Liputan6.com, Jakarta Apakah Anda percaya dengan mitos memberikan hadiah parfum membuat hubungan berakhir? Setidaknya, Amanda Manopo mempercayainya, sehingga enggan menjadikan parfum sebagai kado untuk teman-temannya.
Diakui Amanda Manopo, sang ibulah yang memberitahu tentang mitos itu. Karenanya, Amanda mengaku tak pernah membelikan parfum untuk temannya.
"Kalau beliin orang-orang memang enggak. Dulu mama pernah bilang kalau kasih parfum, parfum itu habis, pertemanannya juga akan habis," ujar Amanda Manopo di Kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (24/11/2024).
"Jadi saya memang nggak pernah beliin, menghindari. Kalau dikasih kado parfum pun pasti saya kasih duit," Amanda Manopo menambahkan.
Tak pernah mendapat kado parfum dari temannya
Meski begtu, hingga ini Amanda tak pernah mendapat kado parfum dari temannya. Sejak awal ia sudah memberitahu teman-temannya tentang mitos memberikan hadiah parfum.
"Kalo pengalaman sih nggak, tapi ya kalo bisa. Karena sudah dari awal dikasih tau begitu, ya kasih duit," imbuhnya.
Memilih aroma berdasarkan mood yang dirasakan
Berbicara soal parfum, Amanda memilih aroma berdasarkan mood yang dirasakan. Bahkan, Amanda memakai parfum yang berbeda untuk setiap momen atau aktivitas yang dijalani.
"Selera parfum tergantung mood sih. Kalau misal pagi saya lebih suka fruity dan fresh, kalau malam atau event lebih bold, jadi lebih kecium sama orang orang. Jadi kayak identik Manda tuh wanginya begitu," jelasnya.
Aroma parfum dapat menjadi identitas bila rutin digunakan
Amanda percaya, aroma parfum dapat menjadi identitas bila rutin digunakan. Bahkan, Amanda selalu membeli parfum yang biasa digunakan ayah dan almarhumah ibunya.
Papah saya selalu pakai parfum ini, jadi kalau saya ketemu papah. Saya ingin parfum yang papah saya pakai . Terus yang kedua parfum mamah saya, almarhumah. Mamah saya yang di mana kalau udah habis pasti saya selalu beli lagi," ucap Amanda Manopo.