6 Fakta Ghazi Alhabsy Main Film Waktu Maghrib 2: Belajar Bahasa Jawa, Punya Markas Kamar Nomor 315

11 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Sederet bintang muda berbakat memperkuat film Waktu Maghrib 2 karya sineas Sidharta Tata. Selain Anantya Kirana, Sultan Hamonangan, dan Muzakki Ramdhan, ada aktor Ghazi Alhabsy yang dipercaya memerankan Dewo.

“Karena ditawari main film Waktu Maghrib 2, aku menonton lagi yang pertama. Karena tahu sutradaranya Om Tata, aku sebelumnya syuting sama dia di Pertaruhan,” katanya seraya mengaku belum pernah membintangi film horor.

Wajah Ghazi Alhabsy familier karena membintangi sejumlah iklan dari susu formula hingga sabun mandi cair. Kini, ia mengembangkan bakatnya di bidang seni peran. Waktu Maghrib 2 diharapkan mencetak box office seperti pendahulunya.

Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini merangkai 6 film Ghazi Alhabsy membintangi film Waktu Maghrib 2, dar belajar bahasa Jawa untuk menjiwai tokoh Dewo hingga punya basecamp di kamar 315 sebuah hotel di Yogyakarta.

1. Dewo dan Ghazi Alhabsy Beda

Ghazi Alhabsy menjelaskan bahwa Dewo sahabat Yugo (Sultan Hamonangan). Dewo tulus dan loyal. Namun, Yugo tak percaya karena Dewo ketahuan menyukai sepupunya yakni Wulan yang dimainkan Anantya Kirana.

“Aku sama Dewo enggak beda jauh. Aku enggak sepenakut Dewo. Aku lebih berani dari Dewo khususnya berani mengambil keputusan sendiri. Dewo ini, cuma ngikut sama Yugo. Kayak tim hore,” ulas Ghazi Alhabsy.

2. Sepak Bola Tanggung

Menilik akun Instagram pribadinya, terlihat Ghazi Alhabsy hobi sepak bola. Ndilalah, Waktu Maghrib 2 menceritakan tim inti dan cadangan sepak bola antar-kampung. Berkali Ghazi Alhabsy menjalani adegan main sepak bola.

Karena persiapannya matang, take cukup satu sampai dua kali beres. “Ini scene main bola aku senang banget. Setelah dua kali take beres. Aku kayak: masa cuma segini doang enggak seru banget, jadi ingin syuting terus rasanya ha ha,” akunya.

3. Setan Berkeliaran Saat Maghrib

Di masyarakat, kita sering mendengar orang tua melarang anak-anak keluyuran saat maghrib dengan alasan agar mereka diculik setan. Rupanya, ini juga pernah didengar Ghazi Alhabsy. Percaya tak percaya, ia memilh mematuhinya.

“Pasti pernah. Kalau magrib, banyak yang bilang jangan keluar rumah dulu. Banyak juga yang bilang pas magrib setan-setan berkeliaran di luar rumah. Bisa diculik kalau main atau keluyura,” Ghazi Alhabsy menjelaskan.

4. Tantangan Berbahasa Jawa 

Waktu Maghrib mengambil latar di sebuah desa di Jawa. Karenanya, Ghazi Alhabsy sebagai Dewo harus bisa berbahasa Jaawa secara natural. Di sinilah tantangannya. Sejak reading naskah, Ghazi Alhabsy membiasakan diri agar tidak kagok.

“Itu menantang karena aku istilahnya enggak ada darah Jawa. Jadi sebelum syuting, di sesi reading tiap hari belajar bahasa Jawa. Pas syuting, aku tanya lagi ke aktor-aktor yang di Jogja alhamdulillah lancar,” ia menyambung.

5. Markas Kamar Nomor 315

Waktu Maghrib syuting selama 23 hari di Yogyakarta. Selama itu, rasa kekeluargaan kru dan pemain menghangat. Saking akrab, saat libur pun Ghazi Alhabsy tetap datang ke lokasi syuting meski ujung-ujungnya gabut di sana. Sedekat itu.

“Kalau libur, kalau panggilan syuting sore, kami pagi atau siang sarapan bareng lalu main di kamar orang telkonya. Kayak punya basecamp sendiri di kamar 315. Kami main bareng di basecamp itu, berasa punya keluarga baru,” beri tahu Ghazi Alhabsy. 

6. Rambut Pendek Ala Dewo

Yang khas dari menggarap film horor yakni lebih sering dapat panggilan syuting sore ke malam hari. Lagi-lagi, karena reading dan persiapan sangat matang, tak banyak retake hjingga jarang pulang syuting dini hari.

Sebagai Dewo, Ghazi Alhabsy melakukan perubahan penampilan. “Enggak banyak sih. Rambutnya dibikin lebih pendek karena Dewo ceritanya masih sekolah. Jangan sampai melanggar aturan sekolah,” tutupnya.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |