Liputan6.com, Jakarta - Menyambut pemerintahan baru di bawah kepemimpinan presiden dan wakil presiden Prabowo-Gibran, salah satu program yang paling banyak ditunggu realisasinya oleh para pelaku industri IT adalah program Hilirisasi Digital.
Karenanya, CTI Group pun menyelenggarakan gathering tahunan untuk para eksekutif dan mitra bisnisnya yang tergabung dalam Golden Circle Club.
Lewat event bertema Hilirisasi Digital: Peluang Bisnis & Strategi Pengembangan Teknologi Indonesia, CTI Group membahas soal peluang serta tantangan yang dihadapi dalam implementasi Hilirisasi Digital sekaligus menggali peran strategis penyedia solusi IT dalam mewujudkan tranformasi digital yang inklusif.
"Kami melihat program Hilirisasi Digital menjadi inisiatif baik dalam memperkuat ekosistem digital di Indonesia. CTI Group melihat potensi yang dapat tercipta dari program ini, baik dalam membuka peluang bisnis baru maupun meningkatkan daya saing industri teknologi nasional," tutur CEO CTI Group Rachmat Gunawan dalam keterangan resmi yang diterima, Minggu (20/10/2024).
Dalam diskusi itu, ekonom senior INDEF Aviliani membuka dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pergantian pemerintah. Ada optimisme Indonesia akan mencapai pertumbuhan sebesar 5 persen pada 2025, tapi ada pula tantangan signifikan terkait utang negara.
"Indonesia sedang memasuki Debt Fatigue Era, dengan pembayaran cicilan utang (pokok dan bunga) mencapai sekitar 30 persen dari pendapatan negara. Rasio utang terhadap PDB diproyeksikan akan mencapai 50 persen, sementara rasio pajak menurun, sehingga menimbulkan tantangan fiskal yang signifikan," tuturnya.
Selain itu, ia juga menyorot dalam kesiapan SDM Indonesia yang tercermin dari skor Programme for International Student Assessment (PISA) di bawah rata-rata Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Menurutnya, hal ini harus menjadi fokus utama memastikan masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan transformasi digital.
Penguatan di Sejumlah Sektor
Di samping itu, industri IT juga membuka potensi meningkatkan ekonomi digital. Ekosistem digital Indonesia menunjukkan potensi menjanjikan, dengan pertumbuhan yang signifikan di industri e-commerce, transportasi online, travel online, dan media.
Kendati demikian, Aviliani menuturkan, investasi AI per kapita masih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Ini mengindikasikan adanya ruang untuk pertumbuhan.
Selain itu, ada pula dorongan pula mengembangkan Ekosistem Logistik Nasional untuk mengurangi biaya logistik yang saat ini masih tinggi. Hal ini melibatkan pemanfatan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi.
Aviliani juga menilai sejumlah sektor seperti pertanian, manufaktur, dan pariwisata memiliki potensi besar untuk memperluas digitalisasi.
Ia menuturkan, sektor ini membutuhkan ekosistem digital end-to-end untuk memperkuat daya saingnya. Tidak hanya itu, realisasi program Hilirasi digital juga tidak bisa tercapai tanpa dukungan kebijakan yang jelas dan strategis.
"Hilirisasi Digital memerlukan regulasi yang keep up dengan perkembangan teknologi. Jangan sampai industri telah melakukan investasi besar, tapi regulasi tertinggal," tuturnya melanjutkan.
Pemerataan Akses Internet
Sementara sebagai salah satu program utama untuk sektor IT, program Hilirisasi Digital memiliki dua tujuan utama.
Yang pertama, program ini memperkuat infrastruktur digital, mulai dari jaringan internet lebih luas hingga membangun industri perangkat digital dalam negeri.
Sementara yang kedua, hilirisasi digital bertujuan melakukan digitalisasi rantai pasok industri strategis secara signifikan yang akan meningkatkan nilai perekonomian di Indonesia.
Untuk itu, Sekretaris Umum APJII Zulfadly Syam menuturkan, pentingnya infrastruktur digital, terutama pemerataan akses internet sebagai pondasi utama Hilirisasi Digital.
Ia menuturkan, peneterasi internet di Indonesia saat ini telah mencapai 79,5 persen dengan sekitar 221 juta penduduk yang terhubung.
Kolaborasi Semua Pihak
Zulfadly juga menekankan roadmap Hilirisasi Digital harus melibatkan semua pihak, tidak hanya dari sektor swasta.
"Pemerintah dan sektor swasta harus bergerak bersama. Kita tidak bisa membiarkan hanya sektor swasta yang bergerak maju sementara banyak daerah di Indonesia masih berada dalam blindspot digital," ujarnya.
Lalu, Pendiri & Ketua Umum APTIKNAS Soegiharto Santoso juga mengatakan kalau kolaborasi berbagai pihak merupakan hal penting sebagai bentuk realisasi inisiatif Hilirisasi Digital.
"Perlu ada sinergi agar roadmap hilirisasi ini tidak hanya digerakkan oleh sektor swasta, tetapi juga diintegrasikan dengan daerah-daerah yang belum terjangkau, terutama di wilayah 3T," ujar pria yang akrab disapa Hoky tersebut.