Liputan6.com, Jakarta - Lanskap ancaman siber kian kompleks seiring maraknya pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) oleh peretas.
Laporan Cisco 2025 Cybersecurity Readiness Index mengungkap, 86% perusahaan di dunia mengalami insiden keamanan (serangan hacker) terkait AI dalam setahun terakhir.
Executive Vice President dan Chief Product Officer di Cisco, Jeetu Patel, menilai lanskap ancaman keamanan siber belum pernah sedinamis dan sekompleks seperti saat ini, dengan attacker yang semakin diperkuat oleh AI untuk melancarkan serangan dan eksploitasi baru.
"Untuk melawannya, operasional keamanan yang kekurangan staf dan pemimpin IT membutuhkan kekuatan AI mereka sendiri. Cisco melanjutkan misinya untuk mengamankan AI dan memanfaatkan AI untuk keamanan dengan model dan tools open source baru, agen AI baru dan kemajuan IoT, dan semua aspek dalam Cisco Security Cloud," ia menjelaskan, dikutip Kamis (1/5/2025).
Cisco memperkenalkan berbagai inovasi, termasuk integrasi AI pada Cisco XDR untuk mempercepat respons terhadap serangan siber atau hacker. Fitur Instant Attack Verification menggunakan AI untuk mengotomatisasi investigasi dan validasi ancaman.
Sementara itu, XDR Forensics secara otomatis memberikan visibilitas mendalam pada aktivitas endpoint, dan XDR Storyboard memvisualisasikan serangan kompleks agar lebih mudah dipahami.
Keamanan untuk AI dan AI untuk Keamanan
Dengan peluncuran AI Defense baru-baru ini, Cisco melanjutkan komitmennya untuk membantu pelanggan mengatasi tantangan yang semakin besar dari mengelola risiko keamanan AI.
Cisco mengumumkan integrasi baru sebagai bagian dari hubungan yang semakin dalam dengan ServiceNow untuk mendorong adopsi AI dengan percaya diri dan aman pada skala besar.
Integrasi pertama akan diwujudkan dengan Cisco AI Defense with ServiceNow SecOps untuk menyediakan pengelolaan risiko dan tata kelola AI yang lebih holistik.
Cisco juga memperkenalkan Foundation AI, tim yang terdiri dari pakar AI dan keamanan terkemuka yang bergabung melalui akuisisi Robust Intelligence, dengan fokus pada pengembangan teknologi mutakhir untuk mengatasi masalah keamanan mendasar di era AI.
Dampak Serangan Hacker yang Memanfaatkan AI
Dampak serangan hacker di era AI sangat luas dan beragam. Mulai dari kebocoran data sensitif perusahaan dan individu, kerugian finansial akibat pencurian data atau keputusan bisnis yang salah, hingga ancaman terhadap keamanan sistem kritis seperti pengenalan wajah atau kendaraan otonom.
Selain itu, serangan ini juga dapat merusak reputasi perusahaan, menyebabkan hilangnya kepercayaan pelanggan dan mitra bisnis.
Lebih jauh lagi, AI yang dikompromikan dapat disalahgunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau merusak kepercayaan pelanggan. Oleh karena itu, memahami dampaknya sangat penting untuk membangun strategi pertahanan yang efektif.
Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya berupa materi. Reputasi perusahaan juga taruhannya. Bayangkan skenario di mana data pelanggan bocor karena serangan siber. Kepercayaan pelanggan akan hilang, dan bisnis bisa mengalami kerugian yang jauh lebih besar daripada kerugian finansial semata.
Strategi Pertahanan yang Efektif
Menghadapi ancaman ini membutuhkan strategi pertahanan yang komprehensif dan adaptif. Beberapa langkah penting antara lain: enkripsi model AI untuk mencegah pembalikan rekayasa, pemantauan data secara berkala untuk mendeteksi anomali, dan penggunaan defensive distillation untuk meningkatkan ketahanan AI terhadap perubahan input data.
Selain itu, penting untuk memastikan validitas dataset, menggunakan otentikasi multi-faktor, memberikan pelatihan kesadaran keamanan kepada pengguna, dan memanfaatkan alat deteksi phishing berbasis AI. Sistem keamanan berlapis, audit algoritma AI secara berkala, dan pengawasan manusia juga sangat penting.
Penting untuk diingat bahwa keamanan siber bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Kolaborasi antara pengembang, pengguna, dan perusahaan keamanan siber sangat penting untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan andal.
Dengan meningkatkan kesadaran, mengadopsi teknologi keamanan terbaru, dan bekerja sama, kita dapat mengurangi risiko serangan siber dan melindungi diri dari ancaman yang terus berkembang.