6 Fakta Indra Lesmana Bikin 9 Komposisi Musik dari Filosofi Dewata Nawa Sanga dan Penjuru Mata Angin Bali

5 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta April yang baru saja lewat menyisakan sejumlah catatan menarik dari panggung seni salah satunya performa Indra Lesmana dalam pertunjukan Swara Apurva di Bali, 25 April 2025. Sang pendekar jaz Indonesia menulis sejumlah komposisi.

Indra Lesmana menjelaskan, Swara Apurva komposisi musik yang terinspirasi filosofi sakral Bali, Dewata Nawa Sanga. Mengakar kuat pada tradisi spiritual Bali, ini jadi simbol esensi tentang warisan budaya dan keanekaragaman hayati Indonesia.

Terinspirasi filosofi Dewata Nawa Sanga, karya ini terdiri sembilan komposisi orisinal yang masing-masing merepresentasikan energi spiritual dan karakter budaya dari sembilan penjuru mata angin di Bali. Hadirin bisa merasakan komposisi yang terintegrasi secara menyeluruh.

“Tujuannya menciptakan harmoni yang seimbang antara alat-alat musik tradisional dan modern. Setelah empat bulan akhirnya terselesaikan,” kata Indra Lesmana dalam wawancara virtual dengan Showbiz Liputan6.com, baru-baru ini.

Pelantun hit “Aku Ingin” lega pertunjukan berjalan mulus. Indra Lesmana menyampaikan 6 catatan terkait pergelaran seni Swara Apurva dari membahas Dewata Nawa Sanga hingga Gamelan Bali yang berpadu dengan alat musik modern.

1. Proses Dari Desember 2024

Indra Lesmana mengakui, proses kreatif dalam menciptakan sembilan komposisi musik di pertunjukan ini lumayan panjang. Proses di mulai dari Desember 2024 kemudian diselesaikan pada pertengahan April 2025.

“Jadi kurang lebih 4 bulan proses pengerjaannya. Dimulai dengan designing sound, menulis komposisi, saya melakukannya dengan mencoba merasakan 9 cardinal points itu saya urutkan dimulai dari Timur,” ujarnya.

2. Hari Di Bali Dimulai Jam 6 Pagi

Komposisi musik yang disajikan Indra Lesmana dalam pertunjukan ini memang kaya rasa. Pemilik album Nostalgia dan Reborn meracik melodi dengan mencicipi kehidupan di Bali. Hari di Bali tidak dimulai dari jam 00.00 melainkan pukul 6 pagi.

“Karena kehidupan di Bali dimulai jam 6 pagi, maka saya mengomposisikan musik Dewata Nawa Sanga dimulai jam 6 pagi. Tiap komposisi dikerjakan di waktu yang saya sesuaikan dengan rasa. Waktu yang ada dari perjalanan matahari,” urai Indra Lesmana.

3. Tantangan Terbesar

Indra Lesmana mengakui, tantangan terbesar dalam meracik komposisi adalah memadukan unsur-unsur suara tradisional yang secara teknis sulit menyatu dengan tuning alat-alat musik kekinian.

“Memadukan itu agak sulit sampai akhirnya saya menemukan sistem di mana, tuning-nya bisa terpadu dengan baik antara piano, suara string kuartet, bersama gamelannya,” pencipta lagu “Padamu” membeberkan.

4. Belajar dari I Made Subandi

Dalam pertunjukan seni Swara Apurva, Indra Lesmana berkolaborasi dengan anak seniman sekaligus maestro I Made Subandi. Ia mengaku kerap bertanya pada Subandi, kala membahas gamelan Bali. Melansir dari berbagai sumber, Subandi meninggal pada Oktober 2023.

“Saya mempelajari bagaimana membuat gamelan yang bisa menyatu dengan sound modern piano dan kita berhasil waktu itu membuatnya. Sayang sekali beliau meninggal, kami telah berhasil merekamnya. Gamelan itu saya gunakan di pertunjukan ini,” ucap Indra Lesmana.

5. Bukan Jaz Melainkan World Music

Selama pertunjukan, pencinta musik tak akan menemukan musik jaz yang selama ini melekat pada Indra Lesmana. Yang ada world music. Indra Lesmana melebur dengan itu semua. “Ini adalah world music di mana sentuhan piano tidak terlalu banyak improvisasinya,” beri tahu Indra lesmana.

Ia mengedepankan mood, rasa, dan tidak ingin keluar dari karakter masing-masing dewa atau cardinal points pada tiap penjuru mata angin. “Itulah esensi musiknya sehingga saya melepaskan ego sebagai pianis. Saya lebih menyatukan diri dengan kebutuhan komposisi,” akunya.

6. Rasa Syukur Indra Lesmana

Indra Lesmana bersyukur atas sambutan hangat para pencinta seni yang hadir di pertunjukan Swara Apurva. Baginya, sembilan komposisi ini kompleks, penuh jiwa, sekaligus mencerminkan esensi spiritual Indonesia, termasuk unsur-unsur alam, serta kedalaman sejarah budayanya.

General Manager The Apurva Kempinski Bali menerangkan, sembilan komposisi tersebut dikurasi secara saksama dan diperdengarkan di berbagai area utama resor The Apurva Kempinski Bali. Ini bagian dari kampanye bertajuk “Powerful Indonesia to the World.”

“Kampanye ini merefleksikan komitmen kami yang berkelanjutan untuk memperkenalkan kekayaan budaya dan warisan Indonesia kepada dunia. Kami bangga menghadirkan cerita-cerita penuh makna, menampilkan kedalaman dan keahlian luar biasa budaya Indonesia,” pungkasnya.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |