Liputan6.com, Jakarta - Film Sore: Istri dari Masa Depan sukses mendapatkan atensi luas dari publik. Film ini berhasil tembus lebih dari 500 ribu penonton pada hari ke-6 pemutarannya di bioskop Indonesia.
Film Sore mengisahkan tentang seorang fotografer yang hidupnya yang teratur seketika terusik oleh kehadiran seorang wanita misterius yang mengetahui segalanya tentang dirinya. Kehadirannya membawa sebuah misi penting yang menguji batas antara cinta dan pengorbanan demi sebuah masa depan yang lebih baik.
Jauh sebelum hadir di layar lebar, kisah Sore pertama kali mencuri perhatian pada tahun 2017 sebagai sebuah web series yang sempat populer di YouTube. Dengan premis cerita yang sama, kisah ini digarap kembali oleh Yandy Laurens dalam bentuk film dan tayang perdana di bioskop pada tanggal 10 Juli 2025 lalu.
Tentu saja, kehadiran versi film ini mengundang pertanyaan besar terutama mereka yang mengikuti perjalanan ceritanya sejak awal. Nah, sebelum membahas lebih jauh, mari simak satu per satu perbedaan antara versi film dan web series.
Pemeran Utama yang Berbeda
Perbedaan paling mendasar adalah pergantian aktris untuk karakter utama wanita, Sore. Dalam web series yang rilis pada tahun 2017, karakter Sore yang ikonik diperankan oleh Tika Bravani. Untuk versi film layar lebar, posisi ini diisi oleh aktris Sheila Dara Aisha.
Sementara itu, Dion Wiyoko tetap konsisten memerankan karakter utama pria, Jonathan atau Jo di kedua versi. Perubahan ini tidak hanya sekadar pergantian wajah, tetapi juga membawa interpretasi dan nuansa baru pada karakter Sore.
Pendalaman Cerita dan Konflik yang Lebih Kompleks
Versi film dari kisah Sore menyajikan cerita yang jauh lebih dalam dan kompleks. Dilansir dari kanal YouTube CGV Kreasi, Dion Wiyoko menyebutkan bahwa pendalaman karakter Jonathan jauh lebih signifikan di film.
"Pas pertama kali baca naskah, gue merasa karakter Jo beda banget sama web series, bukan yang beda tiba-tiba dia jadi ekstrovert gitu, tapi bagaimana pendalaman karakter ini tuh jadi lebih banyak dan dalam," jelas Dion.
Jika web series cenderung memiliki alur yang lebih linier dan berfokus pada upaya Sore mengubah kebiasaan Jonathan, versi filmnya menggali konflik yang tidak sederhana. Film ini mengeksplorasi perjuangan emosional, konsekuensi tak terduga dari tindakan Sore, dan dinamika hubungan yang berhasil mengaduk emosi penonton secara lebih intens.
Perubahan Latar Tempat Cerita
Perubahan signifikan lainnya adalah latar tempat di mana cerita berlangsung. Dalam web series, Jonathan diceritakan tinggal dan menjalani hidupnya di sebuah kota kecil bernama Petritoli, Italia. Latar ini memberikan nuansa romantis Eropa yang khas pada cerita versi orisinalnya.
Dalam versi film, lokasi utama cerita dipindahkan ke Grožnjan, sebuah kota kecil di perbukitan Kroasia. Pemilihan lokasi baru ini tidak hanya memberikan pemandangan visual yang berbeda, tetapi juga menyesuaikan suasana cerita dengan konflik yang lebih mendalam.
Pesan Moral yang Lebih Mendalam
Meski keduanya memiliki premis cerita yang sama, tetapi pesan moral yang dihasilkan cukup berbeda. Jika web series lebih berfokus pada tema "kesempatan kedua" dan upaya mengubah seseorang menjadi lebih baik, versi film menggali tema yang lebih kompleks dan dewasa, yaitu tentang "merelakan cinta".
Film ini mendorong penonton untuk merenungkan bahwa terkadang, bentuk cinta tertinggi bukanlah memiliki, melainkan melepaskan demi kebaikan orang yang dicintai. Versi film meninggalkan penonton dengan pertanyaan reflektif tentang cinta, pengorbanan, dan takdir, yang memberikan bobot emosional dan filosofis yang lebih berat dibandingkan versi web series.