EA Resmi Dijual Rp 918 Triliun ke Arab Saudi dan Menantu Donald Trump

4 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa industri game, Electronic Arts (EA) resmi mengumumkan kesepakatan akuisisi senilai USD 55 miliar atau sekitar Rp 918 triliun.

Perusahaan yang dikenal lewat game populer seperti EA FC dan Apex Legends ini kini dijual ke sebuah konsorsium investor.

Konsorsium tersebut berisi Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi, Affinity Partners yang didirikan Jared Kushner (menantu Donald Trump), dan firma ekuitas swasta Silver Lake. Dengan kesepakatan ini, EA akan berubah statusnya menjadi perusahaan swasta.

"Momen ini adalah pengakuan atas kerja luar biasa tim kami," kata CEO EA, Andrew Wilson, dalam pernyataan resminya.

Meskipun kepemilikan berganti, Andrew Wilson tetap akan memimpin perusahaan sebagai CEO.

Mengutip GameSpot, Rabu (1/10/2025), kesepakatan yang dilakukan secara tunai ini disebut bakal membuka jalan bagi EA untuk mempercepat inovasi dan pertumbuhan di dunia hiburan interaktif di masa depan.

Detail Kesepakatan dan Nasib Pemegang Saham

Berdasarkan kesepakatan, konsorsium investor akan mengambil alih 100 persen kepemilikan Electronic Arts. Sebelum akuisisi terjadi, PIF Arab Saudi sebenarnya sudah memegang hampir 10 persen saham EA.

Bagi para pemegang saham lama, kesepakatan ini membawa keuntungan besar. Mereka akan mendapat pembayaran tunai sebesar USD 210 atau sekitar Rp 3,5 juta untuk setiap lembar saham, angka yang jauh lebih tinggi dibanding harga saham EA di pasar pada minggu sebelumnya.

Para investor yang terlibat pun menyambut baik kesepakatan ini. “Kemitraan ini akan mendorong pertumbuhan jangka panjang EA sekaligus memicu inovasi dalam industri hiburan interaktif di level global,” ujar Turqi Alnowaiser dari PIF.

Kekhawatiran Pemangkasan Biaya dan PHK

Di balik besarnya nilai akuisisi ini, ada juga kekhawatiran dari para pengamat. Pasalnya, sebagian dana untuk membeli EA ternyata berasal dari utang yang jumlahnya tidak main-main, yaitu mencapai USD 20 miliar atau sekitar Rp 333 triliun.

Beban utang yang besar ini menimbulkan pertanyaan, apakah nantinya EA akan melakukan pemangkasan biaya untuk menyeimbangkan keuangan.

Dalam banyak kasus, akuisisi besar sering diikuti langkah efisiensi, yang bisa saja berarti pengurangan karyawan atau perampingan divisi tertentu.

Walau begitu, Andrew Wilson mencoba meredam kekhawatiran tersebut. Dalam memo internal yang dikirim ke staf, ia menyebut akuisisi ini sebagai “era baru penuh peluang bagi EA.”

Wilson juga meyakinkan bahwa nilai-nilai inti perusahaan serta komitmen kepada para pemain di seluruh dunia akan tetap dijaga.

Kesepakatan Belum Final, Perlu Persetujuan Regulator

Meski sudah diumumkan secara resmi, akuisisi EA ini belum benar-benar selesai. Kesepakatan besar ini masih harus melewati proses peninjauan dan menunggu lampu hijau dari regulator pemerintah.

Selain itu, para pemegang saham EA juga perlu memberikan persetujuan mereka. Jika semua berjalan lancar, perusahaan menargetkan akuisisi ini bisa tuntas pada kuartal pertama tahun fiskal 2027 dan saham EA akan dihapus dari pasar saham publik.

Dengan nilai transaksi yang fantastis, akuisisi ini kini tercatat sebagai yang terbesar kedua dalam sejarah industri game, hanya kalah dari pembelian Activision Blizzard oleh Microsoft senilai USD 75,4 miliar atau sekitar Rp 1,258 triliun.

Infografis Dampak Bermain Game Berlebihan

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |