HP Tipis Bangkit Lagi di 2025: Tren Lama yang Kembali Jadi Primadona

2 weeks ago 18

Liputan6.com, Jakarta - Desain HP tipis kembali menjadi sorotan utama dalam dunia smartphone tahun ini. Setidaknya, itu yang terlihat dari dua pemain utama di industri ini yakni Samsung dan Apple. 

Samsung telah resmi meluncurkan Galaxy S25 Edge, sedangkan Apple disebut-sebut sedang menyiapkan iPhone 17 Slim. Keduanya disebut akan membawa desain yang jauh lebih ramping dibandingkan pendahulunya.

Selain dua nama besar ini, sejumlah produsen lain juga tampak berlomba-lomba menghadirkan perangkat dengan bodi setipis mungkin sebagai bagian dari strategi desain estetis mereka.

Namun, muncul satu pertanyaan mendasar: apakah ketebalan ponsel benar-benar menjadi faktor yang penting bagi konsumen? Apakah masyarakat membeli ponsel karena ketipisannya, atau karena performa dan fungsionalitas yang ditawarkan?

Jika ditelusuri lebih dalam, obsesi terhadap ponsel ramping bukan hal baru. Industri ini telah mengejar HP tipis selama bertahun-tahun, bahkan sejak era awal smartphone modern.

Salah satu contoh paling ekstrem adalah Oppo R5, yang diluncurkan pada tahun 2015. Ponsel ini hanya memiliki ketebalan 4,85 mm, menjadikannya salah satu smartphone tertipis di dunia pada masanya.

Keseimbangan Desain dan Fungsi pada Smartphone

Kendati demikian, pencapaian itu datang dengan pengorbanan besar. Kapasitas baterainya hanya 2.000 mAh, dan nyatanya, ponsel tersebut nyaris tidak mampu bertahan setengah hari dalam penggunaan normal.

Ini menjadi pelajaran berharga bahwa desain super ramping tidak selalu sejalan dengan kenyamanan dan fungsionalitas.

Seiring waktu, para produsen ponsel mulai mengambil pendekatan yang lebih seimbang. Rata-rata smartphone modern kini memiliki ketebalan antara 7 hingga 10 mm.

Ukuran ini dianggap ideal untuk menjaga kenyamanan penggunaan, tanpa mengorbankan terlalu banyak fitur seperti daya tahan baterai atau performa kamera.

Meskipun sesekali masih muncul perangkat dengan desain ekstrem di kedua sisi spektrum, industri secara keseluruhan tampaknya sepakat bahwa keseimbangan adalah kunci.

Meski demikian, dunia smartphone tidak berhenti berinovasi. Kemunculan teknologi ponsel lipat memberikan tantangan dan peluang baru dalam hal desain, termasuk soal ketebalan perangkat.

Evolusi Ponsel Lipat: Kini Lebih Tipis

Ketika Samsung pertama kali memperkenalkan Galaxy Fold, ponsel lipat tersebut memiliki ketebalan hingga 15,5 mm saat dalam kondisi terlipat. Bobotnya pun mencapai 276 gram—cukup berat untuk penggunaan sehari-hari.

Meski bentuknya futuristik, banyak pengguna merasa ponsel ini kurang praktis, setelah efek "wow" dari desain lipatnya memudar.

Dalam beberapa tahun terakhir, produsen ponsel lipat mulai berupaya mengurangi ketebalan perangkat mereka.

Salah satu contoh sukses adalah Honor Magic V3, yang hanya setebal 9,3 mm saat terlipat dan bahkan mencapai ketebalan ekstrem 4,4 mm saat terbuka. Ini membuatnya lebih ramping dibandingkan Oppo R5.

Kini, dengan peluncuran Galaxy S25 Edge dan kabar soal kehadiran iPhone 17 Slim, industri tampaknya kembali bergerak ke arah desain super tipis.

Tren Ponsel Tipis Kembali, tapi Penuh Risiko

Sementara itu, iPhone 17 Slim diperkirakan akan hadir dengan ketebalan antara 5,5 hingga 6,25 mm, turun signifikan dari iPhone 16 yang memiliki ketebalan 7,8 mm.

Meski belum ada konfirmasi resmi, desain yang sangat ramping bukan tanpa konsekuensi. Untuk mencapai ketebalan tersebut, produsen hampir pasti harus mengorbankan sejumlah spesifikasi penting, termasuk kapasitas baterai dan modul kamera.

Beberapa pengguna yang pernah mencoba ponsel ultra-tipis mengungkapkan beragam pengalaman.

Rafael (21), seorang mahasiswa, mengaku pernah menggunakan ponsel dengan desain ramping karena tertarik tampilannya.

“Awalnya keren banget, ringan, kelihatan elegan. Tapi pas aku pakai buat ngedit video atau rekam konten, panas banget dan baterainya cepat habis,” katanya. Ia akhirnya kembali ke model yang lebih tebal demi kenyamanan dan daya tahan.

Sementara itu, Elice (19), seorang mahasiswi, mengatakan bahwa ketipisan justru membuat ponsel terasa lebih “rapuh”. “Beberapa kali aku taruh di saku celana, rasanya kayak gampang bengkok. Apalagi kalau nggak pakai casing,” ujarnya.

Infografis Akhir Riwayat Ponsel Black Market di Indonesia

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |