Strategi Pemulihan Industri Film Korea yang Makin Lesu, Penonton Terbanyak 2025 Cuma 2,5 Juta

8 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Tahun ini industri perfilman di Korea Selatan sedang lesu-lesunya. Selain tak ada film yang berhasil lolos ke Cannes 2025, jumlah penonton yang datang ke bioskop pun merosot tajam. 

Film lokal dengan 10 juta penonton—yang dulu menjadi tolok ukur kesuksesan—kini makin sulit ditembus. Film Korea terlaris tahun ini hanya Hitman 2, yang mencatat 2,54 juta penonton. Ini masih sangat jauh dari angka-angka fantastis yang pernah dicapai industri. 

Disutradarai Choi Won-sub dan dibintangi Kwon Sang-woo, Hitman 2 menceritakan Jun, mantan penulis webtoon sukses yang terjebak dalam insiden teror nyata yang meniru cerita dalam karyanya. Film ini dianggap sukses menggabungkan unsur komedi dan ketegangan.

Di bawah Hitman 2, film politik Yadang: The Snitch menyusul dengan 2,22 juta penonton, sementara The Match, film olahraga berdasarkan kisah nyata, menempati posisi ketiga.

Dikutip dari The Korea Times, film asing Mickey 17 karya sutradara Bong Joon-ho, yang dibintangi Robert Pattinson, memang melampaui 3 juta penonton, namun angka tersebut juga dianggap mengecewakan mengingat anggaran produksi yang fantastis, mencapai $118 juta.

Film Anggaran Menengah

Film Hollywood pun tak luput dari tren penurunan ini. Captain America: Brave New World, yang dirilis pada Februari, gagal menembus 2 juta penonton meski sebelumnya digadang-gadang sebagai salah satu judul besar tahun ini. 

Namun, tidak adanya dominasi film blockbuster (beranggaran besar) membuka peluang bagi film beranggaran menengah untuk lebih bersaing. “Proyek berukuran menengah memang menghasilkan pengembalian lebih kecil dibandingkan blockbuster,” kata seorang eksekutif produksi film.

“Tapi jika film-film ini rutin meraup keuntungan yang stabil, industri akan mendapat aliran investasi yang lebih sehat dan beragam," terangnya. 

Tren Pemutaran Ulang Film Lama

Noh Cheol Hwan, profesor teater dan film di Universitas Inha mengatakan bahwa berkurangnya monopoli layar oleh film-film besar memungkinkan keragaman tontonan di bioskop. Namun, ia juga menyoroti tren meningkatnya pemutaran ulang film-film lama.

“Penonton tua memang kembali ke bioskop karena nostalgia, tetapi pertumbuhan pasar sangat tergantung pada generasi muda. Penuaan penonton adalah masalah yang nyata,” tegasnya.

Strategi untuk Pemulihan

Untuk memulihkan keadaan tentu ada beberapa strategi, salah satunya soal distribusi pendapatan. Program diskon juga mungkin dibutuhkan pada titik ini.

“Uang yang dihasilkan dari bioskop langsung kembali ke orang-orang yang bekerja di industri ini—dari staf hingga produser dan distributor,” ujar profesor Noh. 

"Kita butuh kampanye diskon nasional, program tiket untuk kaum muda, serta kerja sama aktif antara bioskop, distributor, dan kreator untuk menarik kembali penonton," tutupnya. 

Dijelaskan pula bahwa industri masih butuh film-film besar yang sukses. Sebab, kesuksesan film beranggaran besar akan menarik perhatian investor dan membantu menjaga stabilitas industri.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |