Mengenal Feyola Giselle Anamori, Influencer yang Peduli dengan Pendidikan Anak Jalanan

2 days ago 14

Liputan6.com, Jakarta Di usianya yang baru menginjak 16 tahun, Feyola Giselle Anamori sudah melangkah lebih jauh dari kebanyakan remaja seusianya. Siswi kelas 11 National High Jakarta School ini tak hanya aktif dalam kegiatan akademik, tetapi juga menggagas sebuah inisiatif sosial yang menyentuh langsung kehidupan anak-anak jalanan di Jakarta.

Bersama empat rekannya, Feyola mendirikan Pathway to Potential, sebuah program pendidikan kewirausahaan yang bertujuan memberdayakan anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Program ini resmi diluncurkan pada Januari 2025 dan dilaksanakan dengan bimbingan dari dua mentor, Ms. Yosuanela Maristya dan Mr. Didier Neonisa.

Bersama Dylan Michael Jaya, Chalisa Yingwattanathaworn, Catherine Olivia Santoso, dan Darren Tjaij, Feyola tak hanya merancang konsep, tetapi juga turun langsung mengajar dan berinteraksi dengan para peserta.

Memberdayakan Lewat Pendidikan Kewirausahaan

“We don’t wait for opportunities, we create them. We don’t just educate, we empower,” begitu motto yang diusung tim Pathway to Potential. Dengan semangat ini, Feyola dan rekan-rekannya merancang workshop interaktif yang memberikan pelatihan keterampilan bisnis praktis kepada anak-anak setingkat SMP dan SMA yang tidak memiliki akses ke pendidikan formal.

“Kami mengemas program ini dalam bentuk workshop dengan tujuan memberikan keterampilan praktis kewirausahaan kepada anak-anak yang kurang mampu dan tidak bisa memiliki akses ke pendidikan formal,” jelas Feyola, yang juga terlibat langsung sebagai fasilitator.

Dalam pelaksanaan perdananya, tim Pathway to Potential bekerja sama dengan Yayasan RK di Cipinang, Jakarta Timur. Di sini, para peserta dikenalkan pada berbagai aspek bisnis, mulai dari mengelola stall pop-up, menjual barang-barang daur ulang yang dikreasikan menjadi kartu pos, tas, hingga stiker, sampai memahami cara menetapkan harga, melakukan transaksi penjualan, dan mengelola stok.

“Kami memberikan pengalaman langsung dalam manajemen bisnis, yang memungkinkan anak-anak untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang pengusaha,” tutur Feyola.

Metode Pengajaran Kreatif dan Menyenangkan

Berbeda dari metode pengajaran konvensional, Pathway to Potential menekankan pendekatan yang lebih kreatif dan aplikatif. Feyola menjelaskan bahwa anak-anak jalanan sering kali memiliki tantangan tersendiri dalam hal fokus dan motivasi belajar, sehingga program ini dirancang agar mereka tetap tertarik dan terlibat aktif.

“Kami menghindari metode pengajaran tradisional dan lebih mengandalkan studi kasus, permainan, dan simulasi bisnis,” katanya. Semua materi dibuat agar langsung dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tak hanya memberikan keterampilan teknis, tapi juga membangun kepercayaan diri dan wawasan baru bagi para peserta.

Dampak dan Tantangan

Sejauh ini, lebih dari 50 anak telah mengikuti workshop ini dan menerima sertifikat partisipasi. Hasil survei yang dilakukan pascaprogram menunjukkan bahwa sekitar 80% peserta merasa kegiatan ini sangat bermanfaat dan menyenangkan.

Namun, menjalankan program ini tentu tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah kesulitan dalam menemukan yayasan yang fokus pada anak-anak jalanan. Selain itu, pendekatan pengajaran juga perlu terus disesuaikan dengan latar belakang dan kebutuhan peserta yang sangat beragam.

Untuk mendanai kegiatan ini, tim mengandalkan crowdfunding, donasi digital, dan sponsor dari berbagai pihak. Menariknya, dengan konsep ramah lingkungan dan penggunaan bahan daur ulang, biaya yang dibutuhkan cukup efisien. “Untuk 50 anak yang mengikuti program, biaya yang kami keluarkan sekitar Rp5 juta,” ungkap Feyola.

Masuk 100 Besar BOSEC, Kompetisi Dunia

Tak hanya berdampak nyata, inisiatif ini juga mengukir prestasi internasional. Pathway to Potential berhasil masuk 100 besar dalam Blue Ocean Student Entrepreneur Competition (BOSEC), kompetisi pitch virtual terbesar dan paling bergengsi di dunia untuk siswa SMA, yang diikuti oleh lebih dari 13.000 peserta global.

“Meskipun hasil final dari kompetisi ini baru akan diumumkan pada 16 April 2025, namun tim kami sudah masuk ke dalam 100 besar, yang sudah menjadi prestasi besar,” ujar Feyola dengan bangga.

Cita-cita Jadi Venture Capitalist

Feyola memiliki pandangan jauh ke depan. Setelah menyelesaikan SMA, ia berencana melanjutkan studi di sekolah bisnis dan kelak menjadi venture capitalist yang dapat membantu para pengusaha kecil dan startup dari kalangan yang kurang mampu.

“Harapan saya suatu saat nanti dapat menjadi venture capitalist yang membantu pengusaha kecil dan usaha rintisan dari kalangan yang kurang mampu,” ucapnya.

“Saya ingin melanjutkan apa yang sudah saya mulai di Pathway to Potential, tetapi dengan lebih banyak individu dan usaha yang bisa saya bantu untuk berkembang,” tambah Feyola.

Melalui inisiatif ini, Feyola Giselle Anamori menunjukkan bahwa perubahan sosial bisa dimulai dari langkah kecil dan dari usia muda. Ia bukan hanya menjadi inspirasi bagi generasi sebayanya, tapi juga contoh nyata bahwa pendidikan dan pemberdayaan adalah kunci menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |