Liputan6.com, Jakarta - Telkom Indonesia menunjukkan resiliensi kinerja keuangan yang solid hingga akhir 2024, dengan mencatatkan pertumbuhan pendapatan positif sebesar Rp 150 triliun.
Selain pertumbuhan tahunan, perusahaan telekomunikasi pelat merah ini juga membukukan pertumbuhan kinerja keuangan kuartalan sebesar 2,2% quarter-on-quarter (QoQ) menjadi Rp 37,7 triliun. Laba bersih perseroan pun tercatat meningkat 1,0% QoQ menjadi Rp 6 triliun.
Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, mengatakan tahun 2024 merupakan periode yang penuh tantangan bagi sektor telekomunikasi di Indonesia, dipengaruhi kondisi makroekonomi yang melemah akibat ketidakstabilan global, serta persaingan industri yang kian meningkat.
"Namun, Telkom dapat menutup tahun dengan kinerja dan capaian yang positif. Ini mencerminkan bahwa strategi transformasi perusahaan yang dijalankan sudah berada pada koridor yang benar," ujar Ririek, dikutip Jumat (25/4/2025).
Terkait hal ini, analis saham telekomunikasi PT Trimegah Sekuritas Indonesia, Sabrina, menilai kinerja keuangan Telkom cukup baik di tengah tantangan industri telekomunikasi nasional.
Tantangan tersebut meliputi peningkatan volatilitas global akibat geopolitik dan dinamika persaingan industri yang semakin ketat seiring maraknya layanan Over The Top (OTT) global di Indonesia.
"Kinerja Telkom lumayan. Laba bersihnya masih bisa tumbuh. Kinerja keuangan ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar terhadap Telkom," ujar Sabrina dalam analisisnya.
Ia menambahkan, hingga saat ini, anak usaha Telkom di bidang seluler, Telkomsel, masih menjadi kontributor utama kinerja keuangan perseroan, dengan kontribusi lebih dari 70%.
"Hingga saat ini Telkomsel masih mempertahankan dominasi pasar dengan pangsa pendapatan tertinggi pada 2024," ucap Sabrina.
Pangsa Pasar Pendapatan Telkomsel 51,8 Persen
Data laporan keuangan operator telekomunikasi menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2024, Telkomsel berhasil mempertahankan posisinya sebagai penguasa pasar telekomunikasi Indonesia dengan pangsa pasar pendapatan seluler tertinggi mencapai 51,8%.
Lebih lanjut, pangsa pasar laba bersih Telkomsel di industri telekomunikasi nasional mencapai 75,6% pada tahun yang sama. Capaian ini sekaligus mengukuhkan keberhasilan Telkomsel dalam mempertahankan kepemimpinan pangsa pasar laba bersih selama lebih dari satu dekade.
Dalam riset Trimegah, kontribusi signifikan dari segmen seluler Telkomsel masih terlihat jelas. Rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) seluler gabungan pada kuartal IV-2024 meningkat menjadi Rp 44 ribu atau tumbuh 2,0% QoQ.
Sementara itu, total pelanggan Telkomsel juga mengalami peningkatan menjadi 159,4 juta pelanggan atau naik 0,6% QoQ.
Sabrina menjelaskan pertumbuhan positif ini didorong oleh inisiatif penetapan harga yang tepat, faktor musiman, serta keberhasilan migrasi pelanggan prabayar ke pascabayar.
Jumlah Pelanggan IndiHome B2C Naik 10,6 Persen (YoY)
Selain itu, Telkomsel juga terus meningkatkan produktivitas pelanggan, yang tercermin dari pertumbuhan payload data tahunan sebesar 13,9%.
Lebih lanjut, Sabrina menyoroti ARPU IndiHome B2C pada kuartal IV-2024 yang mencapai Rp 233 ribu. Hal ini menunjukkan kemampuan Telkomsel dalam mempertahankan ARPU IndiHome B2C secara kuartalan di tengah upaya strategis untuk mengakselerasi penetrasi fixed broadband.
Upaya ini tercermin dari penambahan sekitar 1 juta pelanggan IndiHome B2C sepanjang tahun 2024, sehingga total pelanggan mencapai 9,6 juta atau tumbuh 2,5% QoQ dan 10,6% secara year-on-year (YoY).
"Saya melihat pendapatan IndiHome B2C meningkat menjadi Rp 6,8 triliun atau tumbuh 1,8% QoQ dan 101,2% YoY. Keberhasilan ini membuktikan implementasi Fixed Mobile Convergence (FMC) yang telah diterapkan Telkomsel berjalan dengan baik," Sabrina memaparkan.
Ia menilai, Telkomsel dapat memberikan penawaran harga gabungan antara seluler dan fixed broadband sebagai bagian dari strategi FMC.