iPhone hingga MacBook, Dua Pengusaha Muda Ini Membawa Brand Lokal Tembus Pasar Global!

9 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Kecepatan beradaptasi adalah kunci penting dalam dunia usaha kreatif yang serba cepat. Hal ini diungkap oleh Didiet Maulana dan Stephanie Regina, saat berbagi di sesi Mac for Business.

Tampil sebagai salah satu fashion desainer ternama dan pendiri IKAT Indonesia, Didiet percaya teknologi tepat mampu mempercepat proses kreatif. "Saya percaya sering berkembangnya ide, kita membutuhkan alat untuk berkembang," ujarnya.

Bagi Stephanie Regina, founder dan CEO Haloka Group, sendiri mengawali perjalanan karirnya sebagai konten kreator hingga menjadi pendiri dari Haloka Group ini berkat hadiah sederhana: iPhone 11.

"Produk Apple pertama saya adalah hadiah dari mantan pacar kini menjadi suami," kenangnya sambil tersenyum.

Kedua pengusaha muda ini membuktikan, ekosistem Apple bukkkan sekkadar alat, melainkan jembatan penting untuk kreativitas, kolaborasi, dan pertumbuhan bisnis.

Berkat teknologi terintegrasi, Didiet dan Stephanie mampu mengubah ide sederhana menjadi sistem kerja produktif memberdayakan banyak orang.

Kreativitas Mulus dari Sketsa ke Mood Board

Didiet Maulana menjelaskan, dirinya sangat mengandalkan perangkat Apple untuk menjaga alur kreatifnya tetap lancar. Dari sketsa tangan di iPad hingga mood board di Mac, semuanya tersinkronisasi sempurna dan baik.

"Menarik untuk melihat bagaimana teknologi Apple ini dapat membantu saya bergerak mulus dari teknologi berat ke teknologi tinggi," ujarnya. Bekerja lintas tim seperti desain, media sosial, hingga produksi, Didiet menemukan ekosistem Apple mempercepat kolaborasi.

iCloud hingga Reminder Jadi Tools Andalan Didiet Maulana

<p>Ekosistem Apple, mulai dari iPhone, iPad, dan Mac dukung UKM. (Liputan6.com/ Yuslianson)</p>

Entah itu berbagi ide lewat iCloud, mengatur tugas dengan Notes dan Reminder. mengadakan diskusi instan via FaceTime kini telah menjadi rutinitas.

"Ketika sketsa digunakan tepat, lalu kami memindahkan semua desain tersebut, dan membagikannya lewat iCloud ke tim lainnya," ujar Didiet Maulana.

Menurut founder IKAT Indonesia ini, teknologi Apple bukan hanya soal perangkat, melainkan bagaimana tool ini menghilang dari latar belakang sehingga kreativitas bisa mengalir tanpa hambatan.

"Akan ada waktunya semua ini bukkan lagi tentang alat atau teknologi. Ini tentang bagaimana tools ini menghilang dari latar belakang kita dan membuatkan kreativitas mengambil alih," ucapnya.

Dari iPhone 11 Menju CEO Haloka Group

<p>Stephanie Regina, Founder dan CEO Haloka Group, berbagi pengalamannya sebagai creator conten hingga menjadi pengusaha sekarang berkat iPhone 11. (Liputan6.com/ Yuslianson)</p>

Stephanie memulai perjalanan bisnisnya bermodalkan iPhone 11, dengan membuat konten sederhana seputar branding di berbagai platform media sosial (medsos), seperti TikTok hingga Instagram.

"Kontennya sederhana, direkam dengan kamera iPhone dari rumah, namun berdampak besar," tuturnya. Lewat video-video kreasinya, ia pun mengamankan klien, brand deal, hingga membangun tim pertamanya.

Pandemi COVID-19 menjadi titik balik saat Stephanie mengadakan webinar untuk membantu teman-temannya memulai bisnis online. Semangat berbagi ini akhirnya melahirkan platform mendemokratisasi ilmu marketing bagi non-marketer.

"Apa yang Apple berikan kepada saya bukan hanya produktivitas. Ia memberi saya kemungkinan," katanya. Seluruh perjalanan ini membawanya untuk mendirikan Haloka Group, sebuah konsultan branding beranggotakan lebih dari 40 orang.

Untuk memudahkan pekerja di masing-masing divisi, Stephanie mengakui seluruh anggota timnya menggunakan MacBook dan iPhone. "Hal ini untuk memastikan sinkronisasi data dan kerja tim berjalan cepat dan efisien," jelasnya.

iPad Mini dan Freeform Jadi Andalan untuk Mobilitas Tinggi

<p>Bisnis Kecil Kini Bisa Sekelas Korporat, Begini Cara Apple Bikin UKM Makin Tumbuh dan Produktif. (Liputan6.com/ Yuslianson)</p>

Dalam kegiatan sehari-hari, Stephanie mengandalkan iPad mini untuk mendukung mobilitas kreatifnya. "iPad mini itu ringkas, mudah dibawa ke mana-mana," jelasnya.

Dengan Apple Pencil dan aplikasi Freefrom, ia mencatat ide-ide spontan, membuat sketsa desain, hingga mengubahnya menjadi file PDF untuk dibagikan ke tim.

"Fitur-fitur ini sangat membantu menjaga alur kerja tetap sederhana namun produktif," tambahnya. Bagi dirinya, iPad mini bukan sekadar tablet, melainkan alat kreatif menghubungkan ide dan realisasi.

Hal ini terbukti ketika Stephanie dan timnya mengerjakan proyek rebranding kedai mi lokal dari Yogyakarta. Menggunakan brand audit untuk memahami kekuatan dan kelemahan brand, semua data dikumpulkan melalui MacBook.

"Setelah terkumpul, kita proses informasi dan data yang didapat dan dibagikan ke tim menggunakan iCloud. Airdrop itu seperti darah dalam sistem tubuh kami," ungkapnya.

Setelah audit, tim bergerak ke tahap 'creative recommendation' dengan menciptakan logo baru, palet warna segar, hingga strategi sosial media relevan. Semua dikerjakan di ekosistem Apple

Foto Pilihan

Sebuah robot melintasi garis finis dalam lomba lari setengah maraton robot humanoid di Beijing pada 19 April 2025. (Pedro PARDO/AFP)
Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |