Liputan6.com, Jakarta - Fenomena astronomi unik yang dikenal sebagai smile moon, smiley face, atau Bulan Tersenyum menarik perhatian publik dunia.
Fenomena langka ini merupakan konfigurasi langit di mana bulan sabit tua tampak seperti senyuman, sementara dua planet terang—Venus dan Saturnus—muncul di atasnya, menyerupai dua mata.
Namun, keindahan langit yang satu ini ternyata tidak bisa disaksikan secara seragam dari seluruh belahan bumi.
Menurut penjelasan ahli astronomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, konfigurasi ini memang nyata, namun sangat bergantung pada waktu dan lokasi pengamatan.
“Fenomena yang disebut smiley face adalah konfigurasi bulan sabit tua yang membentuk wajah tersenyum, dan dua planet terang Venus dan Saturnus yang digambarkan sebagai simbol dua mata di atas senyuman. Tetapi fenomena itu bergantung tempat, terkait waktu dan konfigurasinya,” katanya kepada Tekno Liputan6.com, Jumat (25/4/2025).
Thomas menegaskan bahwa masyarakat Indonesia tidak dapat melihat fenomena bulan tersenyum pada 25 April seperti yang banyak beredar di media sosial.
Di Indonesia, justru fenomena konfigurasi bulan sabit dengan Venus dan Saturnus baru bisa terlihat pada Jumat pagi, 26 April 2025, menjelang matahari terbit.
Namun demikian, Thomas menyebut, posisi ketiga benda langit tersebut dari langit Indonesia tidak membentuk bulan tersenyum seperti yang disebut-sebut.
Letak Geografis Pengaruhi Visual Fenomena “Smiley Face” di Langit
Hal ini karena Venus dan Saturnus berada terlalu jauh di atas bulan sabit, sehingga tidak membentuk susunan dua mata dan senyuman secara visual.
“Di Indonesia, posisi Venus dan Saturnus jauh di atas bulan sabit, jadi sama sekali tidak menampakkan gambaran wajar tersenyum,” ujarnya.
Fenomena smiley face atau Smile Moon sendiri terlihat lebih sempurna dari wilayah Brazil dan sekitarnya. Dari sana, posisi Venus dan Saturnus relatif lebih dekat dengan bulan sabit, sehingga membentuk visual wajah tersenyum yang khas dan menggemaskan.
Sementara itu, bagi wilayah Eropa dan Amerika, fenomena ini memang bisa diamati pada 25 April, sesuai dengan letak geografis dan waktu terbit ketiga objek langit tersebut di langit pagi hari mereka.
Dengan demikian, Thomas mengimbau masyarakat untuk lebih memahami konteks astronomi dan lokasi geografis saat menyebarkan informasi seputar fenomena langit agar tidak menimbulkan kebingungan publik.
“Fenomena langit memang indah dan menarik, tapi sangat penting untuk memahami konteks ilmiahnya agar tidak salah persepsi,” tutupnya.
Mengenal Fenomena Bulan Tersenyum Bareng Venus dan Saturnus, Apa Itu?
Sebelumnya, diberitakan bahwa pada 24 dan 25 April 2025, tiga benda langit yaitu bulan sabit, Venus, dan Saturnus bakal terlihat sejajar di langit timur yang membentuk formasi menyerupai wajah tersenyum alias Smile Moon.
Mengutip Science Alert, Jumat (25/4/2025), fenomena ini disebut triple conjunction, terjadi saat tiga objek langit tampak berdekatan dari Bumi. Dalam momen ini, bulan sabit akan tampak seperti “mulut”, sementara Venus dan Saturnus menjadi mata dari senyuman langit tersebut.
Kendati mirip wajah tersenyum, formasinya lebih menyerupai senyum miring atau pouting face. Tapi tetap saja, ini jadi momen langka yang jarang terjadi.
Fenomena ini bisa diamati sekitar pukul 05.00 hingga 05.30 pagi waktu setempat, tepat sebelum matahari terbit.