Coding Camp 2026 Targetkan Bisa Melatih 70 Ribu Talenta Digital Muda Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - DBS Foundation dan Dicoding Indonesia berkolaborasi dengan menciptakan program DBS Foundation Coding Camp sejak tahun 2022. Program ini dibuat untuk melahirkan talenta-talenta muda yang akan berkontribusi di berbagai industri digital Indonesia.

Melalui pelatihan selama lima sampai enam bulan, program ini berhasil melahirkan lebih dari 2.000 talenta digital muda. Melihat keberhasilan Coding Camp 2025, bank DBS kembali menghadirkan program Coding Camp 2026. Program ini akan melatih lebih dari 70 ribu anak muda dan juga sudah mendapatkan dukungan dari 10 perguruan tinggi di Indonesia.

DBS Foundation berharap akan berhasil meluluskan 70 persen peserta dengan lebih dari 400 karya digital yang dapat dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan sosial. Tahun ini terdapat tiga alur pembelajaran baru untuk para peserta.

Peserta dapat memilih pembelajaran seperti Full-Stack Web Developer, Data Scientist, dan AI Engineer. Selain itu, DBS Foundation menargetkan 70 ribu peserta yang akan bergabung di Coding Camp 2026.  

Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika, mengungkapkan Coding Camp 2026 powered by DBS Foundation sudah menyelenggarakan program tersebut selama empat tahun.

“Inilah wujud nyata komitmen Bank DBS Indonesia untuk memastikan tidak ada satupun anak bangsa yang tertinggal untuk menghadapi tantangan dunia kerja di masa mendatang,” ujar Mona, Selasa (28/10/2025) di Jakarta.

Coding Camp merupakan salah satu inisiatif DBS Foundation, dan juga sebagai cerminan dari salah satu pilar keberlanjutan DBS yaitu impact beyond banking. Bank DBS dan DBS Foundation berupaya menciptakan dampak positif keberlanjutan untuk masyarakat, terutama kelompok rentan.

2025 menjadi tahun pertama Coding Camp hadir dengan format 900 jam dibanding dengan dua tahun sebelumnya. Dari hasil program tersebut, DBS Foundation sukses melatih lebih dari 3 ribu mahasiswa dan pelajar SMK dari selurh Indonesia.

Coding Camp telah sukses melatih lebih dari 177 ribu anak muda sebagai talenta digital, termasuk perempuan, penyandang disabilitas, dan yang berasal dari keluarga prasejahtera. Angka ini setara dengan 1,77% dari 9,9 juta kaum muda yang tidak memiliki edukasi yang memadai, tidak bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan apa pun.

“Saya pikir tahun pertama dan kedua hanya 300 jam per orang, sekarang jadi 900 jam per orang. Jadi program pelatihan teknologi ini tidak hanya lahir sebagai perwujudan peran DBS Foundation yang berkomitmen mendorong inklusi,” ucap Mona.

Selain melatih coding skills, DBS Foundatin turut melengkapi program Coding Camp dengan pelatihan soft skill dan literasi keuangan. Pembimbing dari Coding Camp ini berasal dari karyawan bank hingga manajemen senior. Mereka akan memastikan bahwa lulusan Coding Camp siap kerja.

Mona mengatakan, tahun 2025 karyawan dan manajemen bank DBS sudah berkontribusi lebih dari 2.800 jam mengajar sebagai relawan. Sebanyak 57 ribu anak muda telah melaksanakan program ini di kelas dasar dan menengah untuk memperkuat pengetahuan fundamental.

“Saya bangga melihat angka kelulusan Coding Camp melebihi target yang kami harapkan, yaitu lebih dari 65 persen. Bahkan para peserta juga telah menghasilkan 482 capstone project yang mayoritas untuk menjawab tantangan sosial dan lingkungan di masyarakat,” ia mengungkapkan.

Selain itu, DBS Foundation menargetkan 70 ribu peserta dari kalangan mahasiswa dan pelajar SMK yang akan bergabung di Coding Camp 2026. Tahun 2025, AI dan analisa data akan menjadi skill dengan demand yang terus berkembang.

Saat ini masih ada perbedaan kebutuhan talenta digital sebesar lebih dari 455 ribu setiap tahunnya. Masih ada angka kesenjangan antara skill yang dimiliki anak muda dengan kebutuhan industri.

Selain itu, peningkatan pemahaman tentang literasi keuangan untuk 10 ribu lebih peserta. 43 persen lulusan diharapkan mendapatkan akses yang lebih baik untuk peluang kerja.

Dukungan untuk Coding Camp powered by DBS Foundation 2026 juga mendapat dukungan dari 10 perguruan tinggi. Beberapa di antaranya Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Berkat dukungan tersebut, program pelatihan ini memastikan kesempatan belajar teknologi tetap inklusif dengan merata untuk mahasiswa dan pelajar SMK.