10 Film Indonesia yang Pernah Masuk Nominasi Oscar, Terbaru Sore: Istri Dari Masa Depan

1 month ago 26

Liputan6.com, Jakarta Indonesia memang belum pernah membawa pulang Piala Oscar, namun bukan berarti tak pernah mencoba. Sejak 1987, berbagai film terbaik dari tanah air telah dikirim untuk mengikuti seleksi ajang paling prestisius di dunia perfilman itu. Proses panjang dan kompetisi ketat di kategori Best International Feature Film menjadikan ajang ini panggung penting untuk pengakuan global.

Film terbaru yang diajukan ke Oscar 2026 adalah Sore: Istri dari Masa Depan, membuka lembaran baru bagi sinema Indonesia. Film ini masuk dalam daftar panjang 10 film yang pernah diajukan ke Academy Awards, mewakili semangat konsisten sineas Indonesia dalam memperjuangkan kualitas dan jati diri bangsa lewat layar lebar.

Lantas film apa saja yang pernah berlenggang di sana? Berikut adalah 10 film Indonesia yang pernah dikirim ke Oscar, dirangkum Liputan6, Jumat (12/9).

1. Nagabonar (1987): Ketika Komedi Perjuangan Membuka Jalan ke Oscar

Film “Nagabonar” menjadi film Indonesia pertama yang diajukan ke Oscar pada 1987. Disutradarai oleh MT Risyaf dan dibintangi oleh Deddy Mizwar, film ini mengangkat kisah satir tentang mantan pencopet yang diangkat menjadi jenderal dadakan saat masa revolusi kemerdekaan.

Keunikan film ini terletak pada cara penyampaian kisah sejarah dengan pendekatan komedi yang tetap sarat makna. Dalam konteks internasional, ini adalah bentuk baru dari narasi film perjuangan Indonesia yang mampu menunjukkan identitas lokal dengan pendekatan universal.  Meskipun tidak lolos nominasi, “Nagabonar” menjadi pintu pembuka partisipasi Indonesia di Academy Awards dan meninggalkan warisan penting bagi perkembangan film nasional.

2. Surat dari Praha (2016): Romansa Politik yang Menembus Batas Emosi

Dikirim ke Oscar ke-89, “Surat dari Praha” disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko dan dibintangi oleh Julie Estelle dan Tio Pakusadewo. Film ini memadukan kisah cinta dan konflik politik, berlatar diaspora Indonesia yang tinggal di Praha pasca-Orde Lama.

Cerita tentang pengasingan dan memori masa lalu dirangkai dalam narasi penuh emosi, menggambarkan luka sejarah dan pencarian identitas pribadi. Film ini juga sukses besar di dalam negeri, menyabet beberapa penghargaan seperti Film Terbaik dan Sutradara Terbaik dalam Usmar Ismail Awards. Meski begitu, Surat dari Praha gagal mengukuhkan diri di sana.

3. Turah (2017): Ketika Bahasa Ngapak Menggema ke Dunia

Turah” adalah film berbahasa ngapak Tegal yang menjadi perwakilan Indonesia untuk Oscar 2018. Disutradarai oleh Wicaksono Wisnu Legowo, film ini menggambarkan isolasi sosial warga kampung Tirang yang selama bertahun-tahun hidup dalam penindasan dan pesimisme.

Bahasa daerah dan latar lokal yang sangat kuat justru menjadi nilai lebih, menampilkan wajah Indonesia yang belum banyak dikenal di luar negeri. Film ini pernah meraih penghargaan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival dan tampil di Singapore International Film Festival. Walaupun tidak tembus Oscar, “Turah” berhasil mengangkat bahasa dan budaya lokal ke panggung internasional.

4. Marlina: Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017): Ketika Perempuan Bicara Lewat Kamera

Film ini dikirim untuk Oscar 2019 dan disutradarai oleh Mouly Surya. Mengusung genre “satay Western”, Marlina menampilkan kekuatan perempuan melalui kisah pembalasan seorang janda di pedalaman Sumba yang memperjuangkan keadilan setelah pemerkosaan dan perampokan.

Dengan latar alam Indonesia Timur yang indah namun keras, dan narasi visual yang tajam, Marlina berhasil menarik perhatian festival film internasional. Sempat diharapkan akan masuk dan meraih penghargaan dalam Piala Oscar 2019, Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak gagal masuk nominasi. 

5. Kucumbu Tubuh Indahku (2019): Eksplorasi Gender yang Menantang Norma

Disutradarai oleh Garin Nugroho, film ini menjadi wakil Indonesia di Oscar 2020. Mengangkat kisah Rianto, seorang penari lengger dengan trauma masa kecil, film ini menyajikan perjalanan batin tokoh yang hidup di tengah stigma sosial terhadap identitas dan tubuh.

Film ini berhasil memicu diskusi tentang gender dan seni dalam masyarakat patriarkal Indonesia. Meski kontroversial, film ini mendapatkan apresiasi tinggi di dunia festival, termasuk penghargaan di Asia Pacific Screen Awards. Pihak Komite Seleksi Oscar 2019 sendiri memang telah memmilih film ini menjadi wakil Indonesia di Piala Oscar dan bersaing dalam nominasi di Best International Feature Film, meski akhirnya tetap kalah.

6. Perempuan Tanah Jahanam (2019): Horor Lokal yang Dilirik Dunia

Film horor garapan Joko Anwar ini menjadi wakil Indonesia di Oscar 2021. Bercerita tentang Maya dan sahabatnya yang menghadapi teror mengerikan di desa misterius, film ini merupakan horor Indonesia pertama yang dikirim untuk kategori Best International Feature Film.

Dengan penyutradaraan visual yang kuat, simbolisme budaya lokal, dan cerita menegangkan, film ini menandai genre horor sebagai sesuatu yang layak dikirim ke Oscar. Meskipun tidak berhasil masuk nominasi, ini membuka peluang bagi genre horor Indonesia untuk bersaing secara global.

7. Yuni (2021): Mitos, Impian, dan Perlawanan Perempuan Muda

Film Yuni diketahui sempat diandalkan dan masuk dalam kategori Best International Feature Film dalam ajang Piala Oscar 2022 atau Academy Awards tahun lalu. Pasalnya, film yang digarap oleh Kamila Andini ini berhasil menarik perhatian penonton Indonesia dan Internasional melalui tema yang cukup sensitif, yakni, remaja perempuan cerdas dan ingin melanjutkan pendidikan, namun dibebani oleh tekanan sosial dan mitos pernikahan.

Bukan hanya itu saja, film Yuni juga diketahui pernah meraih Platform Prize dalam ajang Toronto International Film Festival 2021. Akan tetapi, hal ini belum bisa menjadikan film Yuni masuk dalam nominasi 15 besar Best International Feature Film dalam ajang Oscar 2022.

8. Sang Penari (2011): Tragedi, Cinta, dan Jejak Komunisme

Film ini diangkat dari novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari dan disutradarai oleh Ifa Isfansyah. “Sang Penari” mewakili Indonesia di Oscar 2012, mengangkat kisah cinta tragis di tengah gejolak politik 1960-an dan pembantaian anti-komunis.

Film ini menggabungkan sejarah gelap Indonesia dengan kebudayaan lokal melalui tokoh ronggeng dan tentara muda. Sang Penari memenangkan 4 Piala Citra di FFI, termasuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik, serta dinilai sebagai adaptasi yang layak oleh penulis novelnya sendiri.

9. Ngeri-Ngeri Sedap (2022): Keluarga Batak dalam Drama Penuh Tawa dan Air Mata

Film keluarga karya Bene Dion Rajagukguk ini dikirim ke Oscar 2023. Cerita tentang pasangan suami-istri Batak yang pura-pura ingin bercerai demi menyatukan anak-anak mereka menggabungkan drama dan komedi secara seimbang.

Film ini menyuarakan nilai-nilai keluarga, adat Batak, dan dinamika generasi muda, membuatnya relatable untuk penonton global. Film ini juga sukses besar di dalam negeri, memborong 8 penghargaan di Festival Film Wartawan Indonesia.

10. Sore: Istri dari Masa Depan (2025): Fantasi Romantis Buka Babak Baru

Film “Sore: Istri dari Masa Depan” resmi ditunjuk sebagai wakil Indonesia di Oscar 2026. Disutradarai oleh Yandy Laurens, film ini mengusung genre fantasi romantis yang tidak biasa, bercerita tentang cinta dan waktu.

Dipilih lebih awal oleh Komite Seleksi, film ini disebut-sebut membuka peluang baru bagi sinema Indonesia, khususnya dalam strategi kampanye Oscar yang lebih matang dan terencana. Meski perjalanan masih panjang, pemilihan “Sore” memberi harapan bahwa genre romantis dengan nuansa lokal bisa diterima secara luas di panggung internasional.

Pertanyaan Seputar Film Indonesia di Oscar (People Also Ask)

1. Apakah Indonesia pernah menang Oscar?

Belum. Hingga kini, Indonesia belum pernah masuk nominasi resmi Academy Awards meski sudah mengirimkan film sejak 1987.

2. Apa kriteria film bisa dikirim ke Oscar?

Film harus diproduksi mayoritas oleh negara asal, berdurasi panjang, menggunakan bahasa non-Inggris, dan tayang di bioskop dalam negeri dalam periode tertentu.

3. Siapa yang memilih film Indonesia ke Oscar?

Komite Seleksi Oscar Indonesia (The Indonesian Oscar Selection Committee) yang ditunjuk oleh organisasi perfilman nasional.

4. Mengapa film Indonesia sering gagal tembus nominasi?

Kampanye dan strategi distribusi yang terbatas menjadi salah satu hambatan, selain faktor kompetisi global yang sangat ketat.

5. Apakah “Sore: Istri dari Masa Depan” berpeluang tembus Oscar?

Berpeluang, terutama karena dipilih lebih awal dan memiliki waktu kampanye lebih panjang, tapi tetap membutuhkan dukungan dan strategi promosi masif.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |