Liputan6.com, Jakarta - Dalam sidang antitrust yang sedang berlangsung antara Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) dan Meta, CEO Instagram Adam Mosseri, memberikan kesaksian penting mengenai posisi Instagram dalam pasar media sosial dan bagaimana mereka menghadapi tekanan persaingan, khususnya dari TikTok.
Mosseri, yang mengambil alih Instagram pada tahun 2018, menjelaskan bahwa pada saat itu, platform mengalami tantangan besar dalam mempertahankan tingkat keterlibatan pengguna.
Mengutip The Verge, Selasa (13/5/2025), salah satu penyebab utama stagnasi tersebut adalah kemunculan TikTok yang berkembang sangat pesat, terutama di kalangan pengguna muda.
Ia mengungkapkan bahwa data internal Instagram pada 2019 menunjukkan bahwa sekitar 23% dari penurunan pengguna di AS diakibatkan oleh migrasi ke TikTok.
Hal ini mendorong Instagram untuk mengevaluasi ulang strategi mereka agar tetap relevan dalam lanskap media sosial yang cepat berubah.
Dalam pernyataannya, Mosseri menekankan filosofi kompetitif yang dianut perusahaan: “Anda harus terus tumbuh, atau Anda akan perlahan mati.”
Pernyataan ini mencerminkan tekanan besar yang dirasakan oleh platform media sosial seperti Instagram untuk terus berinovasi dan mengikuti tren baru agar tidak tertinggal.
Instagram Ditekan Regulasi, Tetap Klaim Fokus pada Hubungan Sosial
Sebagai respons, Instagram mulai menyesuaikan algoritma dan fitur-fiturnya, termasuk pengembangan Reels, fitur video pendek yang secara langsung menyaingi TikTok.
FTC, dalam gugatan antitrust-nya, menuduh Meta (induk perusahaan Instagram dan Facebook) telah secara ilegal mempertahankan monopoli atas pasar media sosial pribadi dengan cara mengakuisisi atau menyingkirkan pesaing.
Namun, dalam pembelaannya, Meta berargumen bahwa pasar media sosial jauh lebih luas daripada yang didefinisikan oleh FTC. Mereka menganggap pesaing seperti TikTok dan YouTube juga merupakan bagian dari pasar tersebut, karena juga memperebutkan perhatian pengguna.
Mosseri mengakui bahwa konten yang direkomendasikan oleh AI, seperti video Reels, kini memang mendominasi feed pengguna. Namun ia menegaskan bahwa hubungan antar pengguna, seperti teman dan keluarga yang masih menjadi identitas utama dari Instagram.
Ia mengakui adanya pergeseran, di mana proporsi konten dari teman kini menurun dibandingkan konten hiburan, tetapi menolak anggapan bahwa Instagram sepenuhnya kehilangan akar sosialnya.
Mosseri: Akuisisi Instagram Untungkan Kedua Pihak
Kesaksian Mosseri juga menyinggung hubungan antara Instagram dan Meta setelah akuisisi pada 2012.
Ia mengakui, meskipun ada ketegangan di masa lalu antara para pendiri Instagram dengan manajemen Facebook, ia percaya bahwa akuisisi tersebut pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak.
Meta memperoleh produk yang inovatif dan basis pengguna kuat, sementara Instagram mendapat akses ke infrastruktur, dana, dan teknologi yang memungkinkan mereka bertumbuh secara masif.
Kesaksian Mosseri ini menjadi bagian dari gambaran yang lebih besar dalam kasus antitrust FTC terhadap Meta, yang juga melibatkan pengakuan dari CEO Meta Mark Zuckerberg serta salah satu pendiri Instagram, Kevin Systrom.
Secara keseluruhan, Mosseri mencoba menunjukkan bahwa Instagram tetap bersaing secara aktif dan sehat di pasar yang dinamis, serta terus berinovasi untuk mempertahankan relevansi--bukan menyingkirkan pesaing secara tidak adil.