Efek Rumah Kaca, Voice of Baceprot dan Sederet Musisi Indonesia Lain Gaungkan Isu Lingkungan di Sonic/panic Jakarta

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta Gelaran sonic/panic Jakarta sukses digelar di M Bloc Space, menghadirkan perpaduan antara musik dan aksi nyata dalam merespons krisis lingkungan. Acara ini merupakan kolaborasi antara IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab) dan M Bloc Entertainment, yang bertujuan mengamplifikasi urgensi perlindungan lingkungan di tengah kebijakan yang dinilai kurang berpihak pada keberlanjutan.

Dengan tajuk Hutan Punah, Kota Musnah, lebih dari 500 penonton turut hadir menyaksikan penampilan musisi seperti Efek Rumah Kaca ft. Adrian Yunan, Barasuara, Endah N Rhesa, Voice of Baceprot, Navicula, REP & Tuantigabelas, Matter Mos, Petra Sihombing, Made Mawut, dan Bachoxs.

Tak sekadar panggung hiburan, sonic/panic Jakarta menjadi ruang bagi para musisi untuk menyuarakan keresahan mereka terhadap situasi sosial-politik yang kian hangat di Indonesia. Di tengah meningkatnya pembatasan kebebasan berekspresi, para musisi menjadikan lagu-lagu mereka sebagai bentuk perlawanan dan solidaritas atas berbagai isu yang dihadapi masyarakat.

Dari segi musikalitas, acara ini menampilkan kolaborasi lintas genre yang dinamis. Efek Rumah Kaca menghadirkan reuni penuh nostalgia dengan mantan personelnya, Adrian Yunan, sebelum kemudian berkolaborasi dengan Robi Navicula, Iga Massardi, Petra Sihombing, dan Endah Widiastuti dari Endah N Rhesa. Sementara itu, Petra Sihombing dan Matter Mos juga mendapat kejutan dengan kehadiran Teddy Adhitya di atas panggung.

Komentar Iga Massardi

Saat ditanya mengenai pengaruh sonic/panic terhadap proses kreatifnya, Iga Massardi mengungkapkan, “Rasanya sangat berbeda, ya. Dalam proses menciptakan lagu, saya semakin terdorong untuk membahas hal-hal yang lebih nyata dan memiliki dasar yang kuat. Hal ini juga berpengaruh pada album terbaru saya."

"Secara artistik, saya ingin menyampaikan pesan, tetapi dari sisi humanis, saya semakin menyadari bahwa setiap hal yang kita konsumsi dan gunakan sehari-hari memiliki dampak. Kesadaran ini membuat saya lebih berhati-hati dan bijak dalam memilih produk yang saya gunakan,” sambungnya mengutip keterangan tertulis, Jumat (28/2/2025).

Musik sebagai Perlawanan terhadap Krisis Iklim

Sonic/panic Jakarta hadir di tengah kekhawatiran terhadap kebijakan yang berisiko memperparah eksploitasi sumber daya alam, deforestasi, serta ancaman terhadap ruang hidup masyarakat adat dan ekosistem perkotaan.

Isu pembatasan kebebasan berekspresi di ranah musik juga menjadi perhatian, dengan munculnya tagar #IndonesiaGelap sebagai bentuk keresahan publik terhadap situasi sosial-politik saat ini.

Selain menyuarakan urgensi perlindungan lingkungan, penyelenggara sonic/panic Jakarta juga menerapkan langkah-langkah berkelanjutan dalam acara ini. Beberapa inisiatif yang dilakukan antara lain menyediakan water refill station untuk mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai, melarang penggunaan kemasan plastik sekali pakai baik bagi musisi maupun pengunjung, serta menyajikan makanan dan minuman dalam wadah yang dapat didaur ulang. Bahkan, gelang panitia dibuat dari kain perca sebagai bentuk komitmen terhadap pengurangan limbah.

Langkah-langkah ini menegaskan bahwa industri musik dapat berperan dalam menciptakan ekosistem yang lebih ramah lingkungan, sekaligus menginspirasi praktik berkelanjutan dalam penyelenggaraan acara musik lainnya.

Album sonic/panic: Suara Perlawanan Musisi Indonesia

Sonic/panic Jakarta juga menjadi ajang untuk mengamplifikasi pesan krisis iklim melalui lagu-lagu dalam album sonic/panic dan sonic/panic Vol. 2. Setelah sebelumnya diperkenalkan melalui IKLIM Fest di Bali serta roadshow di Yogyakarta dan Malang, album ini terus diperkenalkan ke audiens yang lebih luas.

Album kompilasi ini melibatkan 28 musisi dari berbagai genre yang menyuarakan keprihatinan serta harapan mereka terhadap masa depan bumi. Dengan energi dan semangat yang terbangun di Jakarta, para musisi yang tergabung dalam inisiatif IKLIM akan terus bergerak.

Musik sebagai alat perlawanan tidak berhenti di satu panggung, melainkan akan terus menggema di berbagai ruang dan platform, menghubungkan lebih banyak orang dalam perjuangan menghadapi krisis iklim.

Album sonic/panic dan sonic/panic Vol. 2 kini telah tersedia di seluruh platform musik digital.

Tentang IKLIM dan Sonic/panic

Tentang IKLIM

The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab (IKLIM) adalah kolektif musisi dan seniman yang peduli terhadap isu iklim dan berupaya mengajak masyarakat agar lebih sadar akan perubahan iklim melalui seni dan musik. Hingga tahun 2025, sebanyak 28 musisi dari berbagai wilayah di Indonesia telah tergabung dalam kolektif ini dan merilis dua album kompilasi.

Tentang sonic/panic dan sonic/panic Vol. 2

Album sonic/panic dan sonic/panic Vol. 2 adalah kompilasi multi-genre yang menghadirkan beragam warna musik dari hip-hop, rock, blues, elektronika, reggae, pop, hingga world music. Disatukan oleh satu pesan utama—seruan mendesak untuk aksi iklim—album ini menjadi wadah bagi musisi untuk menyuarakan keresahan mereka terhadap masa depan bumi.

Album sonic/panic yang dirilis pada tahun 2023 melibatkan 13 musisi, di antaranya Endah N Rhesa, FSTVLST, Guritan Kabudul, Iga Massardi, Iksan Skuter, Kai Mata, Made Mawut, Navicula, Nova Filastine, Prabumi, Rhythm Rebels, Tony Q Rastafara, dan Tuan Tigabelas.

Sementara itu, sonic/panic Vol. 2 yang dirilis pada tahun 2024 melibatkan 15 musisi, yakni Asteriska, Bachoxs, Bsar, Daniel Rumbekwan, Down For Life, Efek Rumah Kaca, Jangar, LAS!, Matter Mos, Petra Sihombing, Poker Mustache, Rhosy Snap, The Vondallz, Voice of Baceprot, dan Wake Up Iris!

Tentang Music Declares Emergency (MDE) Indonesia

MDE adalah kolektif yang terdiri dari seniman, profesional, individu industri musik, dan organisasi yang berkomitmen melindungi kehidupan di bumi. Indonesia menjadi negara Asia pertama yang tergabung dalam gerakan global ini. Dengan slogan No Music on a Dead Planet, gerakan ini telah didukung oleh artis internasional seperti Billie Eilish, Thom Yorke (Radiohead), Massive Attack, Tom Morello (Rage Against The Machine), Jarvis Cocker (Pulp), Kevin Parker (Tame Impala), dan banyak lagi.      

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |