Liputan6.com, Jakarta - Microsoft meminta tim Presiden Donald Trump untuk melonggarkan aturan ekspor chip kecerdasan buatan (AI) ditetapkan di akhir masa kepemimpinan Joe Biden.
Mengutip laman Reuters, Minggu (2/3/2025), Microsoft berpendapat, aturan ini malah merugikan negara sekutu seperti India, Swiss, dan Israel, dan membuat perusahaan teknologi AS kesulitan membangun pusat data AI di sana.
Pembatasan ini juga berdampak besar pada perusahaan teknologi AS. Mereka jadi sulit menjual chip AI ke China, yang merupakan salah satu pasar terbesar. Hal ini mempercepat persaingan global dalam pengembangan AI.
Nvidia, sekarang menjadi raja di industri chip AI paling terkena imbasnya. Raksasa manufaktur chipset yang biasa dipakai untuk berbagai aplikasi seperti ChatGPT, sudah lebih dulu kena pembatasan ekspor, dan sekarang makin dipersempit lagi.
Di akhir kepemimpinannya, Biden menetapkan kebijakan untuk menjaga teknologi AI tetap di AS sekaligus membatasi akses China.
Kendati demikian kebijakan ini bisa jadi bumerang, kata Microsoft. Beberapa sekutu AS terkena dampak bisa beralih ke teknologi China karena pasokan dari AS berkurang.
"Jika aturan ini tetap berlaku, China bisa lebih unggul dalam pengembangan teknologi AI, seperti yang terjadi dengan 5G beberapa tahun lalu," kata perusahaan berbasis di Redmond tersebut.
Perusahaan China seperti Huawei saat ini masih kesulitan menandingi Nvidia di level chip AI kelas atas. Tapi, startup lokal seperti DeepSeek sudah mulai muncul dengan teknologi AI lebih murah dan bisa jadi pesaing.
Microsoft Gandeng 4 Universitas Bergabung ke elevAIte Indonesia
Di sisi lain, Microsoft telah resmi menggandeng empat universitas yakni Binus University, Telkom University, Universitas Brawijaya, serta Universitas Gadjah Mada untuk bergabung dalam ekosistem mitra elevAIte Indonesia.
Menurut Microsoft, inisiatif ini diharapkan dapat mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan sekaligus menyiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi era AI.
Untuk diketahui, elevAIte Indonesia merupakan inisiatif pelatihan AI hasil kerja sama antara Kementerian Komdigi (Komunikasi dan Digital) dan Microsoft. Inisiatif ini diluncurkan pada Desember 2024.
Program elevAIte ini bertujuan membekali satu juta talenta Indonesia dengan keterampilan AI yang relevan dalam berbagai sektor industri.
Bergabungnya empat universitas dalam program ini memungkinkan lebih dari 400.000 tenaga pendidik dan mahasiswa mengakses program pelatihan AI.
Beberapa program pelatihan itu di antaranya adalah Training of trainers, Ujian sertifikasi Microsoft, AI Hackhaton, serta Inkubasi program pemenang AI Hackathon.
AI Mampu Mengubah Industri Secara Global
Menurut Microsoft Philanthropies Social Impact Lead Somanna Palacanda, AI tengah mengubah industri secara global dan menciptakan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi serta lapangan kerja.
"Keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan diproyeksikan berubah sebesar 50 persen dari 2016 hingga 2030, dan generative AI akan mempercepat perubahan ini hingga 68 persen. Mereka yang menguasai AI akan memiliki peluang lebih besar dalam ekonomi masa depan," tuturnya dalam siaran pers yang diterima, Senin (17/2/2025).
Tren ini sejalan dengan laporan Work Trend Index terbaru dari Microsoft dan LinkedIn mengenai pemanfaatan kecerdasan buatan, terutama generative AI.
Dalam laporan itu, 92 persen pekerja berbasis pengetahuan (knowledge workers) di Indonesia telah menggunakan generative AI di tempat kerja, lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 75 persen.
Langkah Masing-Masing Universitas Perkuat Ekosistem AI
Sebagai bagian dari kemitraan ini, AI , AI Center Universitas Brawijaya yang diresmikan pada Januari 2025 kini berstatus sebagai Certiport Authorized Testing Center (CATC).
Pusat pelatihan ini akan menyelenggarakan ujian sertifikasi Microsoft, seperti Microsoft Office Specialist dan Microsoft Technology Associate, yang semakin bernilai dalam dunia kerja.
Sementara itu, BINUS University akan mengintegrasikan inisiatif elevAIte ke dalam kurikulumnya dan memperluas pembelajaran AI melalui platform edutech GreatNusa. Jadi, mahasiswa dapat mengikuti bootcamp upskilling dan reskilling.
Selain itu, sebagai kelanjutan dari kerja sama yang telah terjalin dengan Microsoft sejak 2024, UGM akan mengembangkan dan menerapkan AI dalam pendidikan secara bertanggung jawab.
Langkah ini sejalan dengan visi universitas untuk mengoptimalkan teknologi guna meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia.