Liputan6.com, Jakarta Justin Bieber belakangan kembali ramai jadi sorotan publik. Mulai dari spekulasi mengenai rumah tangga, kondisi mental, hingga keadaan finansialnya.
Terbaru, ia diduga nyaris mengalami kebangkrutan hingga mesti menjual katalog musiknya. Dilansir dari People, Sabtu (17/5/2025), hal ini diungkap dalam dokumenter anyar yang dipublikasikan TMZ.
Dalam tayangan dokumenter bertajuk TMZ Investigates: What Happened to Justin Bieber?, diklaim bahwa pada Desember 2022 suami Hailey Bieber tersebut menjual katalog lagunya yang berjumlah hampir 300 senilai US$ 200 juta ke Hipgnosis Songs Capital.
Diklaim bahwa langkah ini terpaksa diambil Justin Bieber karena ia berada di ambang "keruntuhan finansial."
Produser Eksekutif tayangan ini, Harvey Levin, mengklaim sang pelantun "Beauty and a Beat" mengumpulkan pundi-pundi dalam kisaran antara $500 juta dan $1 miliar sepanjang kariernya. Namun ia disebut terpaksa menjual katalog musiknya, karena terlilit utang usai pembatalan Justice World Tour-nya pada tahun 2022.
Justin Bieber Lagi BU, Butuh Uang
"Aku menghubungi banyak orang — pihak Justin mengakui bahwa pada tahun 2022, ia berada di ambang... kata-kata yang digunakan adalah 'keruntuhan finansial.' Dan itulah sebabnya ia harus menjual katalognya," kata Levin dalam dokumenter tersebut.
Harvey Levin juga mengklaim bahwa manajer Justin Bieber saat itu, Scooter Braun, mengetahui langkah artisnya ini. Ia bahkan mendorong Justin untuk menunggu penjualan hingga Januari 2023 demi mendapatkan keringanan pajak. Namun Justin konon sedang dalam keadaan BU alias butuh uang.
"Justin berkata, 'Aku harus menjualnya sekarang.' Dan ia menjualnya pada bulan Desember. Sebegitu bangkrutnya dia," klaim Levin.
Saat dihubungi People, perwakilan Justin Bieber tidak memberikan komentakr atas klaim ini.
Penjualan Katalog Sudah Diberitakan Sejak 2023
Pada Januari 2023 lalu, People sudah mewartakan bahwa Justin Bieber menjual katalog musiknya dalam jumlah 200 juta dolar AS. Kala itu, diwartakan tepatnya ada 291 lagu yang tercantum dalam katalog tersebut, baik yang telah ia rilis maupun yang ia minati hingga akhir tahun 2021.
Penjualan tersebut mencakup enam album studio Bieber — My World 2.0, Under the Mistletoe, Believe, Purpose, Changes, dan Justice — dan sejumlah proyek lain. Termasuk My World dan Journals, serta hitsnya seperti "Baby," "Boyfriend," "What Do You Mean?" "Sorry," "Love Yourself," "Yummy," "Holy" dan "Peaches," dan masih banyak lagi.
Pembelinya adalah Hipgnosis Songs Capital, perusahaan pengelola hak cipta musik, yang sebelumnya membeli katalog lagu sejumlah musisi sepertii Kenny Chesney dan Justin Timberlake.
Kala itu, tak diungkap alasan Justin menjual katalog musiknya. Namun pihak Hipgnosis Songs Capital sudah memberikan pernyataan resmi soal hal ini.
100 Persen Keuntungan
"Akuisisi ini termasuk di antara transaksi terbesar yang pernah dilakukan untuk artis di bawah usia 70 tahun," kata Merck Mercuriadis, pendiri Hipgnosis Song Management.
"Di usianya yang baru 28 tahun, ia adalah salah satu dari segelintir artis berpengaruh dalam era streaming, yang menghidupkan kembali seluruh industri musik."
Dengan pembelian ini, Hipgnosis memiliki 100% bagian dari keuntungan dari kredit penulisan dan rekaman milik Justin Bieber. Termasuk juga "hak terkait," seperti pemutaran lagu untuk umum di toko, restoran, dll.
Namun, master rekamannya akan tetap dimiliki oleh Universal Music Group untuk selamanya.