Liputan6.com, Jakarta Didapuk sebagai pemeran utama film Jodoh 3 Bujang yang akan tayang di bioskop Indonesia mulai 26 Juni 2025, nama Jourdy Pranata kini jadi omongan. Perjalanannya menuju pemeran utama tak bisa dibilang pendek.
Memulai karier di layar lebar via film Aku, Kau dan KUA dalam porsi mini, Jourdy Pranata kemudian beberapa kali mencetak box office di antaranya Kukira Kau Rumah dan Pengabdi Setan 2: Communion yang merangkul 6 jutaan penonton.
Dalam film Jodoh 3 Bujang, Jourdy Pranata memerankan Fadly yang diminta ayahnya (Arswendy Bening Swara) nikah kembar dengan kedua adiknya, Kifli (Christoffer Nelwan) dan Ahmad (Rey Bong). Tujuannya, agar menghemat biaya.
Lebih dari 20 film telah dibintangi Jourdy Pranata. Untuk mencapai titik ini, putra pasangan Hasbi Burhanuddin dan Rita Ismail melewati jalan berliku. Aktor adalah cita-citanya sejak kecil. Dari kecil, Jourdy Pranata suka menonton TV dan bioskop.
Ia mencermati para pelakon yang muncul di layar kaca maupun lebar. Semula, sang ayah tak setuju Jourdy Pranata menjadi aktor. Dalam sesi wawancara eksklusif dengan Showbiz Liputan6.com di Gedung KLY Jakarta, baru-baru ini, Jourdy Pranata berbagi kisah.
Jadi Talent Koordinator Agnez Mo
Jourdy Pranata sempat mengubur mimpi jadi aktor karena tak satupun orang dari keluarga besarnya berkecimpung di dunia seni. Ayah ibunya berbisnis. Begitu pula om dan tante. Ia berpikir tak punya koneksi ke industri seni peran.
“(Keluarga saya) orang Padang, yang ini jualan makanan, yang lain jualan baju di Tanah Abang Jakarta. Bisnis banget. Saat SMA saya hampir menyerah dan berpikir: Ya sudahlah, jadi orang kantoran saja deh,” kata Jourdy Pranata.
Ia lantas kuliah jurusan Ilmu Komunikasi agar bisa kerja di mana saja sebagai PR. Selama ini, ilmu komuniksi dinilai fleksibel dan bisa berkarya di bidang mana pun. Perkenalan Jourdy Pranata dengan dunia seni dimulai dengan modal nekat.
“Saat itu coba iseng-iseng main iklan, jadi model untuk teman yang buka lini busana di Bandung. Lalu saya ingat, oh dulu punya mimpi kerja di depan kamera. Bagaimana caranya ya? Karena saya jurusan PR, coba ambil pekerjaan di TV,” kenangnya.
Gara-gara jadi model iklan, Jourdy Pranata lantas mengejar impian lama jadi aktor. Jalan menuju ke profesi ini dimulai dengan menjadi talent koordinator di salah satu stasiun televisi swasta. Jourdy Pranata memegang sejumlah program.
Salah satunya, The Voice Kids. Ia menjadi talent koordinator Agnez Mo. Sebagai kru, Jourdy Pranata mengurusi banyak hal dari penjadwalan hingga negosiasi bujet alias honor artis. Dari sini, ia belajar banyak hal. Yang terpenting: etika kerja.
“Yang paling penting sebenarnya, aku belajar adalah soal attitude. Bagaimana cara industri kita ini, karena kerja tim, enggak ada lo divanya. Aku belajar bahwa kru juga punya andil. Kita juga kerja capai,” Jourdy Pranata mengenang.
Romantika Jadi Kru TV Swasta
“Kru itu datang sejam sebelum artis dan pulang dua jam setelahnya karena harus evaluasi segala macam. Yang aku bisa share, di situ aku dapat ilmu soal attitude,” aktor kelahiran 2 Januari 1994 itu berbagi cerita.
Tahun 2018, Jourdy Pranata memberanikan diri ikut kelas akting dengan gaji teakhirnya sebagai karyawan TV swasta. Kala itu, orang tua masih belum mendukung cita-citanya sebagai aktor. Ini bukan tanpa alasan.
“Karena orang tua enggak support. Papaku bilang begini: Lo anak pertama, cowok satu-satunya, sudah dikuliahkan tinggi, masa berakting? Akting itu hobi bukan profesi dan aku tidak melihatmu bisa menggantungkan hidup dengan berakting,” Jourdy Pranata menirukan ujaran ayahnya.
Sukses dalam pandangan ayah ibu Jourdy Pranata adalah melihat si sulung berdasi, punya kantor atau bisnis yang bercabang-cabang. Jourdy Pranata tak bisa menyalahkan orang tua yang mendefinisikan sukses dengan cara demikian.
“Karena, enggak ada seniman sama sekali di keluargaku. Ya sudah, akhirnya aku minta deadline. Aku bilang: Oke Pa, umur 25 kalau enggak sukses dengan pilihan gue, maka gue akan menuruti apa yang lo mau,” ia menyambung.
Honor Rp3 Juta, Auto Merasa Kaya
Menyadari waktu tak dapat diulang dan batang usia terus menjulang, Joudy Pranata harus gerak cepat menentukan pilihan. Ia sadar betul, setelah usia 25 tahun tak ada lagi istilah fresh graduate. Kala itu, Joudy Pranata memantapkan hati untuk beraktng.
“Di atas 25 tahun, sudah enggak ada istilah fresh graduate lagi, kan. Alhamdulillah, dari usia 23 sampai 25 tahun itu aku casting terus ke mana pun walau enggak sesuai sama karakter yang penting gue datang casting. Tujuannya, menebar jaring,” tutur Joudy Pranata.
Setiap dapat satu pekerjaan, Joudy Pranata melaporkan detailnya hingga jumlah gaji ke ayah ibunya. Perlahan orang tua memahami passion Jourdy Pranata dan bahwa profesi apapun jika ditekuni akan membuahkan hasil.
Yang penting, Jourdy Pranata bahagia dengan pilihan hidupnya. Sang aktor lalu mengenang honor pertama yang didapat dari jadi bintang iklan loka-pasar alias e-commerce. Kala itu Jourdy Pranata syok dibayar Rp3 juta.
“Jadi supporting actor, honor Rp3 juta kalau enggak salah e-commerce. Itu gue berasa kayak orang kaya. Hore tiga juta! Habis itu 6 bulan enggak ada kerjaan. Ha ha ha. Memang industri kita mengajarkan cara menabung apalagi waktu itu Covid-19,” akunya.
Tahun ini, Joudy Pranata kembali menyapa pencinta sinema Tanah Air lewat film produksi Starvision Plus, Jodoh 3 Bujang. Bergenre drama komedi, ia berharap film karya sineas Arfan Sabran ini disambut hangat publik.
“Aku sebagai Fadly. Fadly adalah kakak dari dua adik cowok. Pekerjaannya musisi di Makassar, tapi dia mengalami fase dalam hidup yang (menurutnya) tidak masuk akal. Harus cari jodoh dalam kurun waktu tertentu,” pungkas Jourdy Pranata.