L20 Summit 2025 Ditutup, Delegasi RI Desak Perlindungan Pekerja Informal dan Migran

1 day ago 4

loading...

Forum tahunan Labour 20 (L20) Summit 2025 resmi ditutup di Fancourt, George, Afrika Selatan, pada Selasa, 29 Juli 2025. Foto/istimewa

JAKARTA - Suara pekerja dari sektor informal dan migran harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam penyusunan kebijakan ketenagakerjaan global. Dengan begitu Labour 20 (L20) Summit 2025 tidak hanya sebatas forum tahunan saja.

Hal itu dikatakan Ketua Umum Serikat Pekerja Informal, Migran, dan Pekerja Profesional Indonesia (SP IMPPI) yang juga mewakili KSPSI AGN William Yani Wea saat penutupan Forum tahunan Labour 20 (L20) Summit 2025 resmi ditutup di Fancourt, George, Afrika Selatan, pada Selasa, 29 Juli 2025.

“Forum L20 ini adalah tempat penting untuk mengonsolidasikan suara global buruh. Tapi suara itu harus diwujudkan dalam kebijakan nyata. Kami, dari Indonesia, mendorong agar hasil L20 tidak berhenti sebagai rekomendasi, tetapi benar-benar diterapkan dalam kebijakan nasional dan internasional,” tegas William, Rabu (30/7/2025).

Baca juga: Heroik! Prajurit Kopassus Serda Edi Sutono Selamatkan Nyawa Prajurit Filipina di Udara

Seperti diketahui, forum yang mengusung tema “Mendorong Solidaritas, Kesetaraan, dan Keberlanjutan melalui Kontrak Sosial Baru”, ini menjadi panggung penting bagi serikat pekerja dari negara-negara G20 untuk menyuarakan kepentingan buruh dalam menghadapi tantangan struktural global—mulai dari ketimpangan pendapatan, perubahan iklim, hingga digitalisasi kerja.

William juga menyerukan peringatan keras kepada para pemimpin G20 terkait transformasi digital yang tidak terkendali telah menyebabkan banyak pekerja kehilangan penghidupan. Ia menyoroti kondisi di Indonesia, di mana banyak pekerja digantikan oleh mesin dan algoritma, tanpa jaring pengaman sosial yang memadai.

Baca juga: Viral Jepang Akan Blacklist Indonesia Buntut PMI Bermasalah, Begini Respons KBRI Tokyo

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |