28 Kota Amerika Serikat Terancam Tenggelam, Apa Penyebabnya?

3 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Fenomena penurunan permukaan tanah tengah melanda berbagai kota besar di Amerika Serikat (AS), dan dampaknya diperkirakan akan terus meluas.

Dalam sebuah studi terbaru yang menganalisis 28 kota terpadat di AS, ditemukan bahwa seluruh kota tersebut mengalami penurunan permukaan tanah sebesar 2 hingga 10 milimeter per tahun.

Mengutip Popular Science, Selasa (13/5/2025), penyebab utamanya adalah pengambilan air tanah secara besar-besaran yang terus meningkat seiring pertumbuhan kebutuhan air bersih. Penelitian ini dipublikasikan pada 8 Mei di jurnal Nature Cities.

Penurunan Kecil, Dampak Besar

Meskipun penurunan ini terlihat kecil di atas kertas, kurang dari satu inci per tahun, tetapi efeknya bisa sangat signifikan.

Tanah yang terus-menerus turun dapat mengancam stabilitas bangunan, jalan, jembatan, dan bendungan.

Studi lain pada 2024 bahkan menyebutkan bahwa wilayah pesisir Atlantik bisa mengalami penurunan hingga lima milimeter per tahun.

Dalam studi terbaru ini, para ilmuwan menggunakan teknologi radar berbasis satelit (InSAR) untuk membuat peta resolusi tinggi, menunjukkan wilayah-wilayah yang mengalami penurunan tanah (terancam tenggelam).

Kota-kota besar seperti New York, Dallas, dan Seattle--dihuni oleh sekitar 34 juta orang atau 12 persen dari populasi AS--menjadi objek pengamatan utama.

“Teknologi radar satelit memungkinkan kami melihat pergerakan tanah dengan sangat rinci, layaknya melakukan pemindaian CAT Scan dari luar angkasa,” kata Manoochehr Shirzaei, peneliti dari Virginia Tech yang terlibat dalam studi ini.

Data ini sangat berguna bagi perencana kota untuk menangani potensi risiko secara dini, mulai dari zonasi hingga mitigasi banjir.

Kota-Kota Terparah

Setidaknya 20 persen wilayah perkotaan di semua kota yang diteliti mengalami penurunan tanah. Di 25 dari 28 kota, angkanya bahkan lebih tinggi: mencapai 65 persen.

Beberapa kota seperti New York, Chicago, Denver, dan Dallas mengalami penurunan sekitar dua milimeter per tahun. Di Texas, penurunan lebih parah, bahkan ada area di Houston yang mencatat hingga 10 milimeter per tahun.

Leonard Ohenhen, penulis utama studi ini dari Columbia University, menjelaskan bahwa pergerakan tanah yang terus-menerus akan memperbesar kelemahan sistem infrastruktur kota dan meningkatkan ancaman banjir.

Studi juga menunjukkan perbedaan tingkat penurunan tanah antar area dalam satu kota dapat menyebabkan retakan serta mengganggu kestabilan struktur bangunan dan infrastruktur lainnya.

Gejala-Gejala Penurunan Tanah

Penurunan tanah kadang bisa dikenali melalui beberapa tanda fisik, seperti:

  • Retakan pada bangunan, terutama di sekitar pintu, jendela, atau fondasi.
  • Lantai rumah atau gedung yang mulai miring.
  • Pintu dan jendela yang tak sejajar atau sulit ditutup.
  • Jalan atau trotoar yang melengkung, yang sering dianggap hasil konstruksi buruk.
  • Tiang listrik dan pagar yang mulai miring.
  • Meningkatnya kejadian banjir lokal, bahkan saat hujan ringan.

Menurut Shirzaei, tanda-tanda tersebut seringkali muncul perlahan, namun bisa menjadi serius jika tidak ditangani--terutama di kota yang dibangun di atas tanah lunak atau memiliki konsumsi air tanah tinggi.

Akar Permasalahan dan Jalan Keluar

Pertumbuhan penduduk dan ekspansi kota terus meningkatkan kebutuhan akan air bersih. Jika air tanah diambil lebih cepat dari kemampuan alam untuk mengisinya kembali, akuifer bisa rusak dan tanah akan semakin ambles.

“Penurunan tanah bukan hanya masalah yang terjadi di pesisir atau daerah terpencil. Ini terjadi di banyak kota besar dan memengaruhi jutaan orang,” kata Shirzaei.

Ia mencatat, lebih dari 34 juta orang tinggal di wilayah yang mengalami penurunan tanah, dan lebih dari 29.000 bangunan berada di zona berisiko tinggi.

Gabungan antara perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan perkembangan ekonomi bisa mempercepat penurunan ini. Kawasan yang dulunya stabil bisa menjadi rentan terhadap banjir, kerusakan infrastruktur, hingga degradasi lahan dalam jangka panjang.

Peneliti merekomendasikan agar kota-kota mulai memasukkan pemantauan penurunan tanah dalam perencanaan tata kota, mengelola penggunaan air tanah secara bijak, dan memperkuat pemantauan jangka panjang untuk deteksi dini.

Namun, ada kabar baik. “Penurunan tanah adalah masalah yang bisa diselesaikan. Sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia—terutama penggunaan air tanah yang berlebihan," ujar Shirzaei.

Dengan perencanaan yang tepat, teknologi pemantauan canggih, serta kebijakan yang mendukung, kita bisa memperlambat atau bahkan menghentikan penurunan tanah, demi masa depan kota yang lebih aman.

Infografis Habis Hujan Deras Terbitlah Banjir Jakarta (Liputan6.com/Triyasni)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |