Mengapa iPhone dan HP Mahal Laku Keras di Indonesia? Ini Alasannya

7 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap ponsel-ponsel mahal seperti iPhone dan perangkat flagship lainnya (HP lipat salah satunya), bukanlah sekadar tren teknologi semata.

Lantas, apa alasan HP mahal laku keras di Indonesia? 

Menurut Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, antusiasme terhadap barang-barang mewah tersebut sangat berkaitan erat dengan budaya sosial masyarakat Asia, khususnya Indonesia, yang sangat menjunjung tinggi struktur budaya sosial hierarkis.

Dalam wawancara dengan Tekno Liputan6.com, Kamis (15/5/2025), Devie menjelaskan bahwa perilaku konsumtif terhadap produk-produk premium--mulai dari ponsel pintar hingga tas dan sepatu mahal--merupakan cerminan dari usaha individu untuk menaikkan posisi dalam “tangga sosial”.

"Di masyarakat Asia, berbeda dengan masyarakat Barat yang egaliter, kita mengenal struktur sosial hierarkis. Ada keinginan kuat dari masyarakat untuk terlihat berada di level atas," ujar Devie.

Ia menyebutkan konsep "4K" yang menjadi tolak ukur status sosial di masyarakat Asia, yakni: Kekuasaan, Kekayaan, Ketenaran, dan Kewibawaan.

iPhone dan Gengsi Sosial

Seseorang yang memiliki salah satu dari keempat elemen tersebut biasanya dianggap berada di posisi tertinggi dalam struktur sosial. Dalam hal ini, produk seperti iPhone menjadi simbol yang mudah diakses dan menunjukkan tanda kekayaan.

"Untuk mencapai kewibawaan, orang harus jadi tokoh agama atau berpendidikan tinggi. Untuk kekuasaan, harus melalui proses panjang. Tapi simbol kekayaan bisa dibeli dengan handphone mahal, tas bermerek, atau tinggal di kawasan elit," Devie menjelaskan.

Menariknya, ia juga mengungkapkan bahwa fenomena ini tak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terlihat jelas di negara-negara Asia lain seperti China. Konsumsi barang mewah menjadi cara instan untuk menunjukkan eksistensi sosial seseorang.

Budaya Pansos

Selain itu, menurut Devie, budaya “pansos” atau panjat sosial merupakan istilah yang hanya eksis di masyarakat yang hirarkis.

Ia mencontohkan bahwa seseorang tetap bisa merasa bangga menggunakan iPhone model lama, seperti iPhone 6 atau 7, karena merek tersebut secara simbolik tetap mengangkat gengsi penggunanya dibandingkan Android terbaru sekali pun.

"Brand menjadi sangat penting, bukan sekadar merek, tapi apa yang bisa ditunjukkan ke publik: bahwa Anda bukan orang biasa," tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa dalam masyarakat yang menilai status sosial melalui simbol, merek bukan hanya soal kualitas produk, tetapi juga berfungsi sebagai identitas sosial.

Brand sebagai Simbol Status dan Identitas Sosial

Ketika seseorang memegang iPhone atau barang bermerek lain, yang ditampilkan bukan sekadar teknologi atau fungsi, melainkan citra diri yang ingin dibentuk: bahwa ia adalah bagian dari kelompok atas, yang punya selera, daya beli, dan gengsi.

"Lebih dari itu, brand menjadi paspor tak kasat mata untuk masuk dalam ruang-ruang sosial tertentu, tempat orang diakui dan dihormati berdasarkan tampilan luar," ucap Devie.

Dalam struktur masyarakat yang sangat memperhatikan status, logo dan merek dapat berbicara lebih nyaring daripada latar belakang pribadi.

Ia pun menutup dengan pesan bahwa penting untuk menyadari latar belakang sosiologis di balik perilaku konsumen. 

Infografis Baterai Ponsel Meledak (Liputan6.com/Triyasni)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |