Makna Lagu The Ballad of John and Yoko dari The Beatles: Pernikahan, Kontroversi dan Aksi Damai di 1 Lagu

2 months ago 42

Liputan6.com, Jakarta Dirilis pada Mei 1969, "The Ballad of John and Yoko" salah satu lagu ikonis The Beatles yang memuat kisah nyata penuh cinta, kontroversi, dan aktivisme.

Ditulis John Lennon dan dikreditkan sebagai hasil kerja sama Lennon–McCartney, makna lagu ini merekam secara detail seputar pernikahan John Lennon dengan Yoko Ono serta momen-momen bulan madu mereka yang tidak biasa.

Walaupun berjudul “ballad”, lagu ini sebenarnya memiliki tempo cepat dan nuansa musik rock yang kuat. Lennon menyusun lirik saat berbulan madu dengan Yoko di Paris.

Lagu ini direkam secara spontan bersama Paul McCartney hanya beberapa jam setelah ditulis, tepatnya pada 14 April 1969, tanpa kehadiran George Harrison maupun Ringo Starr. Hanya dalam sembilan jam, lagu ini selesai direkam dan langsung di-mixing untuk rilis.

Kisah di Balik Pernikahan yang Tak Lazim

Cerita dalam lagu ini berawal dari keputusan mendadak John dan Yoko untuk menikah, hanya dua hari setelah Paul McCartney menikahi Linda Eastman. Awalnya, mereka mencoba untuk menikah di laut, tapi aturan hukum membuat rencana itu gagal.

Rencana ke Paris pun batal karena birokrasi rumit, hingga akhirnya mereka menikah di Gibraltar, wilayah protektorat Inggris, 20 Maret 1969. Lennon memilih lokasi tersebut karena statusnya sebagai warga negara Inggris.

Usai menikah, pasangan ini terbang ke Amsterdam dan menggelar aksi damai yang mereka sebut “Bed-In” di kamar hotel di Hilton Amsterdam. John dan Yoko mengundang media bukan sekadar untuk wawancara, melainkan menyaksikan mereka melakukan protes terhadap perang dari tempat tidur.

Aksi ini bagian dari gerakan damai mereka yang juga mencakup konsep “bagism”, sebuah sindiran terhadap prasangka dan stereotip sosial.

Kontroversi Lirik dan Reaksi Publik

Salah satu baris paling kontroversial dalam lagu ini berbunyi, “Christ, you know it ain't easy.” Referensi langsung kepada Kristus ini mengingatkan publik pada pernyataan Lennon yang kontroversial pada 1966 bahwa The Beatles “lebih populer daripada Yesus.”

Akibatnya, lagu ini dilarang tayang di sejumlah stasiun radio di Amerika Serikat dan bahkan oleh BBC di Inggris. Kendati menuai kontroversi, lagu ini tetap mendapat tempat di hati penggemar.

Di Inggris, "The Ballad of John and Yoko" menjadi single ke-17 The Beatles yang menduduki peringkat satu tangga lagu, dan jadi yang terakhir sebelum “Now and Then” dirilis pada 2023.

Kolaborasi Terakhir Lennon–McCartney

Lagu ini juga menandai akhir dari era kolaborasi sejati antara John Lennon dan Paul McCartney. Meski selama beberapa tahun terakhir mereka telah lebih sering menulis secara terpisah, "The Ballad of John and Yoko" menjadi semacam penutup bagi kerja sama musikal keduanya.

Sementara itu, 'B-side' atau 'sisi B' dari single ini, "Old Brown Shoe" yang ditulis George Harrison. Sentuhan akhir pada lagu ini termasuk bagian gitar Spanyol, yang diadaptasi dari “Lonesome Tears in My Eyes” (1956) oleh Johnny Burnette and The Rock ’n Roll Trio.

Lagu tersebut merupakan bagian dari repertoar awal The Beatles dan bisa ditemukan dalam album Live at the BBC.

Lennon: Saya Hanya Tertarik pada Yoko dan Perdamaian

Tak lama setelah perilisan lagu ini, John Lennon mengungkapkan bahwa ia sengaja terus menulis tentang Yoko dan perdamaian.

“Kalau saya bisa terus menyanyi tentang mereka berulang-ulang, itu seperti saya sedang berada di periode biru saya sebagai pelukis. Mungkin seperti sedang melukis cangkir selama setahun penuh untuk benar-benar memahami cangkir itu,” ungkapnya.

Melalui lagu ini, John Lennon tidak hanya mendokumentasikan salah satu fase paling penting dalam hidupnya, tapi juga menyuarakan pesan personal dan politis secara terbuka.

"The Ballad of John and Yoko" bukan sekadar lagu cinta, melainkan potret nyata seniman yang mengejar makna dan misi hidup bersama cinta sejatinya, Yoko Ono.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |