Liputan6.com, Jakarta - Google kembali meningkatkan keamanan pengguna Chrome dari kejahatan siber. Lewat Chrome versi 137, perusahaan teknologi itu mengumumkan akan menggunakan AI untuk mendeteksi dan memblokir penipuan dengan kedok dukungan teknis yang makin marak terjadi di internet.
Dikutip dari Malwarebytes, Rabu (14/5/2025), Google akan memanfaatkan LLM (Large Language Model) Gemini Nano yang berjalan langsung di perangkat pengguna. Tujuannya adalah untuk mengenali pola perilaku situs web berbahaya secara real-time, sehingga perlindungan yang diberikan lebih cepat dan efisien.
Sebagai informasi, penipuan berkedok laman dukungan teknis ini seringkali meniru tampilan situs resmi dan menciptakan kepanikan bagi pengguna. Biasanya, modus yang dilakukan adalah membuat tab browser menjadi full screen hingga menampilkan nomor telepon palsu yang bisa dihubungi.
Tidak hanya itu, beberapa modus lain adalah membuat simulasi pemindaian virus dan meberikan peringatan keamanan palsu. Bahkan, ada beberapa modus yang membuat input keyboard terkunci, sehingga pengguna sulit keluar dari laman tersebut.
Modus ini sudah menjadi trik klasik penjahat siber untuk menipu korban agar memberikan akses jarak jauh atau informasi kartu kredit. Namun dengan kemampuan AI memahami konteks laman web dan mendeteksi pola mencurigakan, Chrome bisa langsung menganalisis konten di dalamnya.
Kemudian, browser tersebut dapat memutuskan apakah laman tersebut berbahaya atau tidak. Menurut perusahaan, Google Chrome memilih pendekatan on-device untuk memastikan deteksi dilakukan secara cepat dan bersifat privat.
Cara Aktikfan Perlindungan di Google Chrome
Jadi, ketika pengguna membuka laman mencurigakan, LLM di perangkat langsung mengalisis isinya berdasarkan indikator seperti penggunakan keyboard lock API. Ini merupakan teknologi yang digunakan untuk menjebak pengguna di laman dengan memblokir fungsi tombol penting.
Jika analisis awal mengindikasikan ancaman, Chrome akan mengirim sinyal keamanan ke server Safe Browsing untuk keputusan akhir. Bila terbukti berbahaya, pengguna akan melihat layar peringatan besar yang memblokir akses ke situs tersebut.
Bagi pengguna yang ingin memakai perlindungan optimal, Google menyarankan untuk mengaktifkan opsi Enhanced Protection melalui pengaturan di Chrome. Pengguna tinggia membuka menu Settings > Privacy and security > Security > Safe Browsing.
Open AI Ungkap Tertarik Akuisisi Google Chrome
Di sisi lain, OpenAI, pembesut ChatGPT, secara mengejutkan menyatakan minatnya mengakuisisi Google Chrome. Pernyataan ini muncul setelah Departemen Kehakiman AS menyarankan Google agar menjual browser andalannya tersebut karena masalah monopoli.
Berdasarkan laporan Bloomberg, pernyataan ini bermula pada sidang yang digelar untuk membahas soal tuduhan monopoli Google terkait mesin pencari.
Dikutip dari Engadget, Kamis (24/4/2025), dalam sidang tersebut, Head ChatGPT Nick Turley dimintai pendapatnya soal potensi akusisi Chrome oleh OpenAI.
Menjawab pertanyaan itu, Nick pun menjawab kalau hal itu mungkin saja terjadi. "Ya, kami tertarik, begitu pula banyak pihak lain," tuturnya.
Lebih lanjut Nick menyatakan, ChatGPT saat ini memang sudah bisa diakses lewat plugin di Google Chrome. Namun, ia membayangkan, jika mereka bisa melakukan integrasi lebih dalam, potensi yang dihadirkan Chrome lebih besar.
Ia pun berandai-andai, kalau integrasi tersebut bisa memperkenalkan pada pengguna seperti apa pengalaman pemakaian yang mengutamakan AI secara menyeluruh.
Untuk diketahui, Chrome disebut bukan satu-satunya produk Google yang terancam lepas. Sebelumnya, hakim lain juga memutuskan bahwa Google telah melakukan praktik anti-persaingan dalam ranah teknologi iklan digital.
Situasi ini membuka peluang bagi berbagai perusahaan besar untuk membidik layanan-layanan populer lain milik Google. Kendati demikian, proses hukum yang panjang membuat keputusan final masih jauh dari kata pasti.