Ketua KPAI Apresiasi Film Rumah untuk Alie, Ajak Publik Akhiri Perundungan Dimulai dari Rumah Sendiri

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta Jelang perilisan Rumah Untuk Alie, sejumlah pihak menyambut hangat salah satunya Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI, Ai Maryati Solehah M.Si. Ia mengapresiasi film karya sineas Herwin Novianto tersebut.

Kepada Showbiz Liputan6.com, di Jakarta Pusat, baru-baru ini, Ai Maryati mengingatkan, keluarga adalah ruang yang sangat besar kontribusinya untuk perkembangan manusia. Namun kadang, keluarga tak menjadi tempat aman dan nyaman.

“Ternyata ada situasi yang harus kita hindari dan itu kita kenali di film ini. Bahwa bully bukan hanya masalah, tapi juga menawarkan solusi. Mari dari kita semua, keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat untuk menghentikan bully,” katanya.

Ai Maryati mengajak masyarakat Indonesia menciptakan keluarga yang aman, berkontribusi bagi tumbuh kembang anak-anak. Setelahnya, ia menyebut film Rumah Untuk Alie bukan hanya menguras air mata, tapi menyentuh relung hati.

Tahan Air Mata

Rumah Untuk Alie dibintangi Tika Bravani, Rizky Hanggono, Anantya Kirana, dan masih banyak lagi. Diproduksi Falcon Pictures, film ini dijadwalkan menyapa bioskop Indonesia mulai 17 April 2025.

“Saya berkali-kali tak mampu menahan air mata. Cerita dalam film ini relevan, persis seperti pengaduan-pengaduan yang kerap kami terima di KPAI. Ini film yang menyentuh,” Ai Maryati berbagi kesan.

Langkah Awal Akhiri Perundungan

Menurutnya, Rumah untuk Alie gamblang memperlihatkan bahwa bullying bukan hanya terjadi di sekolah atau dunia maya, tapi bisa berakar dari rumah. Mislanya, ucapan orang tua yang membandingkan kakak dan adik.

“Langkah awal untuk mengakhiri perundungan bisa dimulai dari rumah kita sendiri. Dengan menciptakan ruang aman di keluarga dan tidak membiarkan kekerasan verbal atau emosional terjadi di antara anggota keluarga,” ujarnya.

Seruan dan Harapan

Rumah Untuk Alie diharapkan menjelma cermin yang menegur, sekaligus jadi pelukan hangat untuk para korban yang selama ini merasa sendirian. Pesan film ini yakni ketika melihat perundungan, jangan diam.

Perjuangan korban untuk pulih dari luka perundungan bukanlah akhir dari cerita. Itu justru jadi awal yang penuh harapan. “Film ini bukan hanya hiburan. Ia adalah seruan. Ia adalah harapan,” Ai Maryati mengakhiri.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |