Potong Bawang Tanpa Menangis? Ini Jurus Ampuh Versi Fisikawan

2 weeks ago 16

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak cara yang dipercaya bisa mencegah mata perih saat memotong bawang, seperti menyimpannya di freezer, memotong di bawah air, sampai memakai kacamata khusus.

Namun cara mana yang paling benar? Untuk itu, tim fisikawan dari Cornell University mencoba mencari tahu lewat pendekatan ilmiah. 

Mengutip laman Popular Science, Minggu (18/5/2025), dalam studi pra-publikasi, mereka mengungkap kunci terhindar dari air mata bawang terletak pada ketajaman pisau dan kecepatan saat memotong.

Kenapa Bawang Bisa Bikin Mata Perih?

Bawang mengandung senyawa kimia bernama syn-propanethial-S-oxide, yang dilepaskan ke udara saat bagian dalamnya terpotong, sehingga membuat iritasi dan memicu produksi air mata.

Untuk memahami bagaimana senyawa ini menyebar, para peneliti melakukan serangkaian eksperimen menggunakan pisau dengan berbagai tingkat ketajaman, mulai dari ujung selebar 5 mm hingga 200 mm. 

Mereka juga memotong bawang dengan kecepatan berbeda, mulai dari 0,4 hingga 2 meter per detik. Bawang yang digunakan disemprot cat hitam agar deformasinya bisa diamati dengan lebih jelas saat dipotong.

Pisau Tumpul Picu Semburan Partikel yang Lebih Banyak

Dalam uji coba ini, para peneliti melibatkan alat mirip guillotine mini untuk menguji efeknya secara detail.

Hasil penelitian menunjukkan kalau pisau yang lebih tajam menghasilkan lebih sedikit partikel aerosol dan energi yang lebih rendah saat memotong bawang. 

Sementara, partikel yang dihasilkan pisau tumpul bisa melesat hingga kecepetan sekitar 43 meter per detik yang membuat mata menjadi perih.

Semakin cepat gerakan memotong, semakin besar pula jumlah partikel yang tersebar, hingga empat kali lebih banyak dibandingkan memotong secara perlahan.

Data dari studi ini masih perlu ditinjau lebih lanjut karena belum melalui proses peer review.

Namun, temuan awalnya menyimpulkan bahwa menggunakan pisau tajam dan memotong secara perlahan merupakan cara paling efektif untuk meminimalkan iritasi mata saat mengiris bawang.

Terungkap, Dinosaurus Ada yang Bisa Terbang seperti Ayam!

Untuk diketahui, Archaeopteryx, fosil penting yang menjembatani evolusi dinosaurus dan burung modern, masih menyimpan sejumlah misteri meski telah ditemukan sekitar 165 tahun lalu.

Salah satu pertanyaan mendasar yang belum terjawab sepenuhnya adalah bagaimana makhluk dari era Jurassic ini mampu terbang di antara kerabat "dinosaurus berbulunya" yang lain.

Setelah lebih dari dua dekade tersimpan dalam koleksi pribadi, salah satu set fosil terlengkap dan detail Archaeopteryx tiba di Field Museum Chicago pada tahun 2022.

Sebelum dipamerkan ke publik, para ahli menghabiskan waktu setahun untuk mempersiapkan dan menganalisis spesimen yang dijuluki "Chicago Archaeopteryx" ini.

Hasilnya, penemuan mereka memberikan pemahaman baru mengapa dinosaurus purba itu begitu istimewa. Diwartakan Pop Science, Jumat (16/5/2025), temuan tim peneliti ini dipublikasikan pada 14 Mei 2025 di jurnal Nature.

"Ketika pertama kali mendapatkan Archaeopteryx ini, saya sangat gembira," ujar Jingmai O’Connor, kurator fosil reptil di Field Museum dan penulis utama studi tersebut, dalam pengumuman resminya.

Namun, di balik antusiasmenya, O’Connor mengaku sempat ragu.

Dari Ujung Moncong hingga Ekor

"Archaeopteryx sudah dikenal begitu lama, saya tidak yakin apa hal baru yang bisa kita pelajari. Tetapi spesimen kami ini sangat terawat dan dipreparasi dengan baik sehingga kita benar-benar mendapatkan banyak informasi baru, dari ujung moncong hingga ujung ekornya," ia menjelaskan.

Namun, proses pemeriksaan dan preparasi fosil ini bukannya tanpa tantangan. Salah satu kesulitan utama adalah membedakan antara sisa-sisa fosil dengan batuan di sekitarnya yang nyaris sewarna.

Di sini lah pemindaian CT (Computed Tomography) berperan penting.

"Pemindaian CT sangat krusial dalam proses preparasi kami. Hal ini memungkinkan kami mengetahui hal-hal seperti tulang berada tepat 3,2 milimeter di bawah permukaan batu, sehingga kami tahu persis seberapa jauh kami bisa membersihkannya sebelum menyentuh tulang," kata Connor, seraya menambahkan bahwa proyek ini merupakan pemindaian CT pertama yang dilakukan pada spesimen Archaeopteryx yang lengkap.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |