Liputan6.com, Jakarta Prestasi bukan semata-mata soal memenangkan penghargaan, tetapi tentang bagaimana generasi muda Indonesia mampu menyuarakan identitas bangsanya melalui seni dan budaya.
Inilah kiprah membanggakan dari SMP dan SMA Al Izhar Pondok Labu, Jakarta Selatan, yang sukses mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional lewat torehan dua penghargaan tertinggi dalam ajang International Contest Festival “Dancing Italy” yang digelar di Riminy, Italy, Juli 2025.
Bersaing dengan 20 grup dari 17 negara Eropa dan Asia, serta lebih dari 200 peserta internasional, Al Izhar tampil memukau dan berhasil meraih 1st Prize Place of Folk Dance untuk tarian Colours of Indonesia, Grand Prix of Folk Dance untuk Ramphak Geulumbang asal Aceh.
Pasca kemenangan ini, saya memiliki kesempatan berbincang dengan penari, guru pendamping, pelatih, orangtua dan founder dari Kiny Cultura Indonesia.
Kalya Mahiya Pravina, siswi kelas XI MIPA 3 dari SMA Al Izhar Pondok Labu, mengaku bahagia dengan pencapaian ini. “Hasil yang diperoleh ini tidak mengkhianati usaha kami selama ini. Hal ini juga memotivasi saya agar terus berprestasi,” kata Kalya.
Diceritakan Kalya, sebelum mengikuti pertandingan ini, latihan dilakukan hingga 50 kali. Setiap latihan selama 2 jam. “Latihan semakin intens ketika semakin dekat dengan keberangkatan, karena untuk melatih keluwesan sekaligus kekompakan dalam gerakan,” ucap remaja berbakat ini. “Sebelum berangkat juga dilakukan Gelar Pamit di Kementrian Kebudayaan,” sambungnya.
Sambutan Hangat
Penampilan para siswa Al Izhar di Rimini juga mendapat sambutan hangat dari penonton internasional. Mereka menampilkan sejumlah tarian tradisional seperti Nagekeo Bangkit (NTT), Muda Mudi Papua, Tari Mirah (DKI Jakarta) dan Ramphak Geulumbang (Aceh).
Sambutan antusian dari penonton ini, karena para penari mampu menampilkan penampilan yang istimewa. Kalya mengaku saat tampil semua berjalan dengan baik.
“Salah satu tantangannya adalah sorotan lampu yang ada di stage bisa mengganggu saat tampil tetapi penari tetap fokus menari dan akhirnya berbuah kemenangan,” tukas Kalya.
Bagi Kalya yang menguasai puluhan tari tradisional ini, misi budaya ke Rimini, Italy merupakan misi budaya ke-9 yang telah diikutinya. “Rasanya bahagia dan bersyukur bisa membawa nama Indonesia di panggung dunia,” cetusnya.
Dalam setiap misi budaya yang diikutinya, selalu meraih juara. Apakah pencapaian ini sudah diduga? “Tentunya tidak diduga, tetapi saya selalu berusaha untuk menampilkan yang terbaik dan berdoa agar mendapatkan juara,” kata Kalya tersenyum.
Tak hanya Kalya yang bahagia, Ira Intasari, guru pendamping dari perguruan Al Izhar menyatakan kebanggaan atas apa yang diraih para murid dari SMP dan SMA Al-Izhar Pondok Labu. “Mereka dapat mengharumkan nama bangsa di ajang internasional melalui tarian dan musik tradisional. Mereka juga sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia,” kata Ira.
Banyak Keunggulan
Dalam pandangan Ira, ada banyak keunggulan yang dimiliki tim misi budaya Al Izhar sehingga mampu meraih kemenangan. Pertama, mereka menampilkan tarian yang dinamis dari NTT, Papua, Betawi, dan Aceh, serta diiringi oleh musik tradisional secara live. Kedua, memakai kostum yang warna-warni dilengkapi dengan aksesoris tradisional, hal ini membuat Indonesia terlihat memiliki ciri khas tersendiri. Ketiga, keselarasan tabuhan alat musik tradisional dari para pemain musik dengan gerakan para penari menyatu sehingga menyajikan penampilan yang sangat memukau. Keempat, kerja sama tim penari dan pemusik menghasilkan keharmonisan.
Dengan kemenangan ini, Ira pun berharap agar Al-Izhar Pondok Labu dapat terus berpartisipasi mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia. Sehingga tumbuh kecintaan terhadap budaya Indonesia pada murid-murid Al-Izhar, sehingga dapat turut melestarikan budaya Indonesia.
Sementara itu, Marcella Azzahra, Pelatih dari Gema Citra Nusantara mengatakan senang dan bangga melihat adik-adik mempersiapkan diri menghadapi kompetisi ini. “Semangat mereka luar biasa sejak awal. Mereka tidak hanya berlatih secara fisik, tapi juga menghayati setiap gerak dan makna dari tarian tradisional yang mereka bawakan. Dalam proses latihan, terlihat sekali bahwa mereka memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap budaya Indonesia. Mereka disiplin, bertanggung jawab, dan rela meluangkan waktu berbulan-bulan untuk terus menyempurnakan gerakan, ekspresi, hingga kekompakan tim. Persiapan mereka tidak hanya teknis, tetapi juga mental dan emosional. Saya melihat mereka benar-benar ingin menampilkan yang terbaik untuk Indonesia,” katanya.
Marcella mengaku dalam proses latihan, tidak selalu mudah. Ada tantangan fisik, waktu, bahkan emosi. “Namun, yang membuat saya bangga, semua anak bisa melewati itu dengan sangat baik. Mereka punya semangat yang luar biasa. Mereka tidak pernah mengeluh saat harus latihan berjam-jam, berkali-kali mengulang gerakan di bawah terik matahari, atau saat harus berlatih setelah pulang sekolah,” ucapnya.
Bagi Marcella kemenangan ini merupakan kejutan yang membahagiakan. “Alhamdulillah, Indonesia berhasil meraih 1st Prize dan Grand Prix, dan ini membuktikan bahwa budaya Indonesia bisa bersinar di panggung dunia,” tukasnya.
“Yang istimewa dari penampilan kami adalah bahwa semua tarian ini diiringi oleh musik tradisional yang dimainkan secara langsung oleh siswa-siswi Al Izhar sendiri. Jadi mereka tidak hanya menari, tapi juga menjadi bagian dari keseluruhan karya seni—mulai dari musik, gerakan, hingga makna. Ini adalah sebuah pertunjukan kolaboratif yang menghidupkan budaya Indonesia secara utuh di mata dunia,” lanjutnya.
Tak hanya penari, pelatih dan guru pendamping yang bangga dengan prestasi ini, hal yang sama juga dirasakan oleh Yuniko Asaari, ibu dari Azra Kiyoshi Manggala, kelas XII MIPA 1 SMA Al Izhar Pondok Labu, yang untuk pertama kalinya ikut misi budaya. “Saya sangat bangga sekali, mengingat latihan yang dijalankan anak-anak juga sangat berat dari awal tahun 2025. Mereka latihan seminggu 2 kali setelah pulang sekolah, masih harus latihan sampai malam,” tukas Yuniko.
Bagi Yuniko, keberhasilan yang diraih tim misi budaya Al Izhar ini bukan soal kemenangan semata, tetapi juga kekompakan dan dedikasi. “Saya sangat terharu dan bangga melihat mereka menari dan main musik secara kompak. Melihat mereka bahu membahu mengurus semuanya dari mulai alat musik sampai kostum membuat saya semakin salut. Anak-anak ini hebat sekali komitmen dan tanggung jawabnya, harus diapresiasi. Kemenangan ini menjadi bukti nyata bahwa kerja keras, kebersamaan dan bimbingan yang tepat mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa,” ucapnya.
Program Kolaboratif
Sebanyak 45 orang tergabung dalam rombongan misi budaya ini, yang terdiri dari 26 penari, 9 pemusik, 4 pelatih, dan 6 official. Mereka tampil sebagai duta budaya Indonesia dalam program kolaboratif antara Al Izhar Pondok Labu, Gema Citra Nusantara, dan Kiny Cultura Indonesia, sebuah yayasan pelestarian budaya yang juga merupakan anggota resmi CID UNESCO (Conseil International de la Danse). Program misi budaya ini kini menjadi agenda tahunan Al Izhar Pondok Labu sebagai wujud komitmen membentuk generasi berprestasi global yang tetap berakar kuat pada budaya bangsa. Kiki Puspita Sari, Director of Culture and Education Kiny Cultura Indonesia, menyatakan bahwa kemenangan Indonesia menumbuhkan rasa bangga dan kecintaan terhadap budaya Tanah Air.
"Semoga kemenangan Indonesia di kancah internasional ini bukan hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap budaya Indonesia. Penampilan mereka telah menjadi bentuk diplomasi budaya, memperkenalkan Indonesia dengan cara yang indah, menginspirasi, dan berkelas," kata Kiki.
Untuk itu, Kiki berharap anak-anak Indonesia tumbuh sebagai generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik. "Dengan semangat ‘Yang Muda yang Berbudaya’, kami berharap anak-anak Indonesia tumbuh sebagai generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga kaya secara budaya. Karena bangsa besar adalah bangsa yang tidak melupakan akar budayanya," ujarnya.
Kiki juga berharap pemerintah memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para siswa yang telah mengharumkan nama bangsa, serta menjadikan pencapaian ini sebagai motivasi untuk terus melestarikan warisan budaya Indonesia.
Al Izhar Pondok Labu, Gema Citra Nusantara, dan Kiny Cultura Indonesia telah membuktikan bahwa budaya Indonesia tidak hanya layak dibanggakan, tapi juga pantas untuk bersinar di panggung dunia.