Liputan6.com, Jakarta - Sebuah pengakuan mengejutkan datang dari mantan Direktur Kebijakan Publik Global Facebook, Sarah Wynn-Williams, menuduh Meta menyembunyikan aktivitas operasionalnya di China dan bersedia menukar akses data pengguna Amerika demi ekspansi bisnis.
Dalam kesaksiannya di hadapan Subkomita Kejahatan dan Antiterorisme Senat Amerika Serikat (AS), Sarah menyebut CEO Meta, Mark Zuckerberg, siap melakukan apa saja agar Facebook bisa masuk ke pasar China.
Salah satu cara tersebut adalah dengan menyerahkan data warga negara AS ke pihak berwenang dari Negeri Tirai Bambu itu.
“Facebook memiliki misi rahasia untuk menembus pasar China dikenal dengan nama sandi ‘Proyek Aldrin’. Hanya staf tertentu yang tahu soal ini,” ujar Sarah dikutip dari The Register, Senin (14/4/2025).
Menurutnya, sebagai bagian dari proyek tersebut, raksasa media sosial (medsos) tersebut sempat membangun infrastruktur fisik berupa kabel bawah laut yang awalnya menghubungkan Los Angeles dan Hong Kong.
Namun, karena kekhawatiran dari otoritas keamanan nasional AS soal potensi penyadapan oleh Partai Komunitas China, rute kabel internet tersebut akhirnya dialihkan ke Taiwan dan Filipina.
"Satu-satunya alasan Tiongkok saat ini tidak memiliki akses ke data pengguna AS melalui jaringan pipa ini adalah karena Kongres Amerika Serikat turun tangan."
Tuduhan Berat, Meta Membantah
Selain itu, Sarah juga mengaku telah melaporkan pelanggaran ini ke SEC (Komisi Sekuritas dan Bursa AS) dan Departemen Kehakiman AS setelah keluar dari Meta.
Menanggapi tuduhan tersebut, juru bicara Meta, Ryan Daniels, mengatakan, “kesaksian Sarah penuh dengan klaim palsu dan tidak sesuai dengan kenyataan.”
Sarah juga menyebutkan, model AI Llama milik Meta yang bersifat open-source memang telah digunakan oleh pengembang di China, termasuk DeepSeek, dan menyoroti potensi kontribusinya digunakan untuk militer.
Ia juga menyinggung, Meta mengambangkan alat sensor bekerja sama dengan otoritas China, dan kemudian menyembunyikan keterlibatan perusahaan dari publik.
“Meta memiliki beberapa pemikir terbaik dalam satu generasi,” katanya kepada komite. “Jadi, siapa lebih baik, jika Anda adalah Partai Komunis China, untuk mengajari Anda tentang teknologi ini selain Meta.”
Meta Gulirkan Akun Remaja ke Facebook dan Messenger Demi Keamanan
Meta kini memperluas pengguliran “akun remaja” ke platform Facebook dan Messenger. Sebelumnya, akun remaja diterapkan untuk pengguna Instagram berusia muda.
Seperti yang sudah dilakukan di Instagram, Meta secara otomatis akan memindahkan pengguna remaja ke jenis akun baru tersebut, yang dilengkapi dengan fitur kontrol orang tua wajib serta pembatasan terhadap siapa saja yang bisa mereka hubungi atau ajak berinteraksi.
Mengutip dari Engadget, Rabu (9/4/2025), fitur ini pertama kali diperkenalkan di Instagram pada musim gugur tahun lalu, dan kini sudah mencakup 54 juta akun remaja dengan pengaturan yang lebih ketat.
Instagram mewajibkan pengguna berusia 13 hingga 15 tahun untuk menggunakan akun remaja dan memiliki alat dalam aplikasi untuk mendeteksi pengguna yang mencoba memalsukan usia.
Fitur Akun Remaja di Instagram
Akun remaja di Facebook dan Messenger akan memiliki sistem serupa, di mana remaja tidak bisa berinteraksi dengan kontak asing atau mengubah pengaturan privasi tertentu tanpa persetujuan orang tua. Orang tua juga bisa memantau durasi penggunaan dan daftar teman anak mereka.
Selain itu, Meta menambahkan fitur keamanan baru untuk akun remaja di Instagram. Mulai sekarang, remaja di bawah usia 16 tahun harus mendapat izin dari orang tua untuk melakukan siaran langsung.
Pada akun remaja, Facebook dan Messenger juga akan mencegah pengguna mematikan fitur pelindung terhadap konten vulgar. Fitur ini secara otomatis mengaburkan gambar dalam pesan DM jika terdeteksi mengandung “nudity” atau gambar menampilkan ketelanjangan tanpa persetujuan orang tua.
Meskipun langkah-langkah ini terkesan sebagai perlindungan yang sudah seharusnya ada, setidaknya Meta menunjukkan upaya untuk menutup celah dalam perlindungan anak dan remaja.
Selama beberapa tahun terakhir, perusahaan ini banyak dikritik karena dampak aplikasinya, terutama Instagram, terhadap kesehatan mental remaja. Saat ini, puluhan negara bagian di Amerika Serikat sedang menggugat Meta atas dugaan dampak buruk terhadap pengguna muda.