Susul Huawei, Samsung hingga Tecno Pamer HP Lipat Tiga: Begini Bentuknya

14 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Huawei bukan satu-satunya produsen teknologi yang menghadirkan smartphone dengan tiga layar (HP lipat tiga).

Dalam ajang Mobile World Congress (MWC 2025) di Barcelona, sejumlah perusahaan teknologi menampilkan terobosan terbaru mereka di bidang layar perangkat--dua di antaranya Samsung dan Tecno.

Mengutip CNBC International, Jumat (2/5/2025), Samsung yang dikenal sebagai raksasa teknologi asal Korea Selatan, turut memamerkan dua perangkat konsep terbaru yang disebut Flex G dan Flex S.

Samsung Flex G dirancang dengan tiga layar yang bisa dilipat ke arah dalam dan luar, menyerupai cara kerja sebuah buku. Sementara itu, Flex S mengusung desain lipatan zig-zag yang bentuknya menyerupai huruf “S”, sesuai dengan namanya.

Langkah Samsung ini mengikuti peluncuran global Huawei Mate XT bulan lalu, sebuah HP lipat tiga yang dijual seharga 3.499 euro (sekitar Rp 66,39 juta) di pasar global, dan Rp 52,99 juta di pasar Indonesia.

Meskipun begitu, Samsung menegaskan bahwa Flex G dan Flex S masih sebatas konsep, sehingga belum tersedia untuk dibeli dalam waktu dekat.

Namun, hal ini menunjukkan ke arah mana tren inovasi smartphone akan bergerak ke depannya.

Terhubung oleh Kesamaan

Pasar smartphone belakangan ini mengalami penurunan signifikan, dengan banyak perangkat yang hadir dalam desain standar berbentuk persegi panjang yang terasa monoton.

Sejak Apple memperkenalkan iPhone pertama pada tahun 2008, desain ponsel pintar cenderung seragam. Kini, para produsen mulai berupaya mematahkan tren tersebut dan membawa inovasi untuk keluar dari apa yang disebut sebagai “lautan kesamaan”.

Baru-baru ini, startup teknologi asal Inggris bernama Nothing merilis ponsel terbarunya, Nothing Phone (3a), yang dibanderol seharga 329 euro (sekitar Rp 4,5 juta).

Ponsel ini menonjol karena tampil dengan desain yang berbeda dan sistem lampu LED yang menyala ketika ada panggilan atau notifikasi masuk.

Akis Evangelidis, salah satu pendiri Nothing, menyatakan kepada CNBC bahwa perusahaan ingin menghadirkan sesuatu yang lebih menarik dan berbeda dari kebanyakan ponsel saat ini.

Ia juga mengungkapkan rencana untuk pindah ke India sebagai bagian dari strategi ekspansi agresif perusahaan di negara tersebut.

Menurut Evangelidis, khususnya di pasar India, konsumen kini mulai mengutamakan aspek emosional dalam memilih produk, bukan hanya fungsionalitas.

Ia melihat peluang besar dalam menciptakan brand yang bisa menjawab kebutuhan tersebut.

Menghadirkan Inovasi Melalui Desain yang Memikat

Perusahaan rintisan asal Tiongkok, Tecno, memperkenalkan ponsel pintar tiga layar mereka, Phantom Ultimate 2, dalam ajang Mobile World Congress (MWC). Mirip dengan Flex S buatan Samsung, perangkat ini memiliki dua engsel dan bisa dilipat membentuk huruf "S".

Meski berbagai produsen smartphone tengah gencar meluncurkan model-model lipat, segmen ini masih tergolong sebagai ceruk pasar yang cukup terbatas.

Ponsel lipat juga dianggap sebagai lompatan besar dalam pengalaman pengguna. Pasalnya, ukurannya lebih besar dibandingkan ponsel biasa karena memiliki lebih dari satu layar.

Selain itu, harganya pun jauh lebih tinggi. Data dari lembaga riset IDC menunjukkan bahwa rata-rata harga jual ponsel lipat hampir tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan ponsel biasa—sekitar $1.218 dibanding $421.

Meski demikian, pengiriman ponsel lipat global mengalami pertumbuhan sebesar 6,4% secara tahunan dan mencapai 19,3 juta unit.

Namun, menurut Francisco Jeronimo, Wakil Presiden EMEA untuk perangkat di IDC, jumlah tersebut hanya mencakup 1,6% dari total pengiriman smartphone secara global.

Walau masih kecil, di MWC tahun ini para produsen menunjukkan peningkatan dalam hal inovasi, khususnya untuk menciptakan ponsel lipat yang lebih sesuai dengan kebutuhan sehari-hari pengguna.

Sebagai ilustrasi, Oppo menampilkan Find N5, ponsel lipat dua layar yang jauh lebih ramping dibandingkan model pesaing seperti Samsung Galaxy Fold 6.

Untuk saat ini, Samsung masih memimpin pasar global ponsel lipat dengan pangsa sebesar 32,9% pada tahun 2024. Di posisi berikutnya ada Huawei dengan 23,1%, dan Motorola di urutan ketiga dengan 17%.

Meskipun banderolnya tinggi, para produsen ini optimis bahwa konsumen bersedia merogoh kocek lebih dalam demi mendapatkan pengalaman teknologi yang lebih premium.

Infografis Akhir Riwayat Ponsel Black Market di Indonesia

Foto Pilihan

Para karyawan menyambut pelanggan yang memasuki toko mereka yang menjual Apple iPhone 16 di Jakarta pada 11 April 2025. (BAY ISMOYO/AFP)
Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |