Liputan6.com, Jakarta Produktivitas Pradikta Wicaksono alias Dikta di dunia akting menguat setelah membintangi film Aku Jati Aku Asperger karya sineas Fajar Bustomi. Dalam film itu, ia memerankan Daru.
Daru adalah kakak Jati, yang diperankan Jefri Nichol. Jati adalah pengidap sindrom asperger. Melansir dari berbagai sumber, sindrom ini masuk dalam spektrum autisme. Orang dengan kondisi ini mengalam gangguan bersosialisasi dan berkomunikasi secara efektif.
Sindrom Asperger membuat pengidapnya canggung dalam hubungan sosial, memiliki kepentingan tertentu dengan topik yang sangat spesifik. Dalam film Aku Jati Aku Asperger, tokoh utama sangat menyukai kereta api dan tahu betul seluk beluknya.
Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Rabu (23/10/2024), Dikta mengaku sudut pandangnya berubah setelah menyelesaikan syuting film Aku Jati Aku Asperger.
Bukan Penghalang untuk Berprestasi
Baginya, sindrom Asperger bukanlah kekurangan dan penghalang untuk berprestasi. Berkaca pada fakta dan data, ada banyak tokoh kelas dunia yang hidup bersama sindrom Asperger sebut saja Elon Musk dan aktor Anthony Hopkins.
Nama yang disebut terakhir telah meraih 2 Piala Oscar lewat film legendaris The Silence of The Lambs dan The Father. “Dari kecil saya suka mengantar kakak ke sekolah. Jadi saya punya privilese, tahu bagaimana kebiasaan mereka dan lain-lain,” kata Dikta.
Saya Kagum dengan Mereka
“Dalam perjalanan hidup, saya bertemu teman-teman yang punya kelebihan Asperger. Saya kagum dengan mereka. Justru mereka punya sesuatu yang kita tak punya,” ujarnya seraya mengabarkan, Aku Jati Aku Asperger tayang di bioskop mulai 31 Oktober 2024.
Dikta menambahkan, lewat Aku Jati Aku Asperger, masyarakat Indonesia diharapkan dapat lebih memahami sindrom ini dan menyadari setiap individu adalah unik. Tiap individu punya potensi besar untuk berkarya dan sukses di bidang masing-masing.
Cerita Kuat, Pesan Menyentuh
Edukasi melalui film Aku Jati Aku Asperger adalah langkah penting dalam menumbuhkan kesadaran publik tentang sindrom ini sekaligus menghapus stigma yang melekat pada penyandang Asperger.
“Dengan cerita kuat dan pesan menyentuh, film ini siap memberi inspirasi ke banyak orang tentang pentingnya menerima perbedaan dan merayakan keunikan tiap individu,” Dikta mengakhiri.