Liputan6.com, Jakarta Menikah dengan Dali Wassink, Jennifer Coppen dikaruniai seorang putri bernama Kamari Sky Wassink. Suaminya kemudian meninggal dalam kecelakaan sepeda motor di Bali, tahun lalu. Jennifer Coppen mengakui kehadiran anak mengubah hidupnya.
Masih segar dalam ingatan, bintang sinetron Romeo dan Juminten belum punya referensi bagaimana menjadi ibu dan merawat anak. Perkara menjaga kesehatan kulit pun, Jennifer Coppen kerap bertanya ke teman online saat siaran di medsos.
Saat hamil, bintang film Mekkah I'm Coming khawatir soal janin. Karenanya Jennifer Coppen menjaga pola makan termasuk hati-hati memilih produk untuk diaplikasikan ke kulit. Jauh sebelum bersalin pun, ia kerap mencari informasi soal merawat bayi.
“Saat Kamari lahir, perubahan dramatis sungguh terasa. Hidup aku berubah benar-benar 180 derajat. Yang tadinya masih bisa having fun, keluar sama teman-teman, terus dengan adanya Kamari, aku pastinya mau mengubah hidupku,” kata Jennifer Coppen.
Hidup Aku Untuk Kamari
Kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta Selatan, Kamis (15/5/2025), selebgram dengan 8 jutaan pengikut ini merasa awalnya berat meninggalkan kebiasaan lama. Namanya juga ibu baru. Seiring waktu, Jennifer Coppen menikmati bonding dengan buah hati.
“Walaupun seorang ibu, aku masih tergolong muda, karena 23 tahun. Orang enggak tahu apa yang aku lakukan di kehidupan nyata, seperti apa menjaga anakku. Orang-orang yang bisanya nyinyir atau menghujat, cuma tahu 10 persen dari hidupku,” ujarnya.
“Cuma yang pasti, yang mereka enggak tahu, hidup aku untuk Kamari. Aku akan melakukan apapun untuk melindungi putriku,” beri tahu Jennifer Coppen. Berkaca pada pengalaman, kasih sayang untuk anak bukan hanya dengan memberi makanan bergizi.
Merawat kesehatan si kecil termasuk kulitnya juga menjadi perhatian Jennifer Coppen sejak jadi ibu. Faktanya, mencari skincare yang cocok untuk kulit Kamari yang sensitif memang tak mudah. Kalau pun ada, biasanya produk luar negeri.
Kalau Boleh Jujur...
Jika stok habis, mesti beli ke luar negeri karena stoknya belum ada di Indonesia. Harga mahal belum termasuk ongkos jastip. Pernah, Jennifer Coppen menjajal sejumlah produk namun artis kelahiran 20 Juli 2001 ini menyadari, anak bukan “ajang” percobaan.
“Sebenarnya pernah mencoba produk. Kalau boleh jujur, aku mencoba sampai dua produk doang, setelah itu kapok. Kamari kulitnya sesensitif itu. Aku merasa ini enggak cocok untuk Kamari,” ungkap pelantun “Candu Tapi Canda.”
Karenanya, Jennifer Coppen menyuarakan pesan penting kepada sesama ibu terkait merawat kesehatan anak termasuk kulit buah hati. Dalam memilih produk, dua aspek krusial versi Jennifer Coppen adalah berbahan alami dan hipoalergenik.
Merujuk pada KBBI edisi terbaru, hipoalergenik artinya memiliki kandungan alergen atau penyebab alergi rendah. Terakhir, riset. Sebagai ibu baru, Jennifer Coppen pun mengakui masih banyak belajar memahami detail kebutuhan putrinya.
“Masih banyak belajar juga tentang per-skincare-an anak tapi sedikit tips untuk ibu-ibu tolong riset. Jangan cepat kemakan omongan-omongan di online atau iklan. Mereka yang ngomongnya manis bisa jadi produknya enggak sebagus itu,” imbau Jennifer Coppen.
Romantika Menjadi Ibu
Jennifer Coppen menyampaikan ini gelar wicara dan peluncuran Bebiotik. Ia berbagi romantika menjadi ibu dalam kapasitas sebagai duta alias brand ambassador Bebiotik. Narasumber lain, yakni selebgram sekaligus pengusaha Shandy Purnamasari.
“Saya punya empat anak, dua di antaranya masih bayi. Dari pengalaman itu saya tahu bahwa kulit anak di iklim tropis ini benar-benar butuh perhatian ekstra. Banyak produk bayi di luar sana melembapkan, tapi tidak memperkuat kulit dari dalam,” ia bercerita.
Itu sebabnya, Shandy Purnamasari menciptakan solusi yang tidak hanya aman dan lembut, tapi juga berbasis sains, natural, sekaligus efektif menjaga kulit anak sejak dini. Sebagai Founder, ia menyebut produk-produk ini lahir dari keresahan sebagai ibu.
“Sebagai awal kami merilis 8 produk termasuk naturale bath bubble wash dan naturale shine shampoo. Kami memakai tiga teknologi yakni Microbiome Technology, Barrier Support Technology, dan Ocluseal Technology,” Shandy Purnamasari mengakhiri.