Studi: Gerakan Pupil Mata Bisa Ungkap Keakuratan Ingatan Manusia

6 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian dari kita mungkin menganggap otak sebagai 'perekam' yang andal. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Dari ingatan masa kecil yang keliru hingga mengingat telah meminum obat padahal belum, memori palsu ternyata sangat umum terjadi.

Dalam situasi genting seperti kesaksian di pengadilan, kesalahan ingatan itu tentunya bisa berakibat fatal.

Nah, untuk mengukur seberapa akurat ingatan seseorang, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kita mungkin dapat melakukannya hanya dengan mengamati mata.

Sejak 1960-an, para ilmuwan sudah mengetahui bahwa pupil mata cenderung melebar ketika kita berpikir keras--baik saat mengingat sesuatu, memecahkan masalah, atau memberikan perhatian penuh.

Namun, studi-studi awal tersebut sebagian besar berfokus pada memori jangka pendek, sehingga belum jelas apakah efek yang sama berlaku untuk ingatan jangka panjang. Demikian sebagaimana dikutip dari Popular Science, Rabu (21/5/2025).

Kemudian, pada 1970-an, sebuah penemuan menarik mengungkap bahwa pupil mata seseorang juga melebar ketika mereka mengenali sesuatu yang pernah mereka lihat sebelumnya.

Fenomena ini, yang disebut sebagai "efek pupil lama/baru," telah dikonfirmasi dalam berbagai eksperimen. Namun, penelitian terbaru melangkah lebih jauh, menunjukkan bahwa pelebaran pupil mata mungkin tidak hanya mencerminkan apakah sesuatu terasa familiar, tetapi juga seberapa jelas dan terekamnya ingatan tersebut.

Libatkan 28 Sukarelawan

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory, and Cognition, peneliti Ádám Albi dan Péter Pajkossy dari Budapest University of Technology and Economics berupaya menguji gagasan ini.

Mereka melibatkan 28 sukarelawan di Hungaria dan meminta mereka mempelajari 80 kata: dua atau tiga suku kata, yang jarang digunakan dalam bahasa Hungaria.

Kata-kata tersebut ditampilkan kepada peserta di layar pada titik tertentu di tepi lingkaran tak terlihat.

Kemudian, peserta diperlihatkan campuran kata-kata lama dan baru, yang dipusatkan di layar. Untuk setiap kata yang mereka kenali, mereka diminta untuk mengingat di mana kata itu pertama kali muncul. Sementara peserta menjawab, para peneliti melacak ukuran pupil mereka.

Hasilnya Mengejutkan

Hasilnya pun sangat mencolok. Ketika seseorang mengenali kata yang pernah mereka lihat sebelumnya, pupil mereka melebar, dan efeknya lebih terasa ketika peserta dapat mengingat dengan tepat lokasi asli kata tersebut.

Bahkan ketika seseorang tidak yakin di mana tepatnya di layar mereka pernah melihat kata itu sebelumnya, tetapi mengenali kata itu sebagai kata yang familiar, pupil mereka tetap melebar lebih banyak daripada saat mereka melihat kata yang benar-benar baru.

"Ini menunjukkan bahwa mata kita mencerminkan dua lapisan memori: kesan familiar secara umum dan ketepatan detail spesifik," ujar Albi kepada Popular Science.

Apa yang Sebenarnya Terjadi di Dalam Otak?

"Hingga saat ini, belum ada konsensus mengenai mekanisme kognitif dan neurobiologis yang tepat yang mendorong respons pupil selama berbagai bentuk pengambilan memori, seperti pengenalan," kata Albi.

Namun, satu teori utama berpusat pada konsep 'perhatian yang menonjol'--seberapa besar sesuatu menarik fokus kita. Ingatan yang jelas mungkin tidak hanya muncul begitu saja.

Ingatan itu dapat memicu aktivitas di wilayah otak yang disebut sistem locus coeruleus–noradrenergic, yang mengatur perhatian. Ketika diaktifkan, sistem ini juga menyebabkan pupil melebar.

Mengevaluasi Kedalaman Ingatan Seseorang

Pemahaman yang berkembang ini membuka beberapa kemungkinan yang menarik. Mohamad El Haj, seorang ahli neuropsikologi dan profesor di Universitas Nantes di Prancis, yang tidak terlibat dalam penelitian ini menyebut pelebaran pupil dapat berfungsi sebagai penanda non-invasif kualitas memori dalam berbagai konteks.

"Konteks itu antara lain pendidikan, penilaian klinis, atau kesaksian hukum--terutama ketika mengevaluasi kedalaman atau keandalan ingatan seseorang," El Haj menjelaskan.

Karena pengukuran pupil bersifat non-invasif, hemat biaya, dan secara metodologis lebih sederhana daripada teknik analisis otak lainnya seperti magnetic resonance imaging (MRI) atau electroencephalogram (EEG), seperti yang ditunjukkan Albi, hal ini menjanjikan untuk penggunaan yang lebih luas.

Bayangkan jika kita dapat mengukur keandalan seorang saksi mata hanya dengan melacak pupil mereka.

[INFOGRAFIS] Serba Serbi Eyeliner, si Hitam Penghias Mata

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |