bolot tetap memilih untuk hidup bersahaja. Salah satu buktinya bisa dilihat dari kondisi dapur di rumahnya yang jauh dari kesan glamor. Dari kulkas dua pintu hingga tampah yang digantung di dinding, semuanya menggambarkan pilihan hidup yang sederhana dan apa adanya. Dirangkum Liputan6.com dari YouTube TAULANY TV pada Senin, (21/4/2025), berikut potret dapur Haji Bolot yang menjadi bukti bahwa kesuksesan tak selalu diiringi dengan gaya hidup mewah.
Haji Bolot, Juragan Kontrakan yang Tetap Membumi
Meski memiliki 142 pintu kontrakan, Haji Bolot tidak hidup dalam kemewahan. Ia justru dikenal sebagai pribadi sederhana yang tetap rendah hati meski telah mencapai kesuksesan besar di dunia hiburan dan properti. Julukan Juragan Kontrakan yang disematkan padanya menjadi simbol keberhasilan sekaligus keteguhan dalam menjalani hidup sederhana.
Haji Bolot mengelola bisnis kontrakan ini dengan cerdas. Ia menginvestasikan penghasilannya dari dunia hiburan ke dalam properti, khususnya kontrakan. Strategi ini memberikan penghasilan pasif yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan setelah mengurangi aktivitas syuting karena usia.
Dapur Rumah Haji Bolot: Jauh dari Kesan Mewah
Alih-alih dilengkapi kitchen set mahal, dapur rumah Haji Bolot tampil sederhana. Tampak, ada kulkas dua pintu di area dapur. Namun tidak terlihat perabotan modern lainnya yang biasa ditemui di dapur selebriti.
Dapur Haji Bolot tidak memiliki kitchen set yang biasanya menjadi standar bagi banyak orang. Sebaliknya, dapur tersebut menunjukkan kesederhanaan yang mencolok. Hal ini menjadi gambaran nyata dari filosofi hidupnya yang memilih untuk tidak terjebak dalam gaya hidup mewah.
Lemari Piring Sederhana Menempel di Dinding
Tidak ada kitchen set built-in, melainkan lemari piring sederhana yang menempel di dinding. Di bawahnya terdapat kitchen sink biasa yang digunakan untuk mencuci alat makan. Penataannya praktis, tidak mewah, tetapi tetap fungsional.
Keberadaan lemari piring ini menunjukkan bagaimana Haji Bolot lebih mementingkan fungsi daripada estetika. Ini mencerminkan sikapnya yang realistis dan tidak berlebihan dalam menjalani hidup.
Deretan Magicom di Atas Meja, Simpel tapi Fungsional
Uniknya, ada empat magicom yang berjajar rapi di atas meja dapur. Meski sederhana, hal ini menunjukkan efisiensi dalam aktivitas memasak di rumah Haji Bolot. Perabot seperti ini memperkuat kesan bahwa yang utama adalah fungsi, bukan gaya.
Mangkok Warna-Warni Jadi Pemanis di Atas Lemari
Mangkok plastik dengan berbagai warna tersusun di atas lemari piring. Barang-barang ini menunjukkan kesan rumahan yang hangat dan bersahaja, bukan dapur yang dipoles demi penampilan semata. Ini menciptakan suasana yang nyaman dan akrab bagi siapa saja yang berkunjung.
Dapur Bersih dan Dapur Kotor: Dua Fungsi, Satu Semangat Sederhana
Menariknya, rumah ini memiliki dua dapur: dapur bersih dan dapur kotor. Potret dapur kotornya sederhana dengan berbagai tampah yang digantung di dinding. Meski ruangannya terbagi, kesederhanaan tetap mendominasi.
Pemisahan antara dapur bersih dan dapur kotor ini menunjukkan betapa Haji Bolot sangat memperhatikan kebersihan dan fungsi. Ini juga mencerminkan cara pandangnya yang praktis dan efisien.
Panci dan Centong Digantung di Dinding, Tanpa Rak Khusus
Tak ada rak aluminium atau kabinet mahal. Semua alat masak seperti panci dan centong digantung langsung di dinding, mencerminkan prinsip efisien dan seadanya. Ini membuat aktivitas memasak tetap nyaman meski minim fasilitas modern.
Ruang Makan Haji Bolot: Meja Sederhana Tanpa Gaya Berlebihan
Ruang makan pun tak luput dari kesan sederhana. Di ruangan tersebut tampak ada meja untuk menghidangkan makanan. Tidak ada perabot mewah atau dekorasi mencolok, hanya meja dan kursi yang berfungsi sebagaimana mestinya.
Ruang makan ini memperlihatkan bahwa Haji Bolot lebih mengutamakan kebersamaan dan kehangatan dalam keluarga daripada tampilan luar yang glamor. Ini adalah bagian dari cara hidupnya yang sederhana dan bersahaja.
Peralatan Makan yang Apa Adanya, Tapi Penuh Kehangatan
Potret meja makan dan peralatan makan Haji Bolot menjadi penutup dari gambaran gaya hidup hematnya. Tidak ada piring keramik mewah atau sendok berlapis emas, hanya peralatan makan sederhana yang menguatkan kesan kehangatan rumah.
Haji Bolot membuktikan bahwa meskipun hidup dalam kesederhanaan, ia tetap bisa menciptakan suasana yang nyaman dan hangat bagi keluarganya. Ini adalah pelajaran berharga bahwa kebahagiaan tidak selalu diukur dari materi.